Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

samsol...Avatar border
TS
samsol...
PKS Dukung MUI DKI Bikin Cyber Army Pembela Ulama dan Anies
PKS Dukung MUI DKI Bikin Cyber Army Pembela Ulama dan AniesJakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta membentuk cyber army untuk melawan buzzer yang menyerang ulama dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Anggota Komisi VIII DPR Fraksi PKS, Bukhori Yusuf mendukung rencana tersebut.

"Saya pikir jika berbagai hal yang kurang positif, bahkan yang negatif sekalipun juga disebarluaskan melalui medsos, bahkan memiliki cyber army sudah sepatutnya kebaikan lebih berhak untuk disebarluaskan," kata Bukhori saat dihubungi, Sabtu (20/11/2021).

Bukhori menyebut tidak masalah jika MUI DKI ingin membuat cyber army selama dilakukan tanpa melanggar aturan. Menurutnya ini saat yang tepat agar pemerhati kebenaran bisa terlibat membela kebenaran.

"Dengan berbagai cara yang elegan dan tidak melanggar aturan perundang-undangan sehingga tidak perlu ada yang dikhawatirkan kalau MUI harus juga menggunakan media sosial," ucapnya.

Ketua DPP PKS ini lantas menekankan pembentukan cyber ini tidak melanggar fatwa MUI. MUI sendiri pernah memfatwa bahwa buzzer itu haram.

"Jadi kuncinya bukan persoalan buzzer dan bukan buzzer, tetapi kebenaran harus di atas kebatilan. Saya kira persoalannya bukan di buzzer atau non-buzzer tetapi kebenaran harus dibela," ujarnya.

MUI DKI soal Cyber Army
Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta membentuk tim cyber army untuk melawan buzzer yang menyerang ulama dan Gubernur DKI Anies Baswedan. Ketua Umum MUI DKI Jakarta KH Munahar Muchtar mengungkapkan alasan mengapa MUI DKI membentuk tim tersebut.

"Sebagai warga Jakarta tentu ketika ada kebijakan dan kinerja yang baik buat warganya, kenapa kita nggak dukung?' kata Munahar saat dihubungi, Sabtu (20/11/2021).

Munahar menilai wajar jika tim cyber army membela Anies sebagai bentuk dukungan untuk Jakarta yang lebih baik. Sebab, kata Munahar, banyak buzzer yang selalu mendiskreditkan dan mencari kesalahan Anies.

"Sementara ada oknum buzzer-buzzer yang kerjanya selalu mendiskreditkan dan mencari kesalahan Pak Anies, wajar kalau kita dukung dan men-support kinerja yang baik Pak Anies demi untuk Jakarta yang lebih baik ke depannya," ujarnya.


https://news.detik.com/berita/d-5820...ma-dan-anies/2

Cyber army MUI aka buzzershibah merasa dirinya pusat kebaikan.
Menurut ane sebuah kesombongan karena dari sini adalah pintu kelemahan terbesar kalian.
Di medan perang bisa di bilang kalian sitting duck karna klaim kalian prajurit kebaikan atas nama agama.
Zero mistake alias wajib bisa mempertahankan yg katanya pemilik kebenaran.
Apalagi yg juga kalian bela anies pula.
Banyak bukti betapa minimnya kinerjanya.

Benar2 sasaran tembak yg mudah sekali alias sitting duck.

emoticon-Cool
viniest
bontakkun
onta.ngacir
onta.ngacir dan 20 lainnya memberi reputasi
21
3.4K
125
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
NabiGantengsAvatar border
NabiGantengs
#12
Udah rahasia umum kalo bergaul sama partai kelamin sapi udah pasti rusak

Ulamak banting setir jadi BuzzeRp penguasa malah di aminin

Ya ikutan jadi sampah ngoahaha
emoticon-Ngakak emoticon-Ngakak

-- --
Bonus. Umat sampah emoticon-Cendol (S)
VV


ADZAN DENGAN SPEAKER/TOA : Sebuah Budaya Yang Diwajibkan

Sebelum mulai agar dipahami dulu bahwa yg wajib itu solat, bukan adzan. Tanpa adzan pun solat jatuhnya sah yg penting waktunya sesuai.

Lalu apakah itu adzan ? Syahdan ketika kaum muslimin masih di Mekkah mereka sudah solat tanpa adzan. Penanda waktunya adalah kesadaran mereka akan peralihan waktu2 itu. Ketika mereka hijrah ke Madinnah barulah Nabi dan para muslimin bersepakat merumuskan bentuk signal untuk penanda waktu solat. Jadilah itu adzan, yg isinya adalah kesepakatan orang2 masa itu. Sebab tidak akan ditemukan lafaz adzan baik di Quran dan hadis.

Caranya bagaimana ? seperti yg dicontohkan Bilal naik ke tempat tertinggi dan berteriak. Kok begitu ? Ya karena jaman dulu belum ada gadget, radio, televisi atau alarm adzan otomatis di ponsel. Berteriak di tempat tinggi adalah yg efektif.

Sekeras2nya suara Bilal tetap saja jangkauannya terbatas. Ada sudut kota Madinnah yg tidak terjangkau suara Bilal. Tapi tidak lantas rutinitas solat terputus karena muslimin tidak bodoh, mereka diberi panca indera untuk mengetahui waktu solat melalui petanda alam.

Sampai masa sepeninggal nabi, budaya adzan ini masih dilestarikan di era dinasti2 islam. Jangkauannya pun makin luas seiring banyaknya masjid2 yg memiliki radius satu sama lain sehingga suara adzan itu bisa di-estafetkan. Meminimalisasi sudut2 kota yg tidak terjangkau adzan.

Adzan masa itu masihlah "beradab dan santun". Suaranya merdu dan murni dilantukan oleh suara manusia. Dilafazkan dari menara yg tinggi agar dapat terdengar mengalun, syahdu, khidmat tidak mengganggu dan tidak menyakiti siapapun. Seperti halnya nilai-nilai islam itu sendiri, indah, khidmat, tidak menyakiti.

Lho memangnya ada adzan yg menyakiti ?

Coba saja bagaimana rasanya kuping anda disembur loud speaker rutin 5 kali sehari 35 kali seminggu. Terus2an setahun entah itu oleh lagu rohani atau adzan. Bagi yg tidak berkepentingan itu pasti amat mengganggu.

Padahal Indonesia dikenal sebagai negeri berjuta masjid. Lebih banyak masjid daripada era dinasti islam bahkan negeri arab sekalipun. Sudah begitu banyak saling berdekatan pakai loudspeaker dan toa semua. Apa jadinya orang2 non muslim yg rumahnya dekat masjid.

Sudah menaranya pendek2, dipakai toa pula ?

Kalau dipikir2 sekarang sudah ada televisi, radio, aplikasi2 ibadah yg memasang alarm adzan di ponsel. Seharusnya cara memanggil orang solat menjadi lebih mudah, efektif dan makin santun.

Adzan, sesuatu yg tidak wajib tidak pula sunnah, tanpa sadar dijadikan sebuah kewajiban secara taklid buta, tanpa menelaah esensinya dan makna nilai islam (tidak menyakiti) yg dicerminkan di dalamnya.

Bukan hanya menjadi polusi suara. Bahkan tanpa sadar generasi2 muslim yg tumbuh akan menganggap itu sebagai sebuah kewajiban selayaknya solat. Tidak berani merombak menyesuaikan diri dg perkembangan zaman akhirnya mereka mewarisi pola pikir jumud. Mirip kumpulan kerbau yg dicocok hidungnya.

Yah memang itulah dilema umat muslim saat ini Gagal memahami esensi agama islam tapi pandai dalam meniru budayanya. Akal dan hatinya sudah lumpuh tidak bisa membedakan mana yg wajib dan yg bukan.

Akhirnya, berlaku sewenang2 dg dalih agamanya (baca : dzolim). Dan menjadi sebuah permakluman


Naudzubillah min dzalik..


PKS Dukung MUI DKI Bikin Cyber Army Pembela Ulama dan Anies

Sudah kudungan ngoahahaha emoticon-Ngakak
Diubah oleh NabiGantengs 21-11-2021 02:53
bontakkun
onta.ngacir
fachri15
fachri15 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Tutup