MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
PACARKU HIDUP KEMBALI

Permisi Gan/Sis pembaca setia cerita cinta Hayati dan Asnawi, dalam trit baru ini ane mau cerita lanjutan petualangan Hayati setelah berpisah sama Asnawi.
Spoiler for Sinopsis:


KARAKTER


Spoiler for Karakter Utama:

Spoiler for Mahluk Gaib dan Bangsa Siluman:

Spoiler for Karakter Pendukung:



Quote:


Soundtrack cerita biar kayak film-film ANIME....emoticon-Embarrassmentemoticon-Embarrassment

Spoiler for Opening Song:


 
BAGIAN 1
ALAM BAKA
part 1



Malam itu setelah petarungan besar antara Bendoro dan Hayati, keadaan tampak sangat memilukan. Asnawi dan Hayati saling berpelukan dalam waktu lama, tubuh Hayati yang masih mengeluarkan darah tidak menjadi batu sandungan buat dirinya untuk memeluk Hayati.

Hayati menangis tersedu sedu dalam pelukan Asnawi. akhirnya setelah sekian lama, dia bisa bersatu dengan Asnawi tanpa harus mengalami berbagai gangguan. Bendoro yang selama ini muncul di kehidupannya, telah lenyap begitu saja. Memang Bendoro mempunyai tujuan yang baik demi membela kamu arwah penasaran yang diperbudak oleh bangsa siluman bangsawan, namun dia telah merenggut kebahagiaan Hayati dengan memaksanya untuk ikut berjuang. Bagi diri Hayati, Asnawi berperan sebagai pahlawan besar dalam kahidupannya sebagai arwah penasaran. Dimulai dengan pertemuan pertamanya yang sangat menyeramkan sampai mereka menjadi satu seperti sekarang ini. Banyak lika liku kehidupan cinta diantara mereka berdua ditengah jurang perbedaan yang menganga.

Hayati merasa sangat bahagia kala itu, hatinya merasa sangat tenang dan jiwanya berbunga bunga. Tubuhnya mulai menghangat seperti manusia hidup. Detak jantungnya mulai terasa dan aliran darahnya mulai menggelora. Tiba tiba seberkas cahaya berwana keemasan muncul dari langit dan menerpa tubuh Hayati yang masih beperlukan dengan Asnawi. Hayati langsung kaget dengan cahaya itu dan melapaskan pelukannya dengan Asnawi.

“mas...sinar ini?”

“maksudnya apa Hayati?”

“hatiku sekarang tenang banget dan jiwaku juga terasa hangat...jangan jangan ini tanda tanda...”

“maksudnya arwah kamu udah nggak penasaran lagi?”

“iya mas ku...huft..huft..mas.....mas..........gimana ini?”

“Hayati....kamu jangan tinggalin aku... kita udah berjanji mau hidup bersama”

“aku juga sama mas aku...hiks ...hiks...aku nggak mau pisah sama kamu mas”

Tubuh Hayati menjadi sangat hangat dan perlahan mulai memudar. Panggilan dari alam baka mulai menggema, Hayati mau tidak mau harus pergi kesana dan meninggalkan Asnawi di dunia ini. Asnawi semakin erat memeluk Hayati. Dia histeris dan tidak mau melepas Hayati.

“Hayati....tolong tetap disini, jangan pergi dulu ke alam baka..hiks..hiks”

“maafin aku mas, aku juga nggak bisa berkehendak....ini udah takdir...udah seharusnya aku berada di alam sana”

“HAYATIIIIII...........TOLONG HAYATI....TETEP JADI ARWAH PENASARAN....JANGAN TINGGALIN AKU”

“mas.....kayanya aku udah nggak bisa....aku udah pasrah akan keadaan sekarang..mas...denger aku mas...”

Hayati berusaha menegakkan kepala Asnawi yang tertunduk. Tampak mata Asnawi yang merah karena menangis dan wajahnya yang basah terkena air mata. Hayati berusaha tegar dan menguatkan Asnawi yang tengah jatuh dan larut dalam kesedihan. Hayati harus menyampaikan pesan yang bisa dijadikan bekal hidup Asnawi ditengah waktu yang samakin sempit. Lama kelamaan tubuh Hayati semakin memudar, dia harus berpacu dengan waktu.

“mas....maafin aku yah...mas...aku pengen kamu janji...aku pengen kamu berjanji sebelum aku pergi selamanya ke alam baka”

“nggak mau....kamu harus tetep disini Hayati..”

“mas...ku sayang...tolong aku yah mas.....mas harus ngerelain kepergianku yah...dan aku pengen mas berjanji”

Asnawi terdiam beberapa saat. Dia tampak berusaha untuk ikhlas untuk melepas Hayati pergi ke alam baka. Dia mulai mengatur napasnya dan menghentikan tangisannya.

“hiks...hiks....hiks..............iya aku berjanji”

“aku pengen kamu berjanji untuk menyayangi Cascade sabagaimana kamu menyayangi ku...aku pengen kamu melanjutkan hidupmu bersama dia....aku pengen kamu balikan lagi sama dia.....janji mas!”

“aku janji Hayati.........aku akan melaksanakan janji janjimu Hayati”

“makasih banget mas ku sayang...sekarang aku bisa pergi dengan tenang”

“iya Hayati sayang...aku sayang banget sama kamu...aku cinta banget sama kamu...aku nggak akan ngelupain kamu..Hayati...hatiku udah milik kamu....aku nggak akan ngasihin sama orang lain”

“mas....hiks..hiks....kamu harus tetap sehat yah mas, kamu harus rajin mandi, makan makanan sehat, nggak boleh ngerokok dan rajin olahraga mas....mas.....kayanya waktuku udah tiba...peluk aku mas”

Asnawi kembeli berpelukan dengan erat disertai tangisan yang luar biasa yang membuat suasan semakin menyedihkan.

“mas...walaupun di dunia ini kita nggak bisa bersatu...semoga di akhirat kelak kita akan ketemu lagi dan hidup bersama selamanya”

“iya Hayati..aku janji...aku akan selalu mendoakan mu dan akan melakukan semua yang kamu perintahin ka aku.....Hayati aku akan menemuimu di akhirat nanti...tunggu aku disana yah sayang....capet atau lambat aku juga akan menyusulmu ke alam sana....terima kasih Pacar Kuntilanak Ku tersayang...kamu udah mewarnai hidupku yang menyedihkan ini....”

Hayati pun akhirnya menghilang dari pelukan Asnawi. dan cahaya keemasan yang berasal dari langit pun juga ikut menghilang. Kejadian itu sama persis seperti yang Asnawi saksikan ketika 6 kuntilanak anak buah Wewe Gombel yang juga pergi ke alam baka. Asnawi kembali menangis dan berteriak teriak menyebut nama Hayati. Dia seakan akan tidak sanggup ditinggal Hayati dalam keadaan seperti itu.

Hayati terbang di dalam sebuah pusaran energi dalam tuangan yang tak terbatas. Dia melayang tanpa arah yang jelas, Hayati mencoba untuk berbalik arah melawan arus tarikan gaya,akan tetap usahanya itu gagal. Hayati menangis selama berada dalam pusaran itu. Dalam hatinya dia terus berkeluh kesah dengan keadaan yang dialaminya.

“Oh Tuhan....kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?.....aku cuma ingin hidup bahagia bersama kekasihku....kenapa Tuhan??” gerutu Hayati dalam tangisannya.

Tiba tiba seberkas cahaya putih kecil mulai muncul diujung pusaran. Hayati langsung melihat kearah cahaya itu, dia tampak mengernyitkan dahinya. “Mungkin itu adalah pintu alam baka” gumam Hayati dalam hati. Lama-lama cahaya putih itu semakin membesar dan mendekati Hayati. Jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia mendekatinya dan akhirnya dia masuk kedalam cahaya putih itu.

Tiba-tiba Hayati berbaring diatas tanah yang tandus. Dia menghela napas dengan kencang dan berusaha membuka matanya pelan-pelan. Hayati mulai berdiri dan melihat keadaan disekitarnya. Ternyata tempat itu adalah sebuah padang tandus yang sangat luas dan memiliki kontur permukaan tanah yang datar. Hayati tampak sangat kebingungan dengan tempat itu. Dia kemudian berjalan untuk mencari tahu tempat yang baru didatanginya itu. Padang tandus itu dipenuhi oleh kabut dan bersuhu panas, seperti suasana Kota Bandung di siang hari.

Hayati berjalan lurus kedepan untuk mengetahui tempat itu. Dia tidak bisa melihat jauh karena terhalang oleh kabut, jarak pandangnya sangat terbatas. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon kering yang menjulang cukup tinggi. Hayati memiliki ide untuk memanjat pohon itu dengan tujuan dapat melihat keadaan di sekitarnya. Dia pun memanjat pohon itu dengan susah payah.

Wujud Hayati berubah menjadi seperti manusia, dia tidak bisa melayang dan terbang seperti biasanya, tampak tubuhnya juga memadat. Hayati masih memakai baju gaun putih kuntinya yang berlumuran darah akibat pertarungan dengan Bendoro. Ketika sampai di puncak pohon, Hayati mulai melihat lihat kondisi sekitar yang masih tertutup kabut.

Tak lama berselang, tiba-tiba angin kencang bertiup dan menyingkirkan kabut yang mengahalangi pandangannya. Hayati tampak menutup matanya ketika diterpa angin tersebut. Setelah angin itu hilang, Hayati kembali membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Dia melihat orang-orang yang sangat banyak tampak antri untuk masuk ke dalam sebuah pintu besar yang berada di sebuah benteng yang sangat tinggi dan panjang di ujung cakrawala. Orang-orang yang kira kira berjumlah jutaan itu tampak bersabar dalam menunggu antrian masuk ke gerbang itu. Mereka tampak mengenakan kain kafan yang digunakan untuk menutup tubuh. Tergambar berbagai macam ekspresi yang tersirat di raut wajah mereka, ada ekspresi senyum bahagia, sedih, menangis dan penuh penyesalan.

................................................................

Spoiler for Closing Song:



Polling
0 suara
Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Asnawi ?
Diubah oleh Martincorp 06-12-2019 01:04
muliatama007
chrysalis99
gembogspeed
gembogspeed dan 207 lainnya memberi reputasi
196
679.2K
6.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#3794
BAGIAN 56
PATAH HATI
part 1

Setelah kematian Arsal yang tragis, Hayati tak masuk kerja. Ia ingin menenangkan diri sebelum kembali menjalani aktivitasnya sehari-hari. Selama itu pula Wongso semakin gencar mendekatinya. Setiap hari ia selalu mampir ke rumah Hayati untuk membawakannya makanan. Terkadang sesekali ia juga memasak di rumah Hayati. Hal itu membuat para ibu tiri Hayati menaruh hati kepada pria tampan itu.

Suatu siang, Miramareu pulang dengan wajah lesu. Hayati merasa heran dengan keadaannya.

"Mir, kamu kenapa? Kok wajahmu kusut banget" tanya Hayati.

"Udah seminggu kamu dan Tisha gak ada di klinik, jadi banyak pasien yang kecewa"

"Apaaaaah!! Tisha juga gak ada? Kenapa Mir"

"Hmmm... Aku gak tau Mal, dia tiba tiba aja gak masuk, gak ada kabar apapun dari dia"

"Oalaaaah apa dia sakit Mir?"

"Entahlah, kalo sakit mungkin ada kabar"

"Kalo gitu aku mau telepon dia"

"Udah kucoba Mal, tapi gak ada respon"

"Hmmm... yaudah kalo gitu aku mau tanyain sama Mas Wongso, dia kan pacarnya"

"Dia mau kesini hari ini?"

"Kayaknya iya Mir, tiap hari dia kesini terus nganter makanan"

"Aku curiga deh sama dia, pasti Wongso ada maunya sama kamu"

"Emang kenapa Mir?"

"Dia kayak yang caper gitu sama kamu Mal, tingkahnya aneh aja"

"Mungkin iya, tapi aku gak punya perasaan apa apa sama dia kok Mir, aku cuman temenan aja"

"Mungkin kamu gak punya perasaan sama dia, tapi kalo dia sama kamu gimana?"

"Ah gak mungkin Mir, Wongso kan udah punya pacar yang sempurna"

"Dokter Tisha maksudmu?"

"Iya, Tisha itu udah cantik, pinter, penyayang, kaya, terkenal, berasal dari keluarga dokter, punya klinik, berjiwa sosial tinggi... apalagi coba kurangnya?"

"Emang dia sempurna, tapi tetep aja cowok selalu merasa kurang Mal, mereka itu buaya, aku udah hidup tiga ratus tahun, aku udah berhubungan sama banyak pria... jadi aku tau sifat sifat mereka"

"Kamu tenang aja Mir, aku gak akan tergoda kok, aku gak mau merusak hubungan orang, lagian hatiku cuma buat Asnawi"

"Asnawi ya... kamu mau sampai kapan kayak gini Mal? Apa kamu gak belajar dari kejadian kemarin? Kamu kehilangan Arsal yang ternyata bikin kamu sakit hati karena kamu nolak dia dan gak peka"

"Aku gak tau Mir, aku bingung... aku menyesal gak nerima Arsal yang ada di hadapanku, sedangkan Asnawi yang yang tetep ku harapkan"

"Menurutku, kamu cepet cepet deh datengin Asnawi, kasih tau dia yang sebenernya!"

"Tapi Mir, aku gak mau ngerusak kebahagiaan orang"

"Astaga! Mau sampe kapan kamu bersikap bodoh!! Gimana Asnawi gak merasa bahagia selama ini? Udah deh kamu jangan sok sok naif gitu!!"

Miramareu sangat kesal dengan Hayati. Ia pun kemudian pergi meninggalkan Hayati di kamarnya sendiri. Hayati menangis setelah itu, ia kebingungan harus melakukan apa.

Ketika malam tiba, Miramareu kembali menghampiri Hayati dengan wujud kuyangnya. Ia meminta maaf kepadanya karena telah membentaknya tadi siang. Hayati menerima permintaan maaf Miramareu dengan sebuah pelukan hangat. Ia berjanji kepada Miramareu kalau suatu hari akan menemui Asnawi.

Keesokan harinya Hayati kembali masuk kerja. Ia merasa pikirannya sudah kembali sehat. Kini sudah tak ada lagi orang yang biasa mengantarkannya ke tempat kerja, Hayati pun harus naik kendaraan umum atau menumpangi motor Miramareu untuk mencapai ke sana.

Suasana klinik ternyata sepi. Dokter Tisha masih tak masuk kerja. Hayati merasa kecewa di hari pertama ia kembali bekerja.

"Hmmm... kok klinik ini jadi kosong Mir? Emang Tisha tuh kenapa ya?"

"Aku gak tau Mal, setiap ditelepon gak pernah diangkat"

"Apa kamu pernah ke rumahnya Mir?"

"Belum Mal, aku gak berani datengin rumahnya"

"Hmmm, kalo gitu biar aku aja yang kesana sekarang"

"Mau aku anter Mal?"

"Enggak Mir, aku naik bis aja"

Hayati bergegas pergi menuju rumah Tisha. Ia menumpangi bis kota menuju ke sana. Setibanya di sana, Hayati langsung naik ke lantai 7 gedung apartemen dimana rumah Tisha berada.

Ketika tiba di depan pintu, Hayati mengetuknya, namun setelah beberapa lama, tak ada respon. Hayati mencoba membuka pintu. Ternyata pintu rumah tak terkunci. Hayati pun masuk ke dalam rumah yang terlihat gelap.

"Tisha... kamu dimana? Ini aku Mala"

Tak ada jawaban dari penghuni rumah. Hayati berjalan perlahan memasuki ruang tengah yang tampak berantakan dengan puntung rokok dan minuman beralkohol.

Sayup-sayup terdengar angin berhembus. Suara itu berasal dari kamar. Hayati dengan cepat berlari memasuki kamar untuk mencari tahu. Begitu ia masuk, ia melihat Tisha berdiri di tepian jendela yang terbuka. Ia menengok ke arah Hayati yang masuk dengan tersenyum.

"Selamat tinggal Mala"

"Tidaaaaaaak!!!"

Tisha pun loncat dari jendela. Hayati dengan sigap, langsung ikut loncat untuk menyelamatkan Tisha. Ia terpaksa menumbuhkan sayap iblis untuk bisa terbang. Hayati berhasil menangkap tubuh Tisha. Ia dengan cepat terbang kembali menuju kamar.

Dengan penuh emosi, Hayati melemparkan tubuh Tisha ke atas ranjang.

"DASAR bodoh!!! KAMU MAU CARI MATI!!" bentak Hayati.

Tisha ketakutan ketika melihat Hayati yang marah dengan sayap hitam yang terbuka. Tubuhnya gemetar dan wajahnya menyiratkan suatu kengerian.

"Ka... ka... kamu siapa sebenernya?" tanya Tisha.

"Aku Mala, temenmu!!" jawab Hayati dengan penuh amarah.

Tak lama, Tisha pun pingsan. Hayati menghela napas panjang. Ia mengambil minyak kayu putih dari dalam lemari, lalu mengoleskannya di permukaan lubang hidung Tisha. Seketika dokter itu pun siuman. Tisha langsung menjerit ketakutan ketika melihat Hayati berada di hadapannya.

"Mahluk apa kamu? Pergi dari sini bodoh!!"

"Astaga! Ini aku Tis, Mala... kamu kenapa jadi kayak gini?"

"Enggak... enggak... kamu bukan Mala, kamu iblis"

"Aduh Tisha!! Mana ada iblis kayak aku, mereka mahluk gaib"

"Aku yakin kamu iblis, kamu megang tubuhku tadi sambil terbang... aku liat semuanya"

"Terbang? Aku gak terbang kok Tis, aku tadi loncat sambil megang tirai kamar"

"Boong!! Kamu punya sayap hitam"

"Tisha!! Mana ada manusia bersayap? Coba liat sekarang! Apa ada sayap do punggungku?"

Hayati membalikan tubuhnya untuk membuktikan tidak ada sayap di punggungnya. Tisha meraba raba punggung Hayati dengan seksama. Ia tak menemukan adanya sayap.

"Bener kan gak ada sayap di punggungku?"

Tisha mengangguk dengan kebingungan. Ia bersumpah telah melihat sayap yang muncul dari punggung Hayati ketika dirinya loncat dari jendela.

"Kamu kenapa Tis? Kok mau bunuh diri segala... udah gitu kamu jadi hancur kayak gini"

"Hmmm... hidupku udah hancur Mal, aku udah gak minat buat hidup"

Hayati menampar Tisha dengan keras. Ia tampak sangat kesal dengan omongan Tisha.

"Sakiiiit!!!"

"Kamu adalah orang terbodoh dari yang terbodoh yang pernah ku kenal, kamu tau kenapa aku bilang gitu?"

"Karena kamu udah gak ngehargain nyawamu sendiri!! Kamu itu dokter, sering nolongin nyawa orang, tapi gak sayang nyawa sendiri"

"Aku putus asa Mal... aku... aku... aku gak tau lagi harus gimana?"

"Kamu sebenernya kenapa sih Tis?"

"Aku diputusin Wongso"

"Apaaaaaaah!!! Diputusin? Kapan?"

"Seminggu yang lalu, aku gak tau alasannya apa, dia cuman bilang pengen putus gitu aja karena aku udah gak perhatian, padahal aku udah ngasih segalanya buat dia Mal!! Aku gak semangat hidup lagi Mal, biarin aku mati!!"

Hayati menampar Tisha kembali dengan keras. Tisha pun terkapar di atas kasur sambil memegangi pipinya yang merah.

"Baru diputusin cowok aja, kamu udah kayak gini!! Dasar lemah!! Dasar bodoh!! bodoh!!"

"Kamu beraninya nampar sama maki maki aku!! Aku pecat kamu ya!"

"Silahkan aja kalo kamu mau pecat aku, tapi aku gak rela kamu mati gara gara kebodohanmu sendiri Tis"

"Kamu gak ngerti perasaanku! Aku udah kehilangan orang yang paling kucintai dalam hidup"

"Hah!! Kamu bilang aku gak ngerti? Kamu tau gak perasaanku sekarang gimana? Aku ditinggal mati sama Arsal!! Wongso masih hidup, mungkin dia mau balikan lagi, tapi Arsal? Aku sempet nolak dia sebelum dia mati!! Dan aku gak bisa mengulang itu!!"

Tisha terdiam mendengar bentakan Hayati yang sangat menohok. Baginya permasalahan yang dialami oleh Hayati jauh lebih berat.

"Kamu juga belum pernah kan dikhianati sama cowok yang kamu cintai?"

Tisha menggelengkan kepalanya.

"Denger!! Dulu sebelum aku kerja, ketika aku masih kuliah, aku punya pacar cowok ganteng, namanya Bramantyo... Aku cinta mati sama dia, bahkan ku rela memberikan kesucian ku padanya sampe suatu hari aku mengandung keturunannya, tapi apa yang terjadi selanjutnya? Dia ngasih harapan palsu kepadaku!! Bukannya dinikahi, aku malah didorong ke jurang, dia pengen bunuh aku!! Untungnya aku masih bisa selamat walaupun jabang bayi yang ku kandung gak selamat.... Apa kamu pernah ngerasain hal kayak gitu huh!!"

"Enggak Mal... pengalamanmu jauh lebih menyakitkan dariku"

"Makanya aku gak mau kamu mati konyol gara gara diputusin!! Masih banyak cowok yang lebih baik diluar sana!!"

"I... i... iya Mal... a... a... aku... aku salah"

"Sekarang aku pengen kamu kembali ke kehidupanmu... Liat ini!! Kamu udah ngerokok banyak banget, udah gitu minum alkohol!! Kamu ini dokter Tis, tapi kok kamu malah gini"

"Maafin aku Mal... aku lagi hancur"

"Sekarang aku pengen kamu hentikan semua kebodohan ini! Kamu harus menatap masa depan, kamu gak boleh galau!"

"Susah Mal... aku masih kebayang bayang Wongso... aku cinta banget sama dia, aku gak mau putus"

"Hmmm... terima aja Tis, gak apa apa Wongso mutusin kamu! Kamu gak usah takut! Kamu ini cantik, pinter udah gitu kamu dokter, kamu bakalan gampang dapetin cowok pengganti Wongso... bahkan lebih baik"

"Apa yang harus aku lakukan Mal?"

"Okey... buka bajumu!! Terus mandi sana!! Badanmu bau kuntilanak"

"Ah masa sih!! Emang kunti kayak gini baunya"

"Iya, bau kesedihan dan penderitaan... sana gih mandi!"

Perlahan Tisha berdiri, lalu ia membuka pakaiannya satu persatu. Ia kemudian pergi ke kamar mandi.

Hayati sangat terkejut dengan kenyataan ini. Ternyata Wongso begitu jahat telah memutuskan Tisha dengan alasan sepele. Sementara selama ini, Wongso setiap hari selalu berkunjung ke rumahnya untuk mengantarkan makanan.

Apakah Wongso berpaling dari Tisha gara gara Hayati? Setidaknya pertanyaan itu terus menyeruak dalam otaknya.

Hayati akhirnya untuk tak memikirkan hal itu. Ia memilih untuk berpikir positif kepada Wongso. Hayati membersihkan kamar Tisha yang dipenuhi puntung rokok dan botol bir. Ia memunguti sampah-sampah itu, lalu memasukannya ke dalam kantong plastik.

Satu jam kemudian, Tisha keluar dari kamar mandi. Ia tampak lebih segar dan wajahnya memerah. Ia terkejut melihat kondisi kamarnya yang sudah bersih seperti sedia kala.

"Lho kok kamarku jadi bersih?"

"Ya aku bersihin lah Tis, kamu tuh di kamar mandi ngapain aja? Sampe sejam" protes Hayati.

"Aku berendam sambil berpikir Mal... Bener katamu, aku gak usah sebegitu sakit diputusin Wongso, aku sadar kalo selama ini aku kurang perhatian sama dia"

"Nah gitu dong!! Sini duduk!! Aku keringin rambutmu"

Tisha dengan cepat memakai pakaian bersih yang ia ambil dari lemari, lalu ia duduk di depan meja rias. Hayati terlihat sibuk mempersiapkan hairdryer dan sisir. Tak lama, mesin pengering rambut menyala. Deru suaranya seakan memecah keheningan di kamar itu. Hayati dengan telaten menyisir rambut Tisha yang basah.

"Mala..."

"Iya Tis, maafin omongan aku tadi ya! Aku gak maksud memecatmu"

"Oalah, gak apa apa kok Tis, aku tau kok tadi kamu ngomongnya gak serius... pikiranmu lagi kacau"

"Makasih Mal, kalo gitu kamu masih tetep kerja buatku"

"Oke Bos! Aku siap bekerja hihi"

"Buseet!! Kok tawamu kayak kunti soh Mal?"

"Oops maaf, udah kebiasaan"

"Dasar kamu!!"

"Maaf Tis"

"Eh Mal... Aku turut prihatin sama kamu ya, aku belum sempet ngucapin belasungkawa buat kamu atas kepergian Arsal... Aku doain semoga Arsal diterima di sisi Tuhan dan kamu dikasi ketabahan"

"Amiiin!! Makasih Tis"

Perlahan, rambut tisha mulai mengering. Hayati kemudian mematikan mesin pengering rambut. Ia lanjut menyisir rambutnya dan menatanya dengan rapi.

"Aku sadar Mal, kalo aku emang kurang perhatian sama Wongso... kamu tau, selama dia kecelakaan, aku cuma dua kali menjengungknya... aku malah nyuruh kamu buat ngurus dia sampe sembuh... aku terlalu sibuk sama pekerjaan dan kuliah spesialisasi ku"

"Ya mau gimana lagi Tis, itu semua udah tuntutan, lagian menurutku Wongso lah yang gak sabaran"

"Tapi ini semua salahku"

"Terserah kamu deh"

"Tapi lucu gak ya, kalo Wongso tertarik sama kamu? Soalnya selama ini kami selalu merawatnya... cowok kan suka gitu Mal, kalo nemu kenyamanan baru, eh dia lupa sama yang lama"

Pertanyaan Tisha begitu menusuk hati Hayati. Ia mendadak terdiam karena merasa kalau Wongso menyukainya.

"Ah itu mah cuman prasangka kamu aja Tis... menurutku enggak"

"Tapi kamu itu cantik Mal, muda, udah gitu tubuhmu jauh lebih bagus dari tubuhku"

"Ah enggak Tis, aku mah pendek, kamu tuh yang punya tubuh bagus kayak model"

"Tapi ukuran dadamu gede banget Mal, semua cowok pasti bakalan suka"

"Ya ini mah udah dari sononya Tis... kamu gak usah khawatir lah! Aku gak tertarik sama Wongso kok... hatiku udah terkunci buat pacarku yang di Bandung"

"Di Bandung? Siapa Mal?"

"Rahasia tauuuuuk!! Pokoknya cowok, anak kuliahan... tapi kalo sekarang mah di kayaknya wisuda deh... dia baik, perhatian dan bisa menerima aku apa adanya"

"Kok kedengerannya kayak adikku sih?"

"Adikmu Steve?"

"Iya"

"Enggak juga kali Tis, banyak orang yang kuliah di Bandung dan punya sikap yang sama"

"Tapi ada satu sikap spesifik yang sama Mal, yaitu bisa menerima apa adanya... Steve orangnya kayak gitu Mal, beda banget sama cowok kebanyakan... termasuk Wongso"

"Iya Tis, tapi semoga dia bukan adikmu, aku gak mau jadi adik ipar mu hihihi... kamu itu lebay, lemah mental, baru digituin sama cowok udah mau bunuh diri... hihi"

"Ihhh!! Aku juga gak mau jadi kakak ipar mu, kamu itu pegawai ku, abis itu kamu ringan tangan...kamu maen gampar gampar aja sama majikan... hahaha... untungnya aku gak jadi mecat kamu"

"Oalaaaah, maafin aku Tis, tadi kenceng ya?"

"Iya nih dasar preman! Hahahaha"

Akhirnya suara tawa memecah keheningan di kamar itu. Suasana hati Tisha yang semula gelap, perlahan berubah menjadi terang. Candaan demi candaan terlontar dari mulutnya dengan diiringi senyum kebahagiaan

...



yuaufchauza
galehnova
lelakiperantau
lelakiperantau dan 44 lainnya memberi reputasi
45
Tutup