- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Supranatural
mengakses ilmu leluhur - Part 8
TS
untungsuropati
mengakses ilmu leluhur - Part 8
kenapa kita perlu menghormati leluhur?
secara sareat setiap manusia telah membawa gen dr leluhurnya, manusia tercipta dr manusia lain. yang merupakan proses berantai yang terus menerus. konon lineage ini digunakan juga dalam setiap aliran. bedanya mereka melineage guru guru mereka sampai pd awal ilmu itu turun. untuk lineage ini kita perlu menjadi murid dengan iajab qobul. nah kita sendiri punya linegae langsung, liwat darah daging dan tubuh kita kepada leluhur leluhur kita. mengapa kita tak menggunakan lineage ini untuk mencoba belajar dari sana mendalami segala macam hal untuk keperluan kita.
mohon dikoreksi
secara sareat setiap manusia telah membawa gen dr leluhurnya, manusia tercipta dr manusia lain. yang merupakan proses berantai yang terus menerus. konon lineage ini digunakan juga dalam setiap aliran. bedanya mereka melineage guru guru mereka sampai pd awal ilmu itu turun. untuk lineage ini kita perlu menjadi murid dengan iajab qobul. nah kita sendiri punya linegae langsung, liwat darah daging dan tubuh kita kepada leluhur leluhur kita. mengapa kita tak menggunakan lineage ini untuk mencoba belajar dari sana mendalami segala macam hal untuk keperluan kita.
mohon dikoreksi
Quote:
Quote:
Quote:
wertosuarjo003 dan 30 lainnya memberi reputasi
29
168.8K
11.6K
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
prabuanom
#3646
Kalah dengan hawa...
Sebuah diskusi menarik terjadi beberapa waktu ini. Dengan salah satu senior yang saya kagumi. Saya kagumi karena saya sering menceritakan beliau dalam tulisan2 saya. Orang yang berhasil meyakinkan saya, bahwa energi healing itu ada dan bekerja. Bahkan nyata dari jarak jauh. Dr beberapa orang yg saya ketahui mendalami healing, hanya beliau yg bener2 terasa energinya dalam healing walo jarak jauh. Walo aslinya malah beliau tidak belajar basic untuk healing atau pengobatan.
Berbicara mengenai macam2 keadaan, maka pasti kesana kemari. Kadang berbicara mengenai tembakau, kadang berbicara mengenai pengalaman2. Beliau termasuk orang yang peka dengan kejadian2 alam. Dan sering terganggu oleh hal ini. Dan beberapa teman senior mil banyak yg seperti ini. Dapat kemampuan merasakan gejolak alam. Jd jangan heran kalo diajak bicara soal kemungkinan gempa atau gunung meletus hanya dr hawa yg terasa. Konon sebelum alam bergejolak secara fisik, alam sudah bergejolak dulu secara non fisik. Secara energi atau kisebut "hawa".
Hawanya ga enak kayanya mau ada kejadian besar. Kalimat ini dah jd hal biasa kalo ngumpul dengan temen2. Tp tentu ada 2 kelompok yg saya temui. Satu, adalah kelompok orang yg aksesnya makro. Jd hawa Bergejolak identik dengan kemungkinan bencana seperti gunung meletus. Pergeseran lempeng bumi dalam bentuk gempa. Atau ada kerusuhan massa.
Sementara kelompok kedua adalah akses mikro. Termasuk saya sendiri disini. Yaitu akses nya hanya lokal. Misal perasaan terganggu gara2 hawa panas sebab hujan dihalangi hanya gara2 ada yg mengadakan acara hajadan. Ini yg sedang saya alami. Dan rasanya menyebalkan sekali.
Dan dalam pembicaraan pd waktu itu, kami membicarakan kenapa hawanya ga enak. Sama topiknya, tp cara pandangnya beda. Sesepuh ini melihat dr makro-dr letusan semeru, gempa di bbrp tempat dan bencana lain-, sementara saya melihat dr sisi mikro- banyak hajadan sampe puanas sekali karena hujan ditahan. Jd ga karuan hawanya-.
Dan kami sama sama merasa aneh. Kenapa kita sama sama diganggu oleh hawa. Jd sering sakit karena hawa ga jelas ini. Makro atau mikro menghasilkan gejolak yg membuat mereka yg sensitif sangat ga nyaman. Pada ahirnya gampang sakit dan ambruk. Dan ga satu dua yg merasakan ini. Banyak banget.
Yup kenapa coba jd sensitif kok malah jd mangsa dr perubahan energi alam yg ganas. Bergejolaknya alam baik ukuran makro atau mikro ya sama saja. Membuat remuk badan. Dan itu jd suatu hal yg kita aminkan bersama dalam pembicaraan ini.
Ini apa toh ya. Kenapa kita kok kalah dengan gejolak hawa. Bahkan sesepuh ini berkata bahwa, sebelum bisa merasakan energi, sebelum berspiritual, beliau malah jarang sakit. Kecuali bener2 capek. Tp ketika mendalami malah ketemunya selalu kena hantam gejolak hawa energi alam.
Jd jangan merasa kalo sensitif itu enak. Sensitif mengandung tanggung jawab besar terhadap diri sendiri. Yaitu tanggung jawab mempertahankan kesehatan diri sendiri ditengah gejolak energi alam yg gila2 an. Dan saya sih mengamini saja. Sambil mempertanyakan juga, kenapa kita malah kalah dengan hawa.
Dari titik pandang mikro, atau cuma selintas lingkungan sekitar saja. Maka kita mungkin masih bisa melawan keadaan dengan ikut terjun mengganggu mereka yg bermain2 dengan cuaca. Tp kemungkinan diserang balik dan sakit parah juga bukan hal mustahil. Lagian ngapain juga bikin susah diri sendiri, mereka yg menggarap cuaca dpt uang dr kerjaan mereka ini. Sedangkan kita dpt apa dengan bermain2 dengan hawa?. Walo tujuannya benar, yaitu menetralkan kenegatifan di sekitar yg ditimbulkan oleh permainan eksploitasi cuaca secara berlebihan.
Dan penutupnya, kembali pads tulisan sebelumnya. Dimana ada salah satu aliran yg guru besarnya berkata "mereka yg tidak mengatur nasibnya sendiri, akan diatur oleh orang lain. Mereka yg tidak mau menggunakan energinya untuk urusannya, maka akan di atur oleh orang lain". Dan terbukti bahwa kita yg diam pun. Terlindas oleh kepentingan2 pihak lain kan. Tp melawanpun juga bukan pilihan bijak. Karena power pun ada ukurannya. Salah masuk dan nekat, bisa ambruk dan sakit parah pada ahirnya.
Jd ya mau tidak mau cari jawaban dintengah2. Supaya aman dan tetep nyaman. Dan ya pencarian tetap kudu dilakukan untuk menemukan titik tengah yg membuat posisi kita tetap aman dan kalo bisa, nyaman.
Semoga...
Sebuah diskusi menarik terjadi beberapa waktu ini. Dengan salah satu senior yang saya kagumi. Saya kagumi karena saya sering menceritakan beliau dalam tulisan2 saya. Orang yang berhasil meyakinkan saya, bahwa energi healing itu ada dan bekerja. Bahkan nyata dari jarak jauh. Dr beberapa orang yg saya ketahui mendalami healing, hanya beliau yg bener2 terasa energinya dalam healing walo jarak jauh. Walo aslinya malah beliau tidak belajar basic untuk healing atau pengobatan.
Berbicara mengenai macam2 keadaan, maka pasti kesana kemari. Kadang berbicara mengenai tembakau, kadang berbicara mengenai pengalaman2. Beliau termasuk orang yang peka dengan kejadian2 alam. Dan sering terganggu oleh hal ini. Dan beberapa teman senior mil banyak yg seperti ini. Dapat kemampuan merasakan gejolak alam. Jd jangan heran kalo diajak bicara soal kemungkinan gempa atau gunung meletus hanya dr hawa yg terasa. Konon sebelum alam bergejolak secara fisik, alam sudah bergejolak dulu secara non fisik. Secara energi atau kisebut "hawa".
Hawanya ga enak kayanya mau ada kejadian besar. Kalimat ini dah jd hal biasa kalo ngumpul dengan temen2. Tp tentu ada 2 kelompok yg saya temui. Satu, adalah kelompok orang yg aksesnya makro. Jd hawa Bergejolak identik dengan kemungkinan bencana seperti gunung meletus. Pergeseran lempeng bumi dalam bentuk gempa. Atau ada kerusuhan massa.
Sementara kelompok kedua adalah akses mikro. Termasuk saya sendiri disini. Yaitu akses nya hanya lokal. Misal perasaan terganggu gara2 hawa panas sebab hujan dihalangi hanya gara2 ada yg mengadakan acara hajadan. Ini yg sedang saya alami. Dan rasanya menyebalkan sekali.
Dan dalam pembicaraan pd waktu itu, kami membicarakan kenapa hawanya ga enak. Sama topiknya, tp cara pandangnya beda. Sesepuh ini melihat dr makro-dr letusan semeru, gempa di bbrp tempat dan bencana lain-, sementara saya melihat dr sisi mikro- banyak hajadan sampe puanas sekali karena hujan ditahan. Jd ga karuan hawanya-.
Dan kami sama sama merasa aneh. Kenapa kita sama sama diganggu oleh hawa. Jd sering sakit karena hawa ga jelas ini. Makro atau mikro menghasilkan gejolak yg membuat mereka yg sensitif sangat ga nyaman. Pada ahirnya gampang sakit dan ambruk. Dan ga satu dua yg merasakan ini. Banyak banget.
Yup kenapa coba jd sensitif kok malah jd mangsa dr perubahan energi alam yg ganas. Bergejolaknya alam baik ukuran makro atau mikro ya sama saja. Membuat remuk badan. Dan itu jd suatu hal yg kita aminkan bersama dalam pembicaraan ini.
Ini apa toh ya. Kenapa kita kok kalah dengan gejolak hawa. Bahkan sesepuh ini berkata bahwa, sebelum bisa merasakan energi, sebelum berspiritual, beliau malah jarang sakit. Kecuali bener2 capek. Tp ketika mendalami malah ketemunya selalu kena hantam gejolak hawa energi alam.
Jd jangan merasa kalo sensitif itu enak. Sensitif mengandung tanggung jawab besar terhadap diri sendiri. Yaitu tanggung jawab mempertahankan kesehatan diri sendiri ditengah gejolak energi alam yg gila2 an. Dan saya sih mengamini saja. Sambil mempertanyakan juga, kenapa kita malah kalah dengan hawa.
Dari titik pandang mikro, atau cuma selintas lingkungan sekitar saja. Maka kita mungkin masih bisa melawan keadaan dengan ikut terjun mengganggu mereka yg bermain2 dengan cuaca. Tp kemungkinan diserang balik dan sakit parah juga bukan hal mustahil. Lagian ngapain juga bikin susah diri sendiri, mereka yg menggarap cuaca dpt uang dr kerjaan mereka ini. Sedangkan kita dpt apa dengan bermain2 dengan hawa?. Walo tujuannya benar, yaitu menetralkan kenegatifan di sekitar yg ditimbulkan oleh permainan eksploitasi cuaca secara berlebihan.
Dan penutupnya, kembali pads tulisan sebelumnya. Dimana ada salah satu aliran yg guru besarnya berkata "mereka yg tidak mengatur nasibnya sendiri, akan diatur oleh orang lain. Mereka yg tidak mau menggunakan energinya untuk urusannya, maka akan di atur oleh orang lain". Dan terbukti bahwa kita yg diam pun. Terlindas oleh kepentingan2 pihak lain kan. Tp melawanpun juga bukan pilihan bijak. Karena power pun ada ukurannya. Salah masuk dan nekat, bisa ambruk dan sakit parah pada ahirnya.
Jd ya mau tidak mau cari jawaban dintengah2. Supaya aman dan tetep nyaman. Dan ya pencarian tetap kudu dilakukan untuk menemukan titik tengah yg membuat posisi kita tetap aman dan kalo bisa, nyaman.
Semoga...
IGetMyPain memberi reputasi
1
Tutup