kiocatra919Avatar border
TS
kiocatra919
PANEMBAHAN KLERO
Diubah oleh kiocatra919 15-04-2022 19:47
0
3.4K
39
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
kiocatra919Avatar border
TS
kiocatra919
#16
Panembahan Klero 10
"Setiap hujatan makian, tuduhan, umpatan, bahkan fitnah, mengangkat derajad yang terkena dan membenamkan pelakunya, bahkan yang mengaku lebih sufi sekalipun..."

Selesai ziarah ke maka. Leluhur dengan bunga tabur yang aku beli itu, beli bunga juga berputar putar dulu, mr che mengatakan bahwa bunga tabur itu mawar, dan bunga tabur lain seperti di jawa, tapi aku mengatakan itu tak ada dimakassar karena itu hanya ada dijawa, disini hanya bunga bougenville dan daun pandan. Akibatnya kami muter muter dan hanya dapat dapat muter muternya, karena pasti benar kataku, karena aku orang kecil maka mungkin lebih tau seluk beluk makassar dari pada mr che....

Setelah tabur bunga dan berdoa di makam leluhur....
"sudah setahun nggak kesini " kata penunggu makam keluarga disana...
Mr che hanya diam...
Diam....
Dan diam....
Mr che paham itu hanya minta uang saja orang orang itu....
Ini aneh bagi kami, secara ekonomi mereka adalah orang mampu, tapi seperti meminta jatah uang secara tak langsung, mereka bergerombol....

Sesampainya di mobil. Dahlan sopir mr che memutar mobil....
Di dalam mobil dan duduk kami bercerita...
"jadi ke istana raja tallo ?" kata mr che...
"ke makam syech yusuf dulu ? " tanyaku kasih ide ke tuan guru...
" sebaiknya ke makam raja rajanya" jawab tuan guru...

Kemudian Mr. Che telp koleganya dan dijelaskan bahwa istana di sunguminasa itu dibangun setelah kemerdekaan, kalo istana lama di benteng sungu minasa, karena kalah perang dengan voc yang dibantu arupalaka maka istana dibakar dan benteng dihancurkan,

Demikian pula mengapa banyak yang tak tau bahwa setelah perjanjian bongaya, banyak bangsawan dan panglima perang kerajaan tallo lari dan berjuang di jawa, yang terkenal salah satunya karaeng galengsong, karaeng naba dll...

Karaeng Galesong, yang bernama lengkap I Maninrori I Kare Tojeng Karaeng Galesong (29 Maret 1655 – 21 November 1679) adalah seorang laksamana angkatan laut Kesultanan Gowa yang terus melakukan peperangan di laut melawan VOC bahkan setelah Perjanjian Bongaya ditandatangani Sultan Hasanuddin, Silsilah Sunting
Dipercaya bahwa Karaeng Galesong adalah pangeran putra dari Sultan Hasanudin itu sendiri dari permaisurinya yang ke 4. Setelah kekalahan Kesultanan Gowa dari VOC yang bersekutu dengan Kesultanan Bone, Setelah perjanjian Bongaya, dalam dokumen lontara Karaeng Galesong berpendapat,"Yang menyerah hanya Raja Gowa, itu tidak berarti peperangan harus berakhir". Jadi Karaeng Galesong bersama rekannya Karaeng Bontomarannu masih terus berperang dilaut terutama sekitar perairan Pulau Jawa dengan membantu perlawanan Trunojoyo dan Sultan Ageng Tirtayasa, Karaeng Galesong meninggal karena sakit di Ngantang Malang 21 November 1679, sebelum Trunojoyo menyerah....

Nah sisa pasukan dan keturunannya masih ada di kraton jogja namanya prajurit bugisan atau bregada bugis, keturunanannya yang terkenal adalah HOS Corkroaminoto atau dikenal dengan nama cakra aminata dan diabadikan jadi universitas di Makassar...

Cokro Aminata dijuluki belanda dengan nama Raja tanpa Mahkota, beliau guru dari soekarno presiden RI yang pertama, kahar muzakar, muso, agus salim, tan malaka dll tokoh kemerdekaan RI...
Meskipun ada yang berhaluan kiri atau komunis tapi mereka adalah cikal bakal NKRI saat ini...

Jadi ingatlah kalian bahwa orang besar dimanapun berada pasti keturunannya akan menjadi orang besar, menjadi orang penting, kalo rakyat trah darahnya suatu saat keturunannya menjadi orang besar ya akan kembali jadi rakyat jelata lagi, itulah pentingnya trah, jadi bohong besar jika anak raja dibuang sekalipun tetap akan menyambung darah raja atau menurunkan gen seorang raja...

"bagaimana tuan guru, apa sebaiknya yang saya lakukan ?"
"ke makam raja raja makassar dahulu saja"
"dahlan, antar ke makam raja goa jie..."
"ie puang, saya kurang hafal e..lupa lupa ingat kemana arahna "
"pelan pelan mi kik, tanya ke orang orang deket sini jie makamna"
"ie" jawab dahlan...
Kemudian rombongan kami menuju makam raja raja goa, dan meski tanya kiri dan kanan akhirnya sampai, dan benar tak jauh makamnya dari leluhur mr che...

Dan aku turun pertama, ketika masuk makam itu, komplek bercat pagar putih...
Dengan menghormat aku menemui penunggu makam dan ngasih salam tempel dan sambil bawa nampan dan berkata " saya mengantar jendral kesini, tolong diijinkan masuk makam sultan hasanuddin..."
"ie pung, siap" dan penjaga pun berlalu... Sambil dari jauh melihat kami, penjaga makam heran melihat tuan guru pakai baju batik lengan panjang dan peci koko putihnya....
Berdua masuk areal makam dan jongkok di depan sang raja tallo "ayam jantan dari timur" dan memulai doa....


Note :
Raden Hadji Oemar Said TjokroaminotoTjokroaminoto atau cokro aminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat wedana Kleco, Magetan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai Bupati Ponorogo, Mertuanya adalah R.M. Mangoensoemo yang merupakan wakil bupati Ponorogo. Beliau adalah keturunan langsung dari Kiai Ageng Hasan Besari dari Pondok Pesantren Tegalsari Ponorogo[1]

Setelah lulus dari sekolah rendah, ia melanjutkan pendidikannya di sekolah pamong praja di Magelang. Setelah lulus, ia bekerja sebagai juru tulis patih di Ngawi. Tiga tahun kemudian, ia berhenti. Tjokromaninoto pindah dan menetap di Surabaya pada 1906. Di Surabaya, ia bekerja sebagai juru tulis di firma Inggris Kooy & Co dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kejuruan Burgerlijk Avondschool, jurusan Teknik Mesin.[10]

Pada bulan Mei 1912, HOS Tjokroaminoto mendirikan organisasi Sarekat Islam yang sebelumnya dikenal Serikat Dagang Islam dan terpilih menjadi ketua.

Salah satu trilogi darinya yang termasyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan. Dari berbagai muridnya yang paling ia sukai adalah Soekarno hingga ia menikahkan Soekarno dengan anaknya yakni Siti Oetari, istri pertama Soekarno. Pesannya kepada Para murid-muridnya ialah "Jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator". Perkataan ini membius murid-muridnya hingga membuat Soekarno setiap malam berteriak belajar pidato hingga membuat kawannya, Muso, Alimin, S.M Kartosuwiryo, Darsono, dan yang lainnya terbangun dan tertawa menyaksikannya.

Tjokro meninggal di Yogyakarta, Indonesia, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun. Ia dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit sehabis mengikuti Kongres SI di Banjarmasin.

Oleh Belanda, beliau dijuluki sebagai De Ongekroonde van Java atau "Raja Jawa Tanpa Mahkota", Tjokroaminoto adalah salah satu pelopor pergerakan di indonesia dan sebagai guru para pemimpin-pemimpin besar di Indonesia. Berangkat dari pemikirannya pula yang melahirkan berbagai macam ideologi bangsa Indonesia pada saat itu. Rumahnya sempat dijadikan rumah kost para pemimpin besar untuk menimbah ilmu padanya, yaitu Semaoen, Alimin, Muso, Soekarno, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, bahkan Tan Malaka pernah berguru padanya. Ia adalah orang yang pertama kali menolak untuk tunduk pada Belanda. Setelah ia meninggal pada tahun 17 Desember 1934 , lahirlah warna-warni pergerakan Indonesia yang dibangun oleh murid-muridnya, yakni kaum sosialis/komunis yang dianut oleh Semaoen, Muso, Alimin. Soekarno yang nasionalis, dan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang Islam merangkap sebagai sekretaris pribadi.

Namun, ketiga muridnya itu saling berselisih menurut paham masing-masing. Pengaruh kekuatan politik pada saat itu memungkinkan para pemimpin yang sekawanan itu saling berhadap-hadapan hingga terjadi Pemberontakan Madiun 1948 yang dilakukan Partai Komunis Indonesia karena memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" yang dipimpin Muso. Dengan terpaksa Presiden Soekarno mengirimkan pasukan elite TNI yakni Divisi Siliwangi yang mengakibatkan "abang", sapaan akrab Soekarno kepada Muso, pemimpin Partai komunis pada saat itu tertembak mati pada 31 Oktober 1948.

Pemberontakan kemudian dilakukan oleh Negara Islam Indonesia(NII) yang dipimpin oleh S.M Kartosuwiryo dan akhirnya hukuman mati yang dijatuhkan oleh Soekarno kepada kawannya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada 12 September 1962.
0