- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)
TS
ayahnyabinbun
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)
Assalamualaikum semua.
Ini hanya goresan tinta imajinasi seorang lelaki tua yang telat menemukan hasratnya dalam hal menulis.
No Junk.
No Spam.
Pokoknya ikuti Rules dari Kaskus ya.
Cerita ini murni Fiksi, jadi kalau ada kesamaan nama tokoh dan tempat mohon di maklumi.
Terakhir.
Selamat menikmati bacaan ringan ini.
Spoiler for Prolog:
-Jakarta-
UGD RS di jakarta.
"Bagaimana istri saya sus!? " tanya seorang pria kepada suster yang baru saja keluar dari ruang UGD.
"Maaf pak masih kritis saya tidak bisa memberitahu lebih rinci kondisi istri bapak, itu wewenang dokter," jawab suster cepat kemudian dia berlalu meninggalkan lelaki itu.
Lelaki itu pun bersandar di tembok rumah sakit, raut mukanya terlihat lemas dan pucat kedua tangannya gemetar tatkala menutup wajahnya.
"Maafkan aku Naura, hiks, maafkan aku, " gumam lelaki itu sambil terisak menangis tersedu-sedu.
Seberkas cahaya membentuk sosok manusia berjongkok di depan lelaki itu, "jangan menangis sayang, ini memang sudah waktuku, jaga anak kita ya, dia ganteng seperti kamu, cup. " seru sesosok cahaya tersebut sambil mencium kening sang lelaki, dan cahaya itu pun berlalu bersama sesosok laki-laki berjubah putih yang menemaninya.
Lelaki itu mengangguk lesu sambil tersenyum tipis, melihat ruh istrinya menghilang menuju ufuk matahari dikala senja.
"Krieeek" suara pintu UGD terbuka, keluar seorang dokter dan beberapa suster menggendong seorang bayi.
"Pak Bagas, bayi bapak kami bersihkan dulu di ruang bayi ya pak, dokter ingin bicara dengan bapak," jawab suster dengan lemah lembut ke lelaki itu.
Lelaki itu pun berdiri, berjalan pelan menuju dokter yang menundukkan kepala di depan lelaki itu, gurat penyesalan terlihat dari wajah sang dokter.
"Sudah tidak apa-apa dok, saya sudah tahu, sehebat apapun anda tidak bisa melawan takdir, " jawab lelaki itu sambil menepuk pundak sang dokter.
"Ba-bagaimana bapak bisa tahu!? " jawab dokter dengan rona kebingungan.
Lelaki itu kemudian berlalu menuju ruangan bayi, langkah demi langkah terasa berat, tangisan tak terbendung dari kedua matanya, lelaki itu memukul-mukul dadanya agar menyisakan kelegaan saat ia bernafas.
"OOOEeeeK...OOOEEEEK...OOOEEEK," seketika tangis bayi memecah kesunyian lorong rumah sakit, lelaki itu mempercepat langkah demi langkahnya, terlihat seorang bayi sedang di gendong suster, menangis dengan kencangnya.
"Silakan pak di gendong anaknya, sudah saya bersihkan dedek bayinya," jawab suster ke lelaki itu.
Sang lelaki menerima si bayi dari tangan suster, menggendong dengan penuh kehati-hatian, sang bayi yang tadi menangis kencang seketika terdiam di pelukan lembut sang ayah.
"Mau di beri nama siapa pak bayinya?" tanya suster.
"Surya, Surya dikala senja. " jawab bapak Bagas lirih.
Spoiler for Chapter 1 : sang Surya:
Jakarta, 2018.
"TENG!! TENG!! TENG!!" bunyi bel terdengar hingga ujung jalan setapak depan sebuah sekolah, segerombolan anak tunggang langgang berlarian menuju gerbang sekolah tersebut.
Pak Kusni penjaga sekolah, merangkap satpam, merangkap manusia terlihat mendorong gerbang dengan kepayahan, faktor usia seperti menggerogoti tenaganya yang dulu seperti kuda jantan, nafasnya terdengar mengebu-gebu seperti pemain film erotis tahun 80an, padahal gerbang sekolahnya hanya ada satu, bayangkan bila sekolah ini memiliki 7 gerbang layaknya pintu neraka, mungkin senin beliau sudah di kebumikan.
Dari ufuk timur terdengar suara dengan lantang.
"HEI KUSNI!!! HENTIKAN!!! GUA MASIH MAU SEKOLAH KUSNI!!!"
Remaja itu berlari bersama gerombolan murid yang telat bagai babi hutan.
Pak Kusni yang sedang mendorong gerbang terdiam sesaat, lalu melihat asal suara tersebut, matanya melotot melihat remaja tersebut berlari seperti maling BH yang dikejar warga, dengan sisa tenaga tuanya di dorong gerbang itu dengan tergesa-gesa,
"bocah sialan itu tak boleh masuk..! TIDAK BOLEH MASUK..! YOU SHALL NOT PASS..!" gumam lelaki tua itu sambil mengutip kata-kata Gandalf Lord Of The Ring.
"SIALAN KAU KUSNI! GUA TIDAK AKAN KALAH DENGAN TUA BANGKA MACAM KAU KUSNI!!" teriak lagi remaja itu dengan lantang, langkah kakinya semakin kencang ia sampai lupa resleting celananya masih menganga memberikan sensasi cooling breeze di sekujur pangkal pahanya.
Mendengar itu Kusni geram, ia semakin menggebu-gebu mendorong gerbang, akan tetapi, "KREEK!!" suara tulang bergeser bersua, teriakan tertahan mengema di kalbu Kusni.
"AAARRRGGHH!! AMPUN GUSTI!! PINGGANGKU!!" sakit encok strata tiga Kusni kambuh, tubuh kusni tertahan gerbang, tanpa adanya gerbang mungkin tubuh Kusni akan tersungkur ke tanah, ada hubungan simbiosis mutualisme yang ironis antara Kusni dan gerbang.
"Pagi beh, kambuh?! AHAAY!" ejek remaja itu ke pak Kusni sambil berlenggang menuju kelas.
Sakit, malu, vertigo menjadi satu, itulah yang di rasakan Kusni sekarang, melihat murid itu berlalu membuat matanya berkaca-kaca seutas kata terucap dari bibir Kusni.
"Dasar bocah KAMPRET!!" Kusni tertahan mematung sambil menggenggam gerbang sekolah yang masih seperempat terbuka.
Kelas 2-A sudah di penuhi manusia-manusia unggulan, datang setiap pagi untuk mencari ilmu, bersiap-siap menatap masa depan dengan penuh harapan cemerlang, di belakang dua insan lelaki saling bercakap.
"Cok, film bokep yang kemaren elu kirim crash, kirim lagi dong bro," celoteh Bambang ke Ucok di baris belakang.
"BAH!! Handphone kau saza yang zadul Bams, buktinya zalan-zalan zaja tuh di hp ku, makanya beli hape zangan di pasar malam lai," jawab Ucok dengan logat medannya yang kental, sungguh percakapan yang menginspirasi kaum muda mudi INDONESIA.
"Eh eh eh, guru guru guru!" riuh anak-anak kelas 2-a, sesosok lelaki tinggi, atletis nan tampan terlihat di depan pintu, kemudian berlalu, berganti menjadi lelaki pendek, tambun dengan kepala botak di tengah layaknya lapangan bola, sekilas adegan tadi seperti iklan L-men yang gagal.
Pak Hartono masuk ke dalam kelas, melihat sekeliling kelas sambil menyapa.
"Pagi anak-anak!!", sapa pak Hartono.
"PAGI PAK GURUUU!!" Jawab murid-murid dengan serentak dan kompak.
Tiba-tiba seorang anak berdiri di depan pintu kelas, wajahnya terlihat kecapaian dan pucat.
"Yaaah! Telat!" ujar anak itu, pak Hartono menelisik dengan teliti anak yang terlambat itu, kemudian berujar "hei kamu! Berani kamu telat di jam saya! Kesini kamu!" perintah pak Hartono dengan galaknya, anak itu pun maju dengan perlahan, kepalanya menunduk malu tidak bisa menatap pak Hartono, "Push up 25 kali! Jikalau tidak sanggup silakan keluar kelas saya!!" ujar pak Hartono dengan tegas, ketika anak itu mengambil ancang-ancang untuk melakukan push up, sesosok mahkluk mengintip dari balik jendela di barisan pojok kanan belakang, matanya nanar namun tajam melihat situasi kelas.
"oke situasi aman," ujarnya dengan percaya diri, dengan mode silent ia menyelundupkan tasnya dari balik jendela menuju bangku belajar, lalu ia merangsek masuk dari celah jendela, bak ular kadut dengan licinnya ia masuk melewati celah lumayan sempit itu, setengah badannya sudah masuk ke dalam ruang kelas, tangan kirinya menyentuh meja kemudian ia mendorong sisa tubuhnya melalui tembok menggunakan tangan kanan, dengan sangat cepat dan tanpa satu makhluk pun mengetahui ia sudah masuk ke dalam kelas, dengan posisi menungging di atas meja, misi pun berhasil, ia turun dari meja kemudian menikmati pemandangan Budi yang sedang push up.
"Budi, terima kasih ya, tanpa elu sebagai pengalih perhatian gua ngak bisa sampai di dalam kelas, Budi, kamu, numero uno," gumam pria itu di dalam hati.
Iya, pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah Surya, anak dari bapak Bagas prakasa yang kalian liat kisah pilunya di prolog, anak ini tumbuh besar menjadi sosok lelaki tampan, pintar dan soleh, itu hanya menurut penuturan bapaknya sendiri.
Push up Budi sudah berada di angka 23 kali, keringat bercucuran dari kening sampai badan Budi, bahkan sampai muncul bercak basah di daerah selangkangannya, pergelangan tangannya mulai goyah, lututnya bergetar 4,5 skala richter, tubuh yang di rancang untuk main warnet seharian itu tidak mampu menerima push up lebih dari 20 kali.
"Pak, sudah ya pak, saya sudah tidak sanggup," nego Budi ke pak Hartono.
Pak Hartono sedikit terenyuh melihat Budi yang kecapaian, "aduh, kasihan kamu nak, ya sudah … tambah lima lagi push upnya, biar genap jadi 30," tutur pak Hartono dengan melepas topeng kesedihannya, mata Budi nanar namun kosong menatap lantai, terlihat raut penyesalan teramat sangat dari wajah Budi.
Pak Hartono mulai menuju meja ia mengambil daftar absensi lalu mulai mengabsen satu per satu muridnya, dimulai dari Ani, Deni dan seterusnya, murid-murid saling bersahutan saat nama mereka disebut pak Hartono, ketika mulut pak Hartono menyebut nama Surya, "HADIR PAK..!" sahut seseorang pemuda dari belakang dengan lantang.
Seisi kelas kaget, terperanga sambil menganga melihat Surya sudah di dalam kelas, pertanyaan dan praduga berkecamuk di hati mereka.
"Bagaimana ia bisa masuk!?"
"Sejak kapan ia ada di kelas?!"
"Kenapa aku ada di kelas ini!!" gumam Ari yang seharusnya masuk kelas 2-d.
semua perhatian itu berbanding terbalik dengan kondisi Budi yang tanpa perhatian satupun dari teman-temannya.
"Sakit, banget, tapi tak berdarah, sungguh biadab temen-temen gua, kata mereka kita teman sejati, selalu di hati, HILIH KINTHIL!!" ujar Budi di dalam hati kesal dengan teman-temannya.
Pelajaran berjalan setelah sesi absensi, pak Hartono mulai menjelaskan di depan kelas, suasana hening terasa, murid-murid mulai mendengarkan dengan seksama, kecuali Surya yang sedang terlelap di mejanya, posisinya yang berada paling belakang dan di tutupi Bambang yang jangkung dan Ucok yang bulat menjadikan tempat duduknya seperti vila di puncak, tempat paling nyaman untuk beristirahat.
"TOK TOK TOK TOK" bunyi ketukan pintu memecah keheningan kelas, pak Zul sang kepala sekolah sedang berdiri dengan seorang gadis cantik nan manis di sebelahnya, "pagi pak, maaf ganggu kelasnya, ini ada murid baru kelas 2-a," ujar pak Zul, "oh iya pak, silakan neng masuk, perkenalkan diri dulu sama teman yang lain," jawab pak Hartono sambil mempersilakan gadis itu masuk.
Sesosok gadis manis memakai hijab putih berjalan perlahan menuju depan kelas, wajah manisnya terlihat malu-malu ketika bertatap muka dengan murid-murid kelas 2-A, "pagi semua, nama aku Naura kelana subhi, panggil saja Naura," jawab Naura sambil tersenyum simpul memperlihatkan lesung pipinya, seketika itu juga rentetan panah asmara menusuk hati para lelaki di kelas 2-A, kecuali Surya yang sedang berkelana di pulau kapuk dan para murid perempuan yang menunjukkan ekspresi tersaingi secara jasmani dan rohani.
"kamu duduk di belakang ya nak Naura, soalnya bangku yang kosong cuman ada di sebelah sana, " ujar pak Hartono sambil menunjuk bangku disebelah Surya.
Naura pun berjalan menuju bangkunya, diiringi tatapan nakal murid laki-laki di kelas itu, ia kemudian duduk sambil mulai mengeluarkan peralatan belajarnya.
Bambang dan Ucok yang duduk di depan Naura pun sontak membalikkan badan untuk berkenalan.
"Hai Naura, namanya cantik secantik orangnya," puji Bambang dengan gaya sok coolnya.
"hei Naura, cantik kali kau, nanti pulang ku antar pakai motor ninja ku mau tak?" goda Ucok sambil menyisir jambul khatulistiwa miliknya.
Melihat gelagat kedua lelaki di depannya naura langsung ilfeel stadium akhir, didalam hatinya ia berteriak "TIDAAAAAAK..!" akan tetapi Naura hanya membalas dengan senyum malu tapi palsu ke kedua orang utan itu.
"ikh amit-amit jabang bayi, masa hari pertama di sekolah baru gua udah di godain cowok alay macem keset kayak gini, Ya tuhan salah apa hambamu ini, " ketus Naura di dalam hati.
"Jangan di anggap serius, mereka cuman bercanda."
"DEG...!!"
Rona wajah Naura terlihat terkejut, sebuah telepati terkirim langsung menuju fikirannya, ia mencari sumber telepati itu, dan matanya tertuju pada punggung lelaki teman sebangkunya, Surya.
Spoiler for Index:
PART 1
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
PART 2
CHAPTER 2.1
CHAPTER 2.2
CHAPTER 2.3
CHAPTER 2.4
CHAPTER 2.5
CHAPTER 2.6
CHAPTER 2.7
CHAPTER 2.8
CHAPTER 2.9
CHAPTER 2.10
CHAPTER 2.11
CHAPTER 2.12
CHAPTER 2.13
CHAPTER 2.14
CHAPTER 2.15
CHAPTER 2.16
CHAPTER 2.17
CHAPTER 2.18
CHAPTER 2.19
CHAPTER 2.20
CHAPTER 2.21
CHAPTER 2.22
CHAPTER 2.23
CHAPTER 2.24
CHAPTER 2.25
CHAPTER 2.26
CHAPTER 2.27
CHAPTER 2.28
CHAPTER 2.29
Diubah oleh ayahnyabinbun 28-05-2022 17:42
namakuve dan 116 lainnya memberi reputasi
115
159.9K
Kutip
916
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
ayahnyabinbun
#789
Chapter 2.27
Spoiler for Awakening :
Cahaya merah darah menghiasi langit malam di kerajaan Pujakerana dengan sebuah pilar api raksasa menyala terang benderang diikuti tiga pusaran angin puting beliung yang berputar beriringan di sekitar pilar api tersebut.
-Tap-
-Tap-
-Tap-
-Tap-
Langkah kaki cepat tercipta tatkala Bagas Prakasa berlari kencang di atas padang sabana dalam bentuk Atmaraga macan kumbang yang berwarna hitam legam. Semakin ia mendekat kearah pilar api yang menjulang tinggi tersebut semakin panas udara yang ia rasakan merayapi tubuhnya.
"SENJAAAAA!!" Teriak Bagas kepada buah hatinya didepan sana, langkah kakinya terhenti tatkala terhalangi pusaran angin yang mengelilingi Senja diikuti jilatan api yang melingkari pusaran angin tersebut.
Ditengah pusaran angin besar itu tubuh milik Senja bersimpuh dengan kepala yang tertunduk lemah dengan tatapan kosong.
-Fwuuush-
-Fwuuush-
-Fwuuush-
Dari kejauhan terlihat jilatan api berpendar keluar dari dalam tubuh Senja dan mulai bermanifestasi menjadi sesosok iblis merah yang melayang setengah badan di atas raga milik Senja. Sosok iblis tersebut merentangkan kedua tangannya seraya hendak merapal mantera.
"Tidak … i..ini tidak boleh terjadi, SENJA!! SURYAAA!! SADARLAH!!" Teriaknya kembali dari kejauhan. Namun apa yang dilakukan Bagas terlihat sia-sia, raga Senja dan Surya sudah dikuasai oleh sang iblis yang bersemayam didalam tubuh anaknya. Pusaran angin disekitaran tubuh Senja seketika bersatu dengan jilatan api dan membentuk dinding api yang menjulang sangat tinggi.
"Grrraaaaaaaa...!!" Geram Bagas kala itu.
-Tap-
-Tap-
-Tap-
-Tap-
Bagas berlari kencang kearah dinding api dan sekuat tenaga berusaha merangsek masuk kedalamnya.
-BLAAAAAR-
-Braaaak-
"ArRRGH!!"
Tubuh Bagas terpental kebelakang dengan luka bakar ditangan kanannya, sudah kesekian kalinya ia berusaha menerobos jilatan api tersebut namun dinding api diikuti pusaran angin raksasa itu tidak bergeming oleh kekuatannya.
"SIAL!!" Serunya kesal. Dengan sisa tenaga ia berusaha berdiri dan berusaha kembali untuk menerobos dinding api tersebut.
"OOOOOM!!!" Sebuah suara perempuan tengah memanggil Bagas dari belakang. Bagas segera menghentikan langkahnya dan menoleh kearah suara itu berasal, ia mendapati gadis berhijab putih tengah berlari kearah dirinya.
"Naura! Apa yang kamu lakukan disini?! disini berbahaya!!" seru Bagas khawatir dengan keamanan Naura.
Tanpa bersuara Naura segera merentangkan kedua tangannya kedepan kearah tangan Bagas yang tengah terluka.
-Fwoosh-
Jilatan api hijau berpendar dan mulai menyelimuti tangan kanan Bagas.
"Naura, dengerin om! kamu harus segera menyusul Luna dan..."
"ENGGAK!! Saya akan bantu om!!" Sergah Naura memotong kata-kata Bagas.
Bagas terdiam sembari menatap gadis berhijab putih itu didepannya.
"Om berterima kasih kamu sudah khawatir namun ... bagaimana kamu akan membantu om? Om sendiri saja kepayahan hanya untuk mendekati Senja disana," seru Bagas sembari menunjuk kearah tubuh Senja berada.
"Pokoknya saya akan bantu om! Ba..bagaimana pun caranya," seru Naura dengan suara yang bergetar.
-Blaaaaar-
Tiba-tiba dari arah dinding api terdengar suara keras dan perlahan dinding api itu semakin membesar membakar rerumputan kering di Padang sabana tersebut.
"Sudah Naura, tangan saya sudah lebih baik," seru Bagas pada Naura. Dengan masih tertunduk Naura membasuh bulir air mata yang ada di pipinya dan segera berdiri di belakang Bagas.
"GYAHAHAHAHAHA..!! ADA SANG AYAH RUPANYA!"
Dari arah dinding api terdengar keras suara sang iblis Ifrit, api dari dinding tersebut mulai membentuk wajah Ifrit yang tengah menatap kearah Bagas dan Naura dengan seringai lebar di bibirnya.
"OH... ADA SANG GADIS JUGA YANG SEPERTINYA SEDANG KETAKUTAN BERDIRI DIBELAKANG MU BAGAS, GYAHAHAHAHA..!" seru Ifrit yang diakhiri tawa merendahkan.
"KEPARAT!!! Rasakan ini!!"
-Fwoosh-
-Fwoosh-
-Fwoosh-
-Fwoosh-
Empat belati hitam milik Bagas melesat kearah siluet wajah Ifrit dan seketika meledak disaat mengenai dinding api tersebut.
"GYAHAHAHAHA!!! PERCUMA SAJA BAGAS, ANAKMU SUDAH DALAM KUASAKU DAN SEBENTAR LAGI IA AKAN MEMBINASAKAN SEMUA MAHLUK YANG ADA DISINI, KETIKA DINDING API INI MENYENTUH LANGIT OMBAK API AKAN TERCIPTA DAN AKAN MEMBAKAR HABIS SEMUA YANG DILEWATINYA, BAGAIMANA? INDAH BUKAN?!"
Bagas hanya terdiam tak berdaya sembari mengepalkan tangannya kuat, sedangkan Naura dibelakang dirinya hanya bisa terdiam membisu sembari menggigit kecil bibir tipisnya.
"SEBAGAI PERMULAAN ... AKAN AKU BUNUH KALIAN BERDUA TERLEBIH DAHULU, GYAHAHAHAHA!!!" Seru Ifrit.
-Blaaar-
-Blaaar-
-Blaaar-
-Blaaar-
-Blaaar-
-Blaaar-
Seketika bola-bola api keluar dari dinding api dan mulai melesat kearah Bagas dan Naura.
"Langkahi dulu mayat ku iblis!! Hyaaaaaat!!"
Dengan semangat membara puluhan belati hitam tercipta di sekitar tubuh Bagas dan mulai melesat untuk menahan ratusan laju bola api yang ditembakkan Ifrit.
-naura-
-putri naura-
Sayup-sayup sebuah telepati terdengar dari dalam tubuh Naura, Naura terkesiap dan segera memejamkan kedua mata sembari berusaha berkomunikasi dengan entitas yang memanggil dirinya itu.
"Si..siapa kamu? Bagaimana kau tau nama ku?!" Tanya Naura melalui telepati.
-buka mata anda putri-
-saya ada didepan anda-
Naura perlahan membuka kedua matanya dan mendapati dirinya sudah berada didalam sebuah ruang jiwa, manik mata Naura terbelalak tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Sebuah ruangan luas berhiaskan kain selendang panjang dengan berbagai warna menghiasi seluruh ruang jiwa dengan sesosok wanita cantik melayang ditengah-tengahnya.
Wanita itu tersenyum manis dengan tatapan teduh kearah Naura, wanita berkulit kuning langsat bersih dengan daun telinga panjang dan rambut yang tergerai indah jatuh kebawah itu mulai melangkah secara gemulai kearah Naura.
"Si..siapa kamu?" Tanya Naura kembali kepada mahluk tinggi semampai itu lengkap dengan baju kebaya panjang miliknya.
Mahluk cantik tersebut segera berlutut dan menundukkan kepalanya kebawah tatkala berada didepan Naura.
"Izinkan hamba memperkenalkan diri, hamba bernama Cayadewi citra, khodam atau Atma milik anda tuan putri," serunya sembari bersujud didepan Naura.
"Berarti ini..."
"Iya tuan putri, ini adalah ruang jiwa milik anda, saya bersemayam disini menunggu panggilan anda tuan putri," potong Citra saat itu.
"Tapi aku tidak pernah merasa memanggil kamu," seru Naura.
Citra mengangkat pandanganya keatas seraya berucap, "keinginan anda yang teramat kuat untuk menyelamatkan seseorang membangunkan hamba dari tidur panjang hamba."
"....." Naura terdiam sembari berusaha menelaah kejadian yang detik ini terjadi kepadanya.
"Apa titah anda tuan putri? Apapun itu akan hamba laksanakan," seru Citra sigap.
"Engh ... A..apa kamu bisa membantu om Bagas untuk menembus dinding api didepan kita?" Tanya Naura setengah harap.
Citra menatap manik mata Naura sembari tersenyum manis dengan kedipan mata yang teduh, "akan hamba laksanakan tuan putri," serunya sembari menjentikkan jari jemarinya.
"Kyaaaa!" Pekik Naura disaat tubuhnya tertarik keluar dari ruang jiwa dan disaat ia membuka mata tujuh warna api berpendar dari dalam tubuhnya, api berwarna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu melesak keluar dari tubuh Naura dan seketika bermanifestasi menjadi sesosok wanita dengan rupa yang teramat cantik tepat di sebelah kanan Naura. Wanita tinggi semampai itu berpakaian kebaya panjang dengan tujuh helai selendang yang melayang melingkari tubuhnya dan seketika membentuk sayap dibelakang punggungnya selayaknya sayap bidadari. Perlahan Citra mengangkat kedua tangannya keatas dan sekejap sebuah tirai pelindung dengan tujuh warna berpendar mengelilingi Naura dan Bagas.
-DHUUAARR-
Sisa bola-bola api yang berpendar kearah mereka meledak dengan kuatnya namun serangan bola api tersebut tidak melukai sedikitpun Bagas dan Naura berkat tirai pelindung dari Citra.
Bagas menoleh kebelakang dan menatap Naura kemudian beralih menatap Atma disebelahnya dengan tatapan tidak percaya sembari berucap, "Naura ... ka..kamu setengah peri!?"
"Hah? Apa?!" Seru Naura kebingungan dengan ucapan Bagas.
"Jadi kamu juga baru tahu!? Nanti akan om pastikan namun sekarang ada yang lebih penting yang harus kita kerjakan," seru Bagas
"B..baik om, sekarang apa yang kita lakukan untuk menyelamatkan Senja dan Surya?" Tanya Naura.
"Om punya rencana, tapi ini tidak akan mudah apa kamu siap?" Tanya Bagas untuk memastikan tekad Naura.
Sembari menganggukkan kepala Naura berucap, "siap om!!"
Tak lama kubah tirai pelindung yang melindungi Naura dan Bagas perlahan mulai bergerak maju kedepan, serangan bertubi-tubi dari Ifrit tidak menghentikan langkah Naura dan Bagas untuk mendekati sedikit demi sedikit kearah dinding api yang membatasi mereka dengan raga Surya dan Senja. Dengan perlahan namun pasti mereka sudah berada di depan dinding api yang semakin lama semakin menjulang tinggi.
"Siap Naura!?"
"Iyaa!!"
"Baiklah ... sekarang MAJUUU!!"
"Kyaaaa!! Citraaa! Sekarang!!"
Tirai pelindung yang melindungi Bagas dan Naura mulai berputar berlawanan arah dengan dinding api milik Ifrit.
-CRaaaaSH-
Cipratan api warna warni tercipta tatkala gesekan tirai pelindung dengan dinding api, gesekan itu mulai memberikan dampak yang positif kepada Bagas dan Naura, perlahan Bagas dan Naura mulai merangsek masuk kebagian dalam dari dinding api yang diciptakan Ifrit.
"Ba..bagaimana bisa?" Tanya Naura heran.
"Warna merah dan warna hijau dari selendang Atma milik kamu membatalkan serangan elemen api dan angin milik Ifrit," seru Bagas sembari terus melangkah maju kedepan.
Manik mata Naura menatap Citra yang sedang berusaha maju kedepan dengan seluruh kekuatannya, perlahan manik mata Naura beralih melihat raga Surya dan Senja yang sedang bersimpuh lemah ditengah Padang sabana dengan Iblis raksasa diatas pucuk kepalanya sembari bergumam, "aku akan menyelamatkan kalian, pasti!"
#bersambung
Diubah oleh ayahnyabinbun 10-01-2022 05:38
ariefdias dan 15 lainnya memberi reputasi
16
Kutip
Balas
Tutup