Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

triyuki25Avatar border
TS
triyuki25
GARA-GARA HIDUNG


🌺Welcome to my new story🌺

Daftar isi:

1. Cowok Tampan
2. Nasehat Bapak
3. Bulan

Cerita ini berkisah tentang Janet, seorang perempuan berusia 28 tahun yang merindukan hadirnya seorang pangeran tampan untuk mengisi kekosongan hatinya.

Bagaimana, Cuy marucuy?

Kalian siap mengikuti kisah hidupnya?

Welcome To The Jungle

Selamat Membaca.
Diubah oleh triyuki25 11-11-2021 05:32
bukhorigan
dieq41
dieq41 dan bukhorigan memberi reputasi
2
1.7K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
triyuki25Avatar border
TS
triyuki25
#5
2. Nasehat Bapak
Kalian sudah lihat fotoku, bukan?
Kalau belum, lihat dulu di cover cerita ini. Mantap, kan? Kalian pasti geli sekaligus jijik melihat hidungku. Lubangnya besar.

Kalian saja merasa geli, apalagi aku?

Padahal, ya, dengan uangku yang banyak, mudah saja bagiku untuk operasi plastik.

Namun, Bapakku sebelum meninggal dulu pernah memberiku nasehat, kalau aku sampai mempermak hidungku, berarti neraka jahanam tempat kembaliku.

"Mengubah ciptaan Tuhan itu, dosa besar!"

Begitu dia berorasi di depanku ketika aku pernah meminta izinnya untuk melenyapkan lubang sumur itu dari wajahku.

Namun, aku malah dimarahi dan diusir kalau sampai aku melakukan operasi kecil tersebut.

Jadi, bertahun-tahun aku menanggung beban. Membiarkan diriku menjadi objek bulian orang-orang yang menatapku.

Sekarang, usiaku sudah 28 tahun. Sudah tidak muda lagi. Aku gamang menatap masa depan.

Aku percaya diri, kok, orangnya. Aku tidak pernah menutup-nutupi lubang hidungku ini. Tentunya ribet kalau setiap saat aku menjepit hidungku. Bisa-bisa mati sesak napas aku, Cuy Marucuy.

Namun, aku tetaplah perempuan yang butuh kasoh dan cinta, Cuy.

Untungnya perhatianku bisa dialihkan ke kerjaan. Kesibukanku sebagai seorang Direktur di perusahaan distributor makanan dan minuman di kota Padang, sedikit banyaknya bisa mengalihkan pikiranku dari memikirkan jodoh yang belum kunjung datang.

Perusahaan ini milik Bapakku. Dia mewariskannya ke aku, satu-satunya anak perempuan yang dia miliki. Sebetulnya aku punya Kakak laki-laki. Namun, kata Bapak, dia hilang ditelan ombak ketika berusia tujuh tahun. Entah sudah meninggal, entah masih hidup. Allahualam. Sampai sekarang, tidak jelas statusnya.

Aku berharap, suatu saat Abangku itu bisa pulang dan berkumpul lagi denganku. Waktu kejadian, usiaku tiga tahun. Jadi, aku tidak ingat persis bagaimana tragedi itu terjadi.

Yang jelas, kalau dilihat di foto, Abangku itu tampan sekali. Berbeda 360 derajat denganku. Hidungnya mancung, kulitnya kuning langsat, rambutnya tebal, dan bulu matanya lentik. Sungguh, aku iri melihat rupanya yang rupawan.

Aku siapa? Aku siapa?

Pertanyaan itu kerap menggangguku. Namun, Bapak selalu membesarkan hatiku. "Engkau tentu saja anak bapak. Anak siapa lagi?"

Aku hanya bisa menangis. Acap kali kutanya hidungku ini. Kenapa berbeda dengan kebanyakan orang? Bapak lagi-lagi menasehatiku untuk bersyukur. "Masih untung ada lubangnya, Nak. Kalau lubangnya tidak ada bagaimana?"

Tentu saja aku ngeri membayangkannya. Namun, tentu ukurannya tidak harus sebesar ini.

Sewaktu sekolah dulu, ada teman iseng bilang begini, "Kita tidak perlu jauh-jauh melihat gua. Cukup pandangi saja wajah Janet, gua Hirak terpampang nyata di sana."

Sakit sekali hatiku mendengarnya. Aku hanya bisa menangis dan lagi-lagi Bapak menyuruhku bersabar.

Aku kuat. Buktinya sekarang aku masih hidup dan berjuang menjalani hidupku yang tentunya tidak mudah.

Sebagian orang mungkin respek karena aku Direktur, karena aku banyak uang, dan karena aku memiliki harta yang melimpah. Namun, mereka tidak tahu betapa kesepiannya aku. Betapa menderitanya batinku.

Tidak ada yang benar-benar mau menjadi temanku. Tidak ada yang benar-benar peduli kepadaku. Mereka hanya mau mendekatiku, jika ada maunya saja.

Aku lelah berharap, kadang-kadang. Ingin aku menjadi sedingin es batu. Namun, aku tidak bisa.

Aku selalu merasa ada hormon humor yang berlebih di dalam tubuhku. Sedih dan senang itu datang silih berganti.

Maksudku, ketika sedih, maka aku akan sedih seharian. Ketika senang, maka aku akan menjalaninya seharian. Jadi aku ini kian bingung menyadari bagaimana aku ini sebenarnya.

Di kantor pun, aku berusaha mendekatkan diri dengan karyawan. Sayangnya, mereka seperti enggan berlama-lama berbicara denganku. Seakan-akan kursi yang mereka duduki dipenuhi bara api. Bahkan, kepala mereka selalu menunduk jika kuajak berbicara.

Aku paham kenapa mereka begitu. Kalau karyawan lama, mereka bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Namun, karyawan baru, sering tersembur tawa mereka begitu melihat lubang hidungku.

Bukan main!

Sudah dulu, ya?

Aku lapar. Makan siang dulu, Cuy Marucuy!

Tayang terlebih dahulu di KBM APP. Link-nya sebagai berikut:

GARA-GARA HIDUNG
makgendhis
makgendhis memberi reputasi
1