Ane dan Abang (Part 6)


Kami berpapasan dengan om hanif dan om Yudi yang juga tengah bersiap mau jumatan. Dia rencana mau jumatan dekat mesjid besar yang berada di pusat kota pekan baru. Sedangkan ane dan abang ane cukup di masjid yang ga jauh berada di mess alias sedikit nyebrang. Kami pun jumatan dengan tiba sesaat sebelum rakaan pertama di mulai. Untuk urusan ceramah, kami isi dengan kelakar2 kami selama di perjalanan ke masjid . Setelah jumatan kami segera ke nasi padang lagi dan rencana langsung kembali ke mess.

Dalam perjalanan pulang kami pun berniat mengecek2 ke sekitar alias ada perasaan malas untuk segera balik ke mess. Abang ane pun kembali mengajak ane sekedar muter2 ke jalan yang belum kami laluin. Ibarat kata sapa tau ketemu tempat2 yang menarik dan menemukan anak2 remaja yang sedang ngumpul abis jumatan. Walah dalah semakin kami muter2, persis rasanya seperti daerah kebun kosong di belakang padang. Hanya rumah2 yang lebar2 dengan perkarangan yang luas tapi tak dipagar. Hanya suara jangkrik dan ayam yang sesekali kami dengar di pekarangan rumah2 yang didominasi tanah berwarna kecoklatan. Rata2 sudah diatas umur 40an penghuni di daerah sini atau sepantaran kak nap lah.

Kami pun putar balik setelah selesai muter2 dan melihat disekitaran tidak ada tanda2 lokasi tempat anak2 bermain bola sore2 atau sekedar tempat anak2 remaja nongkrong2.
"wah sepertinya, disini ini bukan tempat perumahan anak2 remaja, terus dimana anak2 sekolahan pada ngumpul ya?", gumam ane
tak dapat ditutupin rasa kecewa ane dan abang ane karena kebiasaan kami tiap sore maen bola kaki sebagai hiburan nampaknya tidak akan terjadi jika tinggal di mess ini.
kami pun sedikit ragu-ragu untuk melanjutkan tinggal di kota ini.

Setelah sampai di mess, sekitar jam 3 sore. Seperti biasa tidak ada tanda2 kehidupan di mess ini selain kami. Nampaknya om Yudi dan om Ihsan belum kembali ke mess, padahal kami ingin ngobrol2 alias pengen membuktikan bahwa apa yang ane lihat sesosok om2 yang duduk di ruang tivi bukan penampakan. Kami pun cuci kaki dan segera masuk ke kamar.
"eh, dit jangan tidurlah kita, nanti malam malah ga bisa tidur", ujar abang ane
"terus kita ngapain?", ujar ane
"yawda yuk kita nonton ajalah, sambil nunggu agak sorean terus maen bola lagi", ujar abang ane
kami pun segera ke ruang tivi dan membuat kopi. Acara tivi sore2 pun membuat kami lupa bahwa rencana mau maen bola di rumput mess.

Menjelang maghrib, abang ane pun mengajak ane buat masuk kamar dan mandi buat persiapan maghrib. Selagi ane menunggu gantian mandi, ane mendengar suara pintu kamar dibuka, yang ane duga pasti om Yudi atau om Ihsan yang sudah balik. Apalagi tak lama kemudian suara tivi kembali dihidupkan dengan lumayan besar. Abang ane pun selesai dari kamar mandi mengintip keluar pintu dan melihat ada orang yang lagi nonton tivi.
"udah balik balik apa om2 itu dit?", tanya abang ane
"entah, nanti kita cek bareng2 aja. kau maghriban dlulah", ujar ane yang langsung masuk kamar mandi.

Setelah beres mandi dan maghriban, kami langsung berjalan ke ruang tivi. Dengan ngeri2 sedap kami berusaha memastikan orang yang menonton tivi itu manusia bukan penampakan. DIbalik kaca nako ntu sosok yang nonton tivi masih fokus melihat tivi dan ketika kami hampir memasuki pintu ruang tengah, kepalanya menoleh ke kami dan tersenyum.
Alhamdulillah, rupanya benar om Yudi dan segera menyapa kami berdua.
"eh, bujang2, sini gabung nonton tivi", ajak om yudi
"eh iya om, aku bikin kopi dlulah, om mau tak?", tanya ane
"ah tak usah, neh uda bikin", ujar om yudi menunjukkan cangkir gelasnya di meja

ane pun meninggalkan mereka dan pergi ke dapur. Sayup2 ane dengar obrolan abang ane dengan om yudi.
"om, kemaren malam ada di mess?", tanya abang ane
"oh, adelah, emang ade ape?", tanya om Yudi
"oh, nonton tivi kemaren om?", tanya abang ane
"nonton? tak lah, kemaren om di kamar aja, malah lihat ada yang nonton, om keluar nak ambil minum aje", ujar om yudi yang menyangka kami lah yang sedang menonton.
"jadi om juga lihat ada orang yang nonton tivi?", tanya abang ane
"iya, bukan kalian apa?", tanya om yudi penuh heran
"lah kami aja di kamar, terus si adit melihat ada orang yang nonton juga, kami pikir itu om Yudi yang nonton. Apa jangan2 om Ihsan bukan?", ujar abang ane

om Yudi pun memanggil om Ihsan di dalam kamar. Walau om Yudi tau bahwa om Ihsan baru balik tadi pagi.
"eh, san, kau tadi malam nonton tivi ya?", tanya om Yudi ketika om Ihsan duduk di sofa
"nonton tivi? aku aja tidur tempat kakak aku tadi malam", ujar om Ihsan
"lah, budak2 ne bilang tengok ada orang nonton tivi tadi malam, sangka mereka aku yang nonton", ujar om Yudi
"jam berape engkau tengok "orang" tuh", tanya om Ihsan
"entah, si adit yang tengok, coba tanya dlu", ujar abang ane
ane pun datang membawa kopi dan menjelaskan kira2 sekitar jam 10an.

"eh aku lepas jam 7 sudah pergi ke tempat kakak", ujar om Ihsan
"om, lepas jam 9 tuh tak pernah lagi keluar kamar, memang om dengar suara tivi dan sempat lihat ada orang nonton tivi, tapi om pikir itu kalian", ujar Yudi.
"berarti, kemungkinan besar hantu lah, mana malam jumat pulak kemaren. Tak usalah malam jumat, malam2 biase je ngeri2 disini kan", ujar om Ihsan santai
"dahlah, buat santai aja, yang penting tuh hantu tak gigit engko orang kan", ujar om Yudi berusaha buat santai. Memang penampilan om Yudi yang gondrong terkesan santai dan preman.

Kami pun santai dan sesekali nonton tivi. Om yudi dan om Ihsan mulai bercerita sedikit banyak pengalaman horornya ketika di mess ini.
"hah waktu itu, aku kesini sama tuh om hanif yang di kamar sana (kamar 3)", om yudi menunjuk ke kamar ujung.
"aku udah tau ada yang tak beres dengan mess ini, makanya apa2 aku tak berani sok taulah. Apalagi kak nap sudah bilang jangan hidupkan lampu selain ruang tivi. Aku dah ada firasat, apalagi aku ne orang luar (lapangan), mana2 tempat hantu sudah sering aku survei. Jadi kalau om ne punya prinsip, dia (hantu) tak ganggu, aku pun tak ribut (protes). Pas malam di kamar, lepas isya atau jam 10 mungkin, tiba2 om terdengar tivi hidup kan, om pikir si hanif mungkin nonton tivi. jadi om ngintiplah, tak ada siapa2 nonton tivi, mungkin si hanif lagi di dapur. Om pun cek lah ke dapur, tapi tak ada dia. langsung merinding om, tak pake nunggu apa2 lagi, aku langsung berambus (kabur) ke kamar lah. Paling tak, rugi listrik aja, aku tak rugi apa2", ujar om yudi ketawa ngakak2.

"lah terus om", tanya ane pengen tau lagi
"aku udah tau, ada yang tak beres dengan tivi hidup sendiri. Nah lucunya, si om hanif tuh dia pikir akulah yang nonton tivi dan lupa dimatikan. Jadi sepertinya dia ke ruang tivi dan mematikan tivinya. Memang om kemudian dengar suara pintu dibuka dan tivi dimatikan. Kemungkinan besar si om hanif lah. Om pun senang juga, tak ada suara tivi kan, tapi hidup lagi ini tivi biadab hahaha", ujar om yudi ngakak.
tiba2 saat kami fokus dengerin cerita om yudi, ane atau lebih tepatnya kami mencium kembali bau teh melati berhembus. Padahal jelas2 kami semua adalah peminum kopi, dan kagak ada yang hobi ngeteh, atau lebih spesifik teh melati.

aura wajah om ihsan berubah dan melihat ke kami dengan mengharapkan ada yang membahas bau teh melati yang semerbak di ruang tivi. Ane yang paling kecil saat itu hanya menunggu kode dari om ihsan dan om Yudi, termasuk abang ane seperti orang bloon. Mau masuk kamar tapi rasanya lebih aman dan nyaman bareng ne om2. Tapi mau mengatakan sedikit ngeri dengan kondisi mess, posisi kami yang sudah lumayan gede alias kalau dikasih cewek sudah jadi bapak orang kata guru ane. Membuat ane dan abang ane hanya menunggu instruksi dari om2 yang lebih tua.

Om yudi tampak lupa dengan dirinya yang sedang bercerita tentang dirinya dan om hanif.
"terus om, om hanif gimana?", ujar ane memulai kembali obrolan kami
"eh, oh ya lupa lagi cerita tadi ya", ujar om yudi yang jadi fokus nonton tivi
"lah terus, si om hanif matikan lagi tivinya. Masuk lagi dia ke kamar, terus suara tivinya jadi besar betul, mana bass ne tivi kan gede betul, lihat tuh sound speakernya, besar gitu", ujar om yudi dengan ciri khasnya bercerita sambil ekspresi ngakak2.
"aku pun langsung ngintiplah ke ruang tivi, ape hal suara tivi jadi besar2 gitu, rupanya om hanif pun ngintip dari balek pintu dia", ujar om yudi sambil mempraktekkan lagi ngintip lewat pintu

"hoi, kau betul2 ajalah hidupkan tivi suara sampe pekak gini", ujar om hanif
memang posisi kamar om Yudi yang persis di depan pintu menuju ruang tivi menjadikan dia sebagai tersangka utama.
"eh, enak betul nuduh orang, yang ada aku ne mau tanya engko, ape hal mati hidupkan ne tivi, terus suara nak pekak ne telinga", teriak om yudi karena tertutup suara tivi yang sombreng ini
Om yudi pun inisiatif menurunkan suara tivi dan membiarkan ne tivi hidup.
"sudah, biarkan aja ne tivi hidup, tapi suaranya kecilin dikit", ujar om yudi
si om hanif pun mengiyakan dan menutup pintu.

"dah sejak saat itu, kami tak peduli lagi sama suara tivi yang hidup tiap malam, makanya pas aku lihat tivi hidup dan lihat macam orang, entah orang entah bukan pokoknya mati peduli aku sama ne tivi biadab hahaha", ujar om yudi
nah kali ini bukan teh melati yang kami cium tapi bau semerbak bangkai tikus yang sangat menyengat berasal dari gudang.
"glooooootttttttttaaaakkkkkkkk", bunyi barang yang jatuh
"eh nampak tak senang hantu sini tiap aku kate tivi biadab ne", ujar om yudi sambil ketawa
"eh ada bangkai tikus tak dalam gudang tuh", ujar om Ihsan yang kemudian mencoba membuka pintu gudang
sembari menggoyang2kan gagang pintu, sesekali si om ihsan seperti menguping ke dalam gudang ini

"eh, ape keje engkau nguping2 gudang tuh", ujar om Yudi
"eh, ade, macem orang ketawe dalem ne", ujar om Ihsan yang sangat serius mencoba mendengarkan lebih jelas bahwa memang ada orang ketawa
"sini, cepat sini", ujar om ihsan memanggil kami untuk ikut menguping
kami bertiga pun segera ingin menguping, cuman karena lorong ke gudang ini sempit, jadi ane antri terakhir. Secara bergantian om Yudi dan abang ane menguping lewat pintu dan mereka tidak mendengarkan apapun. Ketika ane mau gantian, tiba2 om yudi dan om ihsan lari alias kabur dari pintu. Ane pun kebingungan antara mau nguping atau ikutan kabur. Cuman saat itu ane merasakan bener2 bau busuk bangkai tikus dan merinding. Ane pun kagak perlu lagi mau kepo mau nguping ne gudang.

Ane nyusul mereka yang sudah berada di depan pintu ruang tivi dan seperti hendak kabur dari sini. merasakan suasana sudah tidak kondusif lagi di ruang tivi, mungkin hantunya mau nonton tivi atau akibat cacian om yudi ke tivi membuat ngamuk hantu disitu.
"dah bawa kopi2 kita ke dapur ajalah", ujar om yudi
tiba2 memang udara mess ini jadi pengap dan gerah. Tak seperti biasanya malam2 begini, mess bisa jadi pengap dan gerah. Padahal suhu udara di mess ini selalu dingin dan sunyi.
kami pun duduk di dapur dan om ihsan berinisiatif membuka pintu supaya udara malam bisa masuk ke dalam mess.

"gimana, mantap e mess ini", ujar om yudi dengan kelakar.
"mak, ada om2 aja ngeri gini, apalagi kalau kami berdua aja", ujar abang ane
"om, sampai kapan di mess ini?", ujar ane
"ya sampai selesai survei disini, om kesini cuman urus administrasi aja di pusat (maksudnya provinisi)", ujar om yudi
"lah kalo om ihsan?", tanya ane
"kalau om sampai laku lah, insya allah 2 bulan lagi laku lah", ujar om ihsan.
maksudnya, om ihsan bakal menikah 2 bulan lagi dan sedang bangun rumah di dekat bakal kampus abang ane.
"kalian, nanti kalau tak tinggal di rumah om aja, om bangun 4 kamar tuh, buat kalian 1 bisa lah", tawar om ihsan
kami pun menerima tawaran dari om ihsan ini dengan mikir2 lagi.

"lah terus om hanif kemana sekarang om?", tanya ane lagi
"hah si hanif, tak lama dia ngajak anak bininya ke sini. nah si bini nya ne minta make kamar walikota. Nah nak mampus dia, kamar paling bagus tapi kamar paling ngeri itu malah nak dipake. Kate bini si hanif, kamar model mewah hotel begini kok dibiarkan saja, sayanglah. Langsung dipakelah sama mereka anak bini tuh. Dah pas malam, lagi di kamar mandi, bininya tejerit karena pas lagi di kamar mandi dia lihat kunti di dalam kamar mandi tuh, hahaha", ujar om yudi
"anaknya pun demam 2 hari apa, dibawa ke orang pintar, katanya gara2 ada yang nempel dengan anaknya, dan tak mau lepas kalau tidak dibawa kembali ke mess", ujar om yudi

"mak ngeri betul hantunya om, apa ga dingajiin apa disolatin aja tuh kamar", ujar ane
"hah, sudah tuh kurang apa bini si hanif, si hanif juga tiap hari ngaji, kalian pun ngaji juga kan, om juga dengar, hah tengok apa hantu2 rumah ne lari?", ujar om yudi
ane pun sedikit percaya soalnya ane dan abang ane yang jelas2 di kamar dan ngaji solat tiap hari tetap kena serang pocong dalam mimpi.
"eh, om kamar situ, aku lihat juga om", ujar ane sambil menunjuk ke kamar 4
"oh kamar situ, eh kalian jangan coba2 lah tidur di kamar situ, apalagi maen2 disitu, nanti demam atau kesurupan pulak, dah banyak cerita2 anak2 marching band kena", ujar om yudi

Sekitar 1 jam an kami ngobrol, dan karena pintu yang dibuka, membuat kami pun nyamukan dan segera mengakhiri obrolan kami.
"dah kalian masuk kamar atau nak nonton tivi lagi?", kelakar om yudi
"ah tak lah om, mending masuk kamar, besok aja nonton tivi ada bola kaki", ujar abang ane
"hah, iyalah, udah santailah, anak jantan tak perlu takutlah dengan hantu2, biasa aja, yang penting tak gigit kan", kelakar om Yudi
"besok minta kak nap bongkar tuh gudang, bau bangkai tikus, entah hape2 ada dalam situ tuh", ujar om ihsan.
"iyalah om, besok aku tanya kak nap", ujar abang ane

kami pun masuk ke dalam kamar masing2. Seperti biasa, kamar kami sangat dingin dan sunyi. Ane dan abang ane bingung mesti ngapain, karena belum ngantuk dan seperti biasa kami bercerita2 lucu tentang pengalaman pas di sekolah. nah giliran ane yang cerita waktu itu. Kebetulan ane dan abang ane ini berada dalam satu SMP, lebih tepatnya pas ane kelas satu abang ane barusan tamat. jadi tak sempet berpapasan dengan abang ane waktu di SMP. Sialnya, abang ane ini tidak meninggalkan jejak2 yang dapat dibanggakan. Jadi ane mendapatkan dosa2 turunan atau bahkan sisa2 orang2 yang membenci akibat ulah usil abang ane.

Contohnya waktu itu, ane waktu itu karena lumayan tampan dan gampang akrab, jadi lumayan banyak mbak2 kelas yang sering keliling kelas2 satu. Waktu itu ane lagi asyik2nya kenalan dengan berbagai mbak2 kelas yang manis2 dan semok2, tentu ada kebanggaan tersendiri saat itu. Ada 3 mbak2 pengurus osis, yang lumayan terkenal saat itu. Sebut aja namanya mbak sarah, mbak heni dan mbak dita. nah mbak sarah ini agak genit, jadi dia lah yang kemudian banyak ngobrol dengan ane, sedangkan mbak heni agak pendiem tapi lumayan asyiklah. Nah satu si mbak dita ini, badannya bongsor dan tomboy bener. jadi karena bentuk badannya begitu, jalannya pun seperti lelaki. Tapi sebenernya mbak dita ini manis gansis, tapi memang bawaan wajahnya sengak, jadi memberikan kesan lelaki lah.

Nah ane ingat betul sewaktu ane mau masuk sekolah, abang ane selalu memberi tahu ane bahwa jangan sungkan2 dan kalau kenalan dengan senior2 SMP jangan lupa nyebut nama abang ane. Soalnya dia lumayan disegani dan terkenal, memang ane akuin abang ane rada parlente. jadi, ane pun terngiang setiap ada senior yang pengen kenalan dengan ane, nama abang ane harus ane sebutkan biar ane semakin diseganin. Waktu itu ane dan 2 kawan ane cowok kebetulan punya saudara kandung yang juga mantan alumni SMP. nah si Aris ini punya mbak namanya dina sedangkan si richard punya abang namanya alex. Singkat cerita kami bersalaman dan berkenalan.

"eh, siapa ne, aku sarah, kamu siapa?", ujar mbak sarah dengan centil
"aku adit, ne richard, ne aris mbak", ujar ane dengan mengenalkan kawan2 ane
"eh, kamu ini punya saudara ya dulunya disini, ada yang mirip kamu dulu", ujar mbak sarah dengan menunjuk ke richard
"eh iya mbak, aku adiknya alex", ujar richard
"alex hutahahean?", tanya mbak sarah
"iya", ujar richard dengan tersenyum
"eh, salam ya, bilang dari sarah, dia uda di bandung kan sekarang?", ujar mbak sarah

mbak sarah pun memanggil mbak heni dan menceritakan bahwa si richard adiknya si alex.
besar kemungkinan mantannya si heni atau katakanlah minimal ada hubungan masa lalu. Mbak heni pun sibuk ngobrol2 dengan si richard.
"nah kalau yang ini, adiknya mbak dina bukan?", tanya mbak sarah ke aris
"eh, iya mbak, aku adiknya dina", ujar aris dengan bangga
"eh, keren tuh mbakmu ya, idola kami lah dlu, paling asyik. salam ya buat dia, pokoknya kalau ada apa2, bilang aja sama mbak sarah ya", ujar mbak sarah dan aris pun mengangguk.

giliran ane ditanya sama mbak sarah.
"eh kalau kamu, ada abangmu dulu disini?", ujar mbak sarah
"ada mbak, namanya Yon", ujar ane dengan bangga dan mengharapkan balasan yang lebih ramah karena menurut penuturan abang ane, dia sangat digandrungi wanita2 di sekolah ane
"Yon? Anak Baloi?, yang balek naek Damri trus itu?", ujar mbak sarah dengan wajah yang seketika menjadi jijik dan meremehkan ane
"ah, iya, dia abang aku mbak", ujar ane salah tingkah

tak lama mbak sarah melambai ke arah mbak dita yang sedari tadi sibuk dikerubungi kawan2 kelas ane yang cewek. Maklum, waktu itu kalau ga salah dia wakil ketua OSIS.
"ada apa sarah?", ujar mbak dita
"ini ne, tau ga ne adiknya siapa?", ujar mbak sarah
"ini adiknya si Yon, anak damri itulah", ujar mbak sarah
"oh si Yon, eh bisa ga titip salam buat abang kau", ujar mbak dita dengan wajah yang datar
ane pun dalam hati penuh tanya, disatu sisi wajah mbak sarah begitu geram mendengar nama abang ane. Bahkan sampai ngelapor mbak dita, tapi anehnya mbak dita mau titip salam dengan abang ane.

"bisa mbak, emang mau nitip salam apa?", ujar ane sedikit bangga karena si mbak manis wakil ketua OSIS yang diseganin ini mau nitip salam
"bilang ya sama abang kau, si YON tuh, bilang sama dia PANT*KKK", ujar mbak dita dengan keras sampai semua kelas melihat ke arah ane.
ane pun langsung menahan ketawa karena abang ane mendapatkan salam PANT*KKK dari cewe, dan baru kali ini ane dapat titip salam begini. Ane pun sejak saat itu kagak percaya dengan segala cerita abang ane mengenai sepak terjangnya di sekolah yang penuh kehebatan

kami pun ngakak2 dan ane menanyakan cerita kenapa sampai si mbak dita begitu emosi dan mau nitip salam pant*k ke ane. Apalagi ngomong kotor begitu persis di depan muka ane. Selidik punya selidik, abang ane cerita itu gara2 dia dan fakri mengejek2 si mbak dita. jadi mereka berdua ini sangat tidak suka dengan si mbak dita yang gaya jalannya sok macho dan sok sengak supaya diseganin. Jadi suatu ketika waktu lewat di depan mereka, si fakri nyeletuk ke mbak dita
"eh tengok yon, ne cewek jalan uda macam robot", ujar fakri dan abang ane pun tertawa terbahak2, bahkan seluruh kelas ketawa.
mendengar ejekan si fakri dan kebetulan abang ane berada persis sama fakri dan tertawa2, mbak dita langsung mendekati si fakri dan emosi sama 2 cecunguk ini.
"apa kau bilang? kau itu kek pant*k", ujar mbak dita
"eh eh eh, robot robot", ejek fakri dengan menirukan gaya jalan robot

sejak saat itu seluruh kelas 3 mengejek mbak dita sebagai cewek robot. Dan memang kebetulan seluruh kelas 3 waktu itu kompak untuk menghina si mbak dita ini. Memang kalau dari gayanya, wajar dibenci sama para senior karena gaya sengak dan sok tomboy. Mungkin gara2 abang ane dan fakri jadinya ne mbak dita kagak diseganin lagi. Tiap kali mbak dita lewat di depan kelas, maka ada suara2 dari cowok2 kelas 3 mengomentari robot lewat robot lewat. Membuat si mbak dita emosi dan tak mau lagi lewat kelas 3

mungkin inilah yang membuat mbak dita bener2 dendam kesumat dengan abang ane dan terutama sama fakri. Alhasil, salam pant*k pun dialamatkan ke abang ane.
"lah terus, kalau mbak sarah kenapa ikutan benci kau", ujar ane
"oh si sarah itu, ceking pucat itu", ujar abang ane
memang rada langsing dan kurus tapi sebenernya lumayan manis. cuman ne cewek juga kena hina sama abang ane dengan sebutan "tahanan Bosnia (negara konflik waktu itu)". Mungkin karena ceking jadi dibilang kurang makan karena bekas tahanan