AyraNFarzana91Avatar border
TS
AyraNFarzana91
Dinyinyirin Tetangga, Begini Jawabannya
“Pak, cabai rawitnya masih ada?” Seperti biasa, setiap pagi aku berbelanja di tukang sayur keliling langgananku.

Ada beberapa ibu-ibu kompleks yang juga sedang berbelanja. Aku menoleh pada mereka dan tersenyum menyapa. Mereka membalas senyumku.

“Ini Bu Lina, cabainya.” Abang tukang sayur menyerahkan sekantong cabai padaku.

“Pak, brokolinya sekilo, ya,” ucapku setelah menerima sekantong cabai.

“Ya, Bu.” Pria itu dengan cekatan menimbang brokoli lalu memasukkannya ke dalam kantong keresek.

Ibu-ibu kompleks tampak memandangku, seraya berbisik. Pemandangan itu sudah biasa untukku.



“Bu, gemukkan ya sekarang!” kata Bu Asti saat kami sama-sama berbelanja di tukang sayur.

“Alhamdulillah, Bu,” jawabku.

Aku tak pernah memedulikan omongan mereka. Biarlah mereka mau berkata apa.

“Wah, tandanya suaminya makin sukses tuh!” goda mereka.
Suamiku bekerja sebagai pedagang martabak manis. Alhamdulillah, hasilnya cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari kami.

Sebagai seorang ibu rumah tangga. Aku harus selalu pandai dalam mengatur keuangan. Tubuh seorang wanita akan melar ketika mereka sudah menikah. Seperti yang aku alami. Merasa sayang, kalau ada makanan sisa yang harus dibuang. Memakannya dari pada mubazir. Otomatis hal itu membuat berat badanku naik drastis.

“Alhamdulillah, Bu.” Aku kembali tak memedulikan mereka dan tetap fokus memilih sayuran.

“Pak, daging ayamnya sekilo, ya.”

“Iya, Bu.” Dengan cekatan abang tukang sayur menimbang ayam potong.

“Belanjaannya hemat amat, Bu!” protes mereka.

“Alhamdulillah, Bu.”

“Berapa semua, Bang?” tanyaku pada abang tukang sayur. Setelah selesai berbelanja aku membayar belanjaan
Biarlah mereka mau berkata apa! Aku hanya akan menjawab dengan kata Alhamdulillah. Bukankah, kita harus selalu bersyukur atas segala yang Allah berikan kepada setiap hambanya.

“Bu, bajunya kok itu-itu saja! Emang enggak ada daster yang lain, ya!” celoteh Bu Santi.

“Alhamdulillah, Bu,” jawabku seperti biasa.

Aku memang tidak banyak mengoleksi banyak pakaian. Bahkan, pakaian branded pun tak punya. Bukannya karena tak mampu untuk membelinya. Namun, aku lebih senang memakai pakaian apa adanya. Bukankah Allah tidak suka makhluknya ya, suka berlebihan.

Aku lebih senang menyisihkan uang untuk keperluan yang lebih penting dan menyisihkannya sedikit untuk mereka yang memerlukan. Aku tidak pernah menggubris atau mengambil hati perkataan mereka. Itu justru akan menimbulkan penyakit hati dalam diri. Penyakit hati yang dimaksud bukanlah liver atau sejenisnya. Melainkan sifat iri dan dengki, ghibah, (membicarakan aib orang lain) dan penyakit hati lainnya.

Dalam Islam, hati seseorang merupakan penentu sifat baik buruknya seseorang, karena hati adalah tempat lahirnya perasaan seseorang. Jadi hati punya peran penting pada akhlak seseorang.

Untuk menghindari penyakit hati kita harus lebih banyak bersyukur atas segala apa yang telah Allah berikan.
Bagiku diam itu lebih baik dalam menghadapi setiap perkataan orang lain. Jika kita menuruti amarah dan membalas perkataan mereka, maka itu tidak akan ada habisnya. Justru akan menjadikan bumerang bagi diri sendiri. Hingga akhirnya putuslah silaturahmi kita dengan mereka. Biarlah orang lain mau menilai atau berbicara apa pada diri kita. Allah tidak menilai umatnya dari bentuk badannya, gemuk ataupun kurus. Di mata Allah semua berkedudukan sama yang membedakan amal dan perbuatan.

Karena Allah pula, aku berusaha memerdekakan hatiku dari perasaan iri dan dengki terhadap sesama. Bagi orang Islam, penyakit iri dan dengki itu patut diwaspadai. Sebab, orang yang mengidap penyakit itu tidak akan pernah merasa puas dengan nikmat yang telah Allah karuniakan kepadanya.

Tamat
Diubah oleh AyraNFarzana91 03-11-2021 14:08
phyu.03
iamyayad
anton2019827
anton2019827 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
571
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
bukhoriganAvatar border
bukhorigan
#1
nice share gan.
0
Tutup