kutilkuda1202Avatar border
TS
kutilkuda1202
[CURHAT] DIGUGAT CERAI ISTRI DISAAT ANAK KAMI MASIH 6 BULAN
NOTE: Thread ini adalah kisah nyata dari narasumber. Nama dan lokasi disamarkan demi privasi narasumber. Kaskusers boleh komentar dan memberikan saran untuk narasumber di kolom komentar. 

Selamat pagi, siang atau malam teman-teman kaskus semuanya. Di kesempatan kali ini, aku ingin mencurahkan isi hatiku. Mengapa aku bercerita disini? Karena aku ingin mendapatkan masukan dan juga saran dari pembaca kaskus semua. Selain itu, aku ingin teman teman semua tidak mengalami kejadian seperti yang aku alami. Sebelumnya, perkenalkan namaku Rony. Aku seorang pria berusia 37 tahun dan bekerja sebagai kasir di sebuah minimarket. Aku saat ini sedang dalam kondisi tertekan dan tidak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi istriku. Semua ini bermula karena istriku menggugat cerai diriku, padahal anak kami baru berusia 6 bulan. Aku akan menceritakan semuanya secara detail dari awal mula kami menikah.


Pada akhir tahun 2019 tepatnya bulan November, aku dijodohkan dengan seorang wanita. Aku akui, aku memang termasuk pria single yang telat menikah. Karena aku sibuk bekerja dan merawat ibuku serta menyekolahkan adik-adikku. Ayahku telah meninggal sejak aku lulus SMA kelas 3, dan semenjak itulah aku mulai menjadi tulang punggung keluarga. Aku memilki adik sebanyak 3 orang. Adik pertama saat itu kelas 1 SMA, adik kedua kelas 6 SD, dan adik terakhir masih TK kecil. Ibuku hanyalah seorang buruh tani di desa, sedangkan ayahku meninggal karena kecelakaan saat bekerja. Saat itu, ayahku berjualan asongan di bus, dan ternyata nasib malang menimpa ayahku. Beliau terjatuh saat melompat dari bus dan di tabrak motor yang melaju dari sisi kiri disaat bus mulai menurun kecepatannya. Beliau terlempar ke selokan sedalam 2 meter di pinggir jalan raya. Dan saat itulah, beban keluarga menjadi tanggungan ku dan ibuku. Akupun fokus bekerja selepas lulus SMA, dan mendaftar sebagai kasir di mini market.

Di usiaku yang ke 35 tahun, aku dikenalkan oleh seorang wanita cantik dan memiliki strata sosial perekonomian yang lebih baik. Ia adalah seorang anak pemilik futsal dan lapangan badminton di kecamatan. Ia lulusan S1 universitas swasta, paras wajah cantik, tinggi 168 cm dan badan bersih. Ia sangat menarik perhatianku dan membuatku merasakan getaran cinta karena menatap kecantikannya. Seminggu sesudah dikenalkan, orang tua wanita itu langsung ingin menikahkan anaknya dengan ku. Padahal aku tidak mempunyai modal ataupun uang sama sekali. Jangankan tabungan nikah, biaya hidup sehari-hari saja mepet. Tetapi keluarga calon istri mengatakan bahwa semua ditanggung oleh mereka. Bahkan sampai emas kimpoi pun dibelikan oleh calon mertua. Aku hanya modal membelikan cincin kimpoi dan seperangkat alat sholat. Dan akhirnya Januari 2020, aku menikah dengan gadis itu. Nama istriku sebut saja Intan. Ia berusia 34 tahun saat menikah dengan ku. Seusai menikah, kami tinggal di rumah istriku sendiri. Ia dibangunkan rumah oleh ayahnya di area futsal yang baru saja dibangunnya awal tahun 2019 sebagai cabang baru. Cabang itu ditangani oleh istriku sendiri. Ia dibantu oleh seorang ART.

Aku berpikir betapa baiknya Allah menemukanku dengan wanita ini. Dia cantik, berpendidikan, keluarga kaya dan mapan. Bahkan aku mulai berangan-angan untuk membuka bisnis dan juga menabung supaya ada perubahan dalam kehidupanku dan anakku kelak. Supaya anakku tidak merasakan pahit getirnya kemiskinan seperti yang ayahnya rasakan. Aku mencintai istriku, dan berusaha menjadi suami yang baik. Mungkin bisa dibilang, aku ini lebih dari suami-suami lain. Mengapa? Karena aku melakukan semua pekerjaan rumah juga. Istriku memintaku untuk membantu mencuci baju, membersihkan rumah, dan juga memasak bila dia sibuk. Awalnya aku pikir hanya “membantu” saja karena di rumah ada asisten rumah tangga juga.  Tetapi ternyata ia selalu sibuk setiap hari. Dari pagi jam 8, ia dan ART sudah standby di futsalan hingga larut malam jam 12 malam. Aku seusai kerja, selalu meminta untuk menggantikan dia supaya dia bisa istirahat. Tetapi, aku malah dibentak bentak dan dicurigai akan mencuri uang futsal. Karena sering dibentak-bentak, aku memilih di rumah saja mengerjakan pekerjaan rumah seusai kerja di mini market. Aku hanya diam saja, dan menjawab dengan halus,” ya udah kalau kamu tidak mau aku bantu, aku beres-beres rumah saja”. Sambil ku elus-elus tangannya agar ia tidak marah.

Alhamdullilah, di tengah tahun 2020 istriku hamil. Selama hamil ia tetap menangani futsal, dan aku menjadi suami rumah tangga sepulang dari kerja di minimarket. Aku juga mengantarkan dia periksa ke dokter, tetapi semua biaya ditanggung ayah mertua. Kata ayah mertua,” biar papa saja yang tanggung, kamu buat beli celana dalam aja susah kok”. Aku terima dengan sabar setiap ucapan mertua dan juga kakak ipar yang sering menjatuhkan aku. Mereka selalu menyindirku saat bertemu denganku selama istriku hamil.

“mas.. mas… kamu itu beruntung dapet adikku. Kamu kan modal “biji” doang!”

“ini kok debu di rumah kotor banget, apa tidak kamu bersihin? Anakku hamil, kerja, dan juga capek.. kamu malah cuman plonga plongo aja kayak kebo! Manusia kok “useless”!!!”

“Nyesel aku nikahkan anakku dengan kamu, udah jelek, gak bisa apa-apa. Masak cuman bersihin got depan aja gak bersih begini… pake tangan kalo perlu kamu menyelam dalam air got itu!”

Dan masih banyak lagi…. Tetapi yang paling menyakitkan saat istriku melahirkan. Mereka semua bersyukur bahwa bayi itu mirip ibunya dan tidak mirip denganku, serta aku tidak boleh menemani istriku di ruang bersalin dan yang menyentuh bayi pertama kalinya adalah mertuaku. Mereka juga menghina ibuku karena saat itu aku ditemani ibuku yang sudah tua dan berpakaian jilbab lawas. Kakak iparku bicara dengan istrinya, “lihat deh ibunya si Rony, dekil banget. Pakai jilbab lawas udah kayak ibuk ibuk yang minta dana sosial itu lho.. hahaha”, ucap nya sambil berbisik. Aku mendengar tetapi aku diam saja. Aku lebih memikirkan anakku dan istriku yang sedang dalam proses persalinan.

“Rony.. Nanti yang didalem biar mama saja, kamu diluar jagain yang lain ya. Karena mama mau dampingin anak mama supaya dia kuat. Kan mama yang paling tahu Intan”, kata ibu mertuaku. 

Aku hanya bisa menurut saja, karena aku sadar biaya persalinan sudah ditanggung ayah mertua. Sedangkan uang gajiku sudah kuberikan semua kepada istriku. Aku hanya membawa uang 500.000 sebulan sebagai pegangan uang untukku. Aku sadar diri, aku ini suami yang gak berguna bagi istriku.

Pasti kalian berpikir bahwa istriku tetap mencintaku apa adanya. TIDAK…

Dia juga berlaku tidak baik dengan ku. Ia mengganggap aku ini suami tidak berguna. Saran dan nasehatku selalu ditolaknya. Ia malah lebih sering meminta pendapat dari ayahnya. Kadang aku tidak tahu keputusan apa yang diambil bersama ayahnya. Karena setiap aku memberikan saran, aku selalu disalahkan. Aku ini rasanya seperti pembantu di rumah itu. Tetapi aku bertahan, karena aku pikir ini cobaan dari Allah untukku. Mungkin ada dosa dosa ku yang menjadi penyebab ini. Jadi aku terima saja kondisi ini apa adanya.

Tetapi makin hari, makin kasar saja istriku. Puncaknya bulan lalu, aku dibentak-bentak oleh istriku karena aku memecahkan vas bunga yang ia beli dari Jerman tahun 2017 saat piknik dengan keluarga besarnya. Aku sedang bersih bersih rumah, tetapi karena capek dan aku sambil nonton tiktok luculucu, aku tertawa dan tanpa sengaja kakiku menendang vas bunga itu. Saat pulang dari futsalan, istriku memarahiku dan semua kalimat kasar penghinaan keluar dari mulutnya. Kalimat yang ku ingat sampai sekarang yaitu

“ Aku nyesel nikah sama kamu, dan asal kamu tahu aja, aku nikah supaya hak waris papah turun ke aku karena persyaratan dari notaris itu aku harus memiliki KK sendiri. Jadi papah dan mamah sengaja menikahkanku dengan kamu miskin supaya kamu itu tidak berisik dan nurut saja! seharusnya kamu itu sadar, kamu cuman modal “biji” . Makan aja minta aku. Kamu cuman alat nya papah buat menurunkan warisan nenek, tapi kamu malah enak enak mainan hp. Mending kamu pulang ke kampung mu sana. Udah ibu mu tua, miskin lagi. Tuh ibumu minta transfer duit.. dasar KERE  !!”

Aku sakit hati dan pergi dari rumah. Beberapa hari selanjutnya, ART papa mertua datang dan menjelaskan bahwa istriku menggugat cerai aku. Padahal anak kami baru saja berusia 6 bulan. Ia juga memaksaku tanda tangan surat talak dimana disitu dituliskan bahwa aku menalak dia dan menyetujui perceraian. Kata ART, semua akan lancar karena sudah diurus papa mertua.

Teman teman kaskus…

Apa yang harus ku perbuat? Aku bertahan tetapi aku disiksa batin demi anakku yang masih bayi? Atau aku harus melepaskan semua dan berjalan dengan ikhlas?

Aku dilema kali ini. Andai waktu bisa diputar, aku ingin menolak perjodohan itu. Kasian anakku, ia harus kehilangan figur ayahnya kelak.

Sekian.

Rony


pulaukapok
p.a.c.o.l
scorpiolama
scorpiolama dan 7 lainnya memberi reputasi
8
3.5K
54
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
bebek1984Avatar border
bebek1984
#9
Gantung bos, jangan di tandatangan suratnya..
0
Tutup