PS5 masih sangat baru, belum banyak pilihan judul exclusive dan game PS5 sungguhan. Di PS5 banyak beredar game dari PS4 yang diberi peningkatan agar dapat disesuaikan dengan PS5. Mulai dari penyesuaian dengan Development Kit, tampilan gambar, tata suara, sampai sampul BD. 

Hal ini tidak jauh berbeda dengan penyesuaian terjadap PS4 Pro, tetapi dijual dengan harga yang berbeda untuk PS5. Perbedaan lainnya, peningkatan untuk PS5 diusahakan melebihi peningkatan untuk PS4 Pro. 

Selain pembajak, tengkulak adalah golongan yang dimusuhi oleh para gamer. Tengkulak senang menimbun barang-barang yang diinginkan oleh banyak orang. Para tengkulak pun seringkali bersekongkol dengan tengkulak lain untuk mengatur harga barang yang mereka sebut harga pasar.

Sebenarnya itu bukan harga pasar, itu hanya harga tengkulak. Dimana-mana, harga pasar itu tidak jauh berbeda dengan harga resmi, bahkan bisa lebih murah. Untuk mendapatkan PS5 di toko resmi, pembeli harus ikut undian terlebih dahulu. Sialnya, para tengkulak pun ikut undian menggunakan namanya sendiri, keluarga, dan teman-temannya. Ujung-ujungnya ada bagi hasil dengan orang-orang yang diajak bersekongkol.

Para gamer pun melontarkan sumpah serapah agar para tengkulak mendapatkan tulah yang sangat pahit. Harga resmi saja 8.700.000 Rupiah, banyak pengguna internet yang balas menawar dengan menekan harga tengkulak, tapi ujung-ujungnya menimbulkan pertengkaran di internet.

Banyak pemain lama, bahkan yang berlangganan PS+ sejak PS3 sedang naik daun. Mereka mempunyai pasokan game gratis setiap bulan, dan masih banyak yang terbengkalai. Baik dari PS3, PSP, PS Vita, dan PS4. Bukannya tidak punya uang untuk membeli PS5, tetapi banyak banyak game PS+ dan game obralan yang belum diselesaikan.

Banyak juga yang tidak sudi untuk memberikan keuntungan kepada tengkulak. Maka mereka lebih memilih untuk ikut undian di toko resmi yang ditunjuk oleh Sony Indonesia.

Dari sisi pengembang video game, membuat game untuk PS5 sekarang ini masih makan banyak biaya. Hasil penjualan tidak akan sebanding dengna biaya pembuatan. Masih bagus kalau untung tipis, kalau rugi bisa celaka. Makanya mereka lebih suka membuat game PS4, lalu menyediakannya lagi untuk PS5.

Kalau saja sekarang benar-benar membuat game PS5 sungguhan, bukannya untung, malah buntung. Tidak aneh jika ada game PS5 yang beredar lagi di PS4, dan game PS4 yang diedarkan lagi untuk PS5. 

Jadi, salah siapa? Itu salah tengkulak yang gemar menimbun barang demi keuntungan pribadi meski merugikan orang lain. Yang jadi korban tengkulak bukan hanya para gamer, toko dan pabrik pun ikut jadi korban. Pabrik PlayStation bisa menjadi korban tengkulak karena kelangkaan komponen elektronik. 

Sebagian orang menunggu game exclusive PS5 yang tergolong game PS5 sungguhan. Menunggu para pengembang berhasil membuat video game yang menggunakan hampir seluruh kemampuan PS5. Kalau sekarang, karena masih permulaan, maka game yang beredar di PS5 belum jauh berbeda dengan yang sudah beredar di PS4. 

Perbedaan yang ditawarkan adalah tampilan gambar dan tata suara yang melebihi PS4 Pro, itu pun harus menggunakan TV yang cocok. Selain itu, hal baru yang ditawarkan adalah Dual Sense.

Siapa tahu di PS7 VR, kita bisa merasakan hembusan angin dan wangi-wangi dari game yang kita mainkan.