Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Mbahjoyo911Avatar border
TS
Mbahjoyo911 
Tenung (Based on true story)


Quote:



Quote:



Update santai tiap selasa, jumat dan minggu jam 5 sore..


___________________________________________



Prolog

 Bel panjang pulang sekolah telah membuyarkan lamunan Anggita, Jam pelajaran terakhir telah usai. Dia bergegas membereskan semua alat-alat tulisnya dan memasukkan ke dalam tas sebelum akhirnya keluar dari kelas itu, menyusul teman-temannya yang udah duluan keluar kelas.

 Anggita adalah gadis manis siswi salah satu SMA swasta di kota X. Wajah yang bulat telur, kulit putih bersih, bibir mungil dan mata bulat bening berbulu mata lentik, rambut lurus hitam panjang, dengan tubuh sempurna khas cewek remaja yang sedang mekar-mekarnya, menjadikan dia sebagai salah satu kembang sekolah yang dikagumi, baik di sekolahnya sendiri, ataupun di sekolah lain.

 Saat keluar kelas, Anggita disamperin sama satu cewek yang telah jadi sahabat karibnya sejak dari SMP. Mereka lalu jalan bareng menuju pintu gerbang untuk pulang. Yosi memang sahabat Anggita yang paling dekat, mereka selalu berbagi segala hal, saling menceritakan semua hal tanpa ada yang ditutupi, bahkan termasuk urusan asmara.

Quote:


 Sampai di pertigaan, mereka pun berpisah, Yosi jalan lurus, dan Anggita belok ke kiri. Rumah mereka emang nggak begitu jauh dari sekolah, jadi mereka cuma jalan kaki ke sekolah. Sepanjang perjalanan pulang itu Gita kembali memikirkan apa yang telah dia lamunkan di kelas tadi, biaya sekolahnya telah menunggak 3 bulan, dia tadi telah dipanggil oleh guru bp terkait dengan masalah itu, dan Gita kembali meminta kompensasi. Tapi sampai kapan?

 Gita merasa sungkan dan nggak enak kalo meminta ayahnya lagi, memang ayahnya, pak Harjanto, cuma berprofesi sebagai buruh dengan gaji pas-pasan. Sedangkan ibunya, bu Ningsih, adalah seorang ibu rumah tangga yang punya kerjaan sambilan menjahit baju di rumah untuk mendukung ekonomi keluarga, tapi sepertinya itu masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. 

 Anggita masih punya seorang kakak laki-laki yang duduk di bangku SMA kelas tiga bernama Anggara, dan sebentar lagi dia akan menghadapi ujian kelulusan. Gita juga masih punya satu adik laki-laki yang menginjak di kelas 2 SMP bernama Anggo. Dua saudaranya itu juga butuh banyak biaya sekolah, dan kakaknya tentu butuh biaya lebih besar untuk ujian.

 Sampailah Gita pada sebuah rumah sederhana yang selama ini dia tinggali bersama orang tua dan kedua saudaranya. Meskipun rumah itu sudah berdinding tembok, tapi banyak cat yang mengelupas, atapnya juga ada yang bolong, jadi kalo hujan, maka rumah itu jadi bocor di beberapa tempat. Dan begitu masuk rumah, Gita menekan keresahan hatinya agar tidak terpancar keluar, biar ibunya nggak tau, ibunya udah banyak menanggung beban, jadi dia nggak akan menambahinya lagi. 'Biarlah nanti aku langsung ngomong sama ayah aja', gitu pikirnya.

 Tepat jam 3 sore, Anggita telah siap berangkat, dia menunggu Yosi sambil duduk di lincak atau kursi panjang dari bambu di depan rumahnya, tepat di bawah jendela. Lima menit kemudian, Yosi pun datang mengendarai motor maticnya. Sore itu mereka akan pergi ke kolam renang umum dimana akan diadakan pengambilan nilai dari sekolah untuk pelajaran olah raga renang.

 Butuh waktu setengah jam untuk sampai di kolam renang umum itu. Suasana sangat ramai karena ternyata sekolah SMA lain yang juga sedang mengadakan pengambilan nilai di situ. Teman-teman satu kelasnya Anggita juga udah pada datang. Anggita langsung merasa nggak nyaman dengan situasi yang ramai itu, dia udah nggak mood lagi untuk mengikuti tes renang itu. Tapi Yosi sahabatnya terus membujuknya hingga akhirnya Anggita luluh juga.

 Dan saat memasuki pintu loket, Anggita tertegun, dia melihat satu cowok yang sedang melihat dia juga. Anggita mengenalinya sebagai cowok yang sedang mengejar-ngejar dia selama beberapa minggu terakhir. Ternyata SMA lain yang sedang penilaian di kolam renang itu adalah sekolahnya cowok yang mengejarnya. Sudah beberapa kali Gita menopak cowok itu, tapi dia masih nekat mengejar. Bukannya Gita membenci, tapi belum kepikiran olehnya untuk menjalin suatu hubungan dengan cowok.

 Suasana kolam renang yang sangat ramai, dan masih ditambah oleh keberadaan cowok itu, membuat Gita merasa semakin nggak nyaman. Maka langsung aja dia balik badan dan melangkah menuju pintu keluar. Tapi langkahnya segera terhenti saat ada satu suara besar dan lembut yang menegurnya.

Quote:


 Yosi menggamit tangan Gita dan mengajaknya menuju ke deretan kursi di pinggir kolam renang. Pak Zaini juga duduk di situ sambil memberi penilaian pada siswa yang lain yang sedang berenang satu persatu. Gita benar-benar nggak jadi renang kali itu. Dan dia ngerasa makin nggak nyaman karena cowok itu terus memperhatikannya dari seberang kolam renang. 

 Anggita berencana untuk menunggu sampai Yosi mendapat nilainya aja, abis itu dia akan langsung pulang. Tapi setelah Yosi selesai, dia malah mengajak Anggita makan di kantin kolam renang dulu sebelum pulang, bahkan Yosi bilang kali dia yang akan membayar semua makanan. Dengan terpaksa akhirnya Anggita mau menurutinya.

 Selesai makan, Gita merogoh saku celananya untuk mengambil duit, dia berniat untuk membayar makanannya sendiri. Gita emang nggak pernah bawa dompet, jadi duit dan kartu pelajar dia bawa di saku celananya. Tapi ternyata Yosi sudah membayar semua makanan itu saat memesan tadi, hingga akhirnya Gita memasukkan lagi duitnya ke dalam saku, tanpa dia sadari kalo kartu pelajarnya juga ikut keluar dan terjatuh ke lantai saat dia tadi mengambil duit dari sakunya. 

 Saat mereka mau beranjak pergi dari kantin itu, seorang karyawan kantin cewek datang menghampiri mereka sambil membawa sebuah kue besar berbentuk bulat, si karyawan meletakkan kue itu di atas meja, tepat didepan Anggita. Di atas kue itu ada dua buah lilin berbentuk angka 16 yang sudah menyala, dan di kue itu ada tulisan 'happy b'day Anggita', itu adalah kue ulang tahun! Gita bahkan sama sekali nggak ingat kalo hari ini adalah ulang tahunnya!

Quote:


 Dua cewek, terbengong keheranan menatap kue ultah itu, siapa yang udah repot-repot ngasih kue ultah kayak gitu? Tapi pertanyaan mereka pun segera terjawab saat ada seseorang berdiri di ambang pintu kantin sambil membawa seikat besar bunga mawar. Dia adalah cowok yang tadi, cowok yang telah mengejar-ngejar Anggita!

 Cowok itu tersenyum sambil melangkah perlahan memasuki kantin. Dan ternyata dibelakangnya ada banyak temen-temen satu SMA dengan cowok itu yang membawa kertas besar bertuliskan 'happy b'day Anggita, will you be my girl?'. Bahkan temen-temen yang satu SMA dengan Anggita pun ikut bergabung dengan mereka. Si cowok yang membawa bunga mendekati Anggita dan berdiri tepat di depannya.

Quote:


 Suasana kantin yang semula sepi itu jadi riuh oleh suara temen-temen si cowok yang meneriakkan kata-kata agar Gita menerima, tapi hal itu tetap nggak membuat Gita bergeming, dalam hatinya membatin, mungkin inilah saat bagiku untuk ngomong jujur, gitu pikirnya.

Quote:


 Anggita bangkit dari tempat duduknya dan langsung beranjak keluar kantin. Yosi pun langsung menyusulnya. Sementara si cowok cuma terdiam menatap nanar pada kue ultah diatas meja. Dadanya bergemuruh, menahan rasa malu yang teramat sangat.

 Apalagi kini teman-temannya pun beranjak pergi dari kantin satu persatu tanpa ngomong apa-apa. mereka bahkan nggak berusaha nyamperin si cowok. Sape akhirnya kantin itupun sepi kembali, cuma beberapa pengunjung yang ikut menyaksikan seluruh adegan drama itu. Drama tentang seorang anak remaja yang telah gagal nembak seorang cewek.

 Si cowok masih berdiri mematung, hatinya serasa hancur, sia-sia sudah semua perjuangannya selama beberapa bulan ini, semua usahanya menyiapkan pesta ultah hari ini ternyata nggak ada gunanya. Dan satu hal yang paling memukul egonya adalah, rasa malu yang teramat sangat, ditolak di depan semua temen-temennya, temen-temen Anggita, dan semua pengunjung kantin.

 Seluruh rasa cintanya pada Anggita telah sirna dengan seketika, berganti oleh suatu perasaan benci dan dendam yang meluap-luap. Lalu tanpa sengaja matanya tertumbuk pada suatu benda yang tergeletak di lantai kantin, tepat di bawah meja. Dia beranjak memungut benda itu yang ternyata adalah sebuah kartu pelajar. 

 Kartu itu adalah kartu pelajarnya Anggita yang tadi terjatuh tanpa sengaja. Dia memandangi foto wajah cantiknya Anggita di kartu pelajar itu. Setanpun menyelinap di hati dan otaknya, membuat semua rasa malu, sakit hati, amarah dan rasa sedih meluap-luap campur aduk menjadi satu. Mendadak suatu ide gila terlintas begitu saja, ide dari setan yang membisikinya.

Quote:


 Satu tekad bulat terpatri di hati dan pikirannya, dia harus membalas semua yang dia peroleh hari ini. Lalu dengan langkah-langkah lebar, cowok itu beranjak menuju ke pintu kantin, meninggalkan kue ulang tahun di atas meja yang lilinnya masih menyala..



-----<<<{O}>>>-----



 Langit sudah mulai menggelap karena matahari sudah terbenam, ditambah lagi mendung hitam tebal telah menggantung di langit sejak tadi sore, sesekali terlihat kilatan-kilatan petir menerangi alam dalam sekejap, disusul suara menggelegar yang teramat keras sampai mampu menusuk gendang-gendang telinga. 

 Tapi semua pertanda kalo akan terjadi badai itu tak membuat langkah kaki seorang cowok jadi terhenti, dengan mantap dia memasuki sebuah halaman rumah luas yang berpagar bambu. Dia adalah cowok berusia 17 tahun, masih kelas dua SMA, cowok yang telah ditolak cintanya oleh Anggita di depan banyak orang. Dengan nekat dia telah mendatangi rumah ini untuk melaksanakan tekadnya.

 Untuk sejenak cowok itu memandangi keseluruhan rumah itu. Rumah sederhana berdinding papan, dan dia merasa ragu, benarkah ini rumah yang dimaksud? Tapi menurut petunjuk yang dia dapat, memang inilah rumah yang dimaksud. Maka dia pun mulai mengetuk pintu rumah itu dan menunggu.

 Tiga kali mengetuk, dan akhirnya pintu itupun terbuka. Muncullah seorang aki-aki berusia sekitar 50 tahunan, rambut sebagian sudah memutih. Dia memakai hem batik dan sarung. Sekilas penampilannya nggak berbeda dengan penduduk biasa di desa ini, dan itu membuat si cowok kembali ragu.

Quote:


 Si cowok pun mengikuti si aki memasuki ruang tamu rumah itu. Si cowok memandang berkeliling, nggak ada yang aneh, perabotan meja kursi biasa, sangat jauh berbeda dengan yang dia bayangkan sebelumnya. Ruang tamu itu sama kayak ruang tamu di rumah-rumah lain, sama sekali nggak menandakan kalo itu adalah rumah seorang praktisi. Si cowok duduk di kursi berhadapan dengan si aki.

Quote:


 Si pemuda mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya yang ternyata adalah beberapa bundel uang, dia letakkan uang itu di atas meja di depannya. Dan mata si aki membesar melihat tumpukan uang itu, semua rasa ragunya hilang seketika, kepercayaannya timbul perlahan. Cowok itu memang sengaja keluarkan duit buat nunjukin kalo dia nggak main-main.

Quote:


 Hujan telah turun dengan sangat deras saat si cowok keluar dari rumah itu. Angin ribut bertiup sangat kencang disertai gelegar petir tanpa henti. Badai besar telah melanda kawasan desa itu. Tapi si cowok nekat berlari ke arah mobilnya yang terparkir di pinggir jalan depan rumah. 

 Suatu kepuasan terlintas, sebentar lagi dia akan melihat Anggita menderita hingga meminta ampun padanya. Sebuah rencana jahat dan keji telah tersusun dan mulai dijalankan, rencana yang berdasar pada bisikan setan. Mata hati dan pikirannya telah tertutupi oleh sakit hati dan dendam..



Bersambung..



Diubah oleh Mbahjoyo911 10-10-2021 10:11
sampeuk
xue.shan
jondero
jondero dan 257 lainnya memberi reputasi
256
141.5K
3.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
Mbahjoyo911Avatar border
TS
Mbahjoyo911 
#382
Damai sebelum badai
 Semenjak pengobatan malam itu, kehidupan seakan berjalan normal kembali. Kiriman serangan itu sudah terhenti, para sesepuh sudah tidak datang lagi untuk membaca surat ruqyah tiap malam. Pak Rohani pun juga tidak datang lagi. Semua sudah menganggap kalau keadaan sudah aman. Kegiatan dalam keluarga pak Harjanto sudah berjalan seperti biasanya. 

 Pak Harjanto pun sudah mulai masuk kerja setelah beberapa hari ijin. Segala rasa syukur terus dipanjatkan pada Allah, tak lupa juga mereka terus berdoa memohon perlindungan dan keselamatan, semoga kejadian itu tidak terulang kembali. Tapi sampai saat itu Anggita masih belum mau bersekolah. Tingkah lakunya semakin aneh, beberapa kebiasaan baru bermunculan.

 Anggita seakan makin suka dengan kuaci, dalam sehari dia bisa menghabiskan empat kotak kemasan besar kuaci, bahkan lidahnya jadi memutih akibat terlalu banyak makan kuaci yang sangat asin itu. Meskipun dia sudah bisa makan nasi, tapi dia jarang makan dan lagi-lagi lebih suka nyemilin kuaci. 

 Malam hari itu, jam 2 dini hari, Gita terbangun untuk melaksanakan tahajud. Tapi saat dia baru mau beranjak mengambil wudhu, mendadak aja di dekat tempat tidurnya telah berdiri satu sosok orang tua berbaju putih-putih dan bersorban. Gita terkejut setengah mati, tapi begitu mengenali siapa sosok itu, Gita jadi merasa lega, karena sosok itu adalah  eyang Iman. 

Quote:


 Baru saja selesai Gita berpikir begitu, mendadak saja di kepalanya muncul suatu bayangan semacam gambaran dua tanaman yang dikatakan eyang Iman tadi. Dua batang tanaman pendek sejenis perdu. Yang satu memiliki bunga ungu dan berbentuk terompet, memiliki buah kecil berwarna hijau, dan yang satunya berdaun kecil-kecil sangat banyak. 

 Eyang iman juga memberi tahu yang mana kecubung dan yang mana keji beling. Setelah bayangan dua tanaman itu menghilang, Gita malah jadi terheran-heran, darimana asal bayangan itu tadi? Dia seakan melihat secara nyata, dua tanaman itu seakan tepat berada di depannya. Tapi kemudian suara eyang Iman membuyarkan pemikirannya.

Quote:


 Sebelum Gita sempat menjawab, sosok bersorban itu sudah menghilang begitu saja, meninggalkan Gita yang masih terbengong-bengong di tempat tidur. Dia masih merasa heran dengan gambaran yang dilihatnya tadi. Dan lagi, apa khasiat tanaman itu sampai dia harus menanamnya sendiri? Tapi semua pertanyaannya memang belum terjawab, dan Gita harus menunggu jawaban itu. Maka Gita pun berusaha melupakan pertanyaan itu, dia beranjak keluar kamar untuk  mengambil air wudhu.

 Saat Anggita sedang tahajud, Anggara terbangun menggeragap di kamarnya sendiri. Dia mendapati ada satu sosok berwujud bayangan putih sedang berdiri di samping tempat tidurnya. Bayangan itu perlahan menjelma nyata, menjadi satu sosok orang tua berpakaian putih-putih dan bersorban di kepala.

 Sosok orangtua itu cuma memandang ke arah Anggara, wajahnya jernih dengan sorot mata teduh. Tapi hal itu membuat tengkuk Anggara jadi meremang hebat, dia yakin kalau sosok orang tua itu adalah makhluk halus. Hawa udara di kamarnya seakan jadi bertambah dingin. Tapi tiba-tiba Anggara teringat keadaan Gita, dan serta merta dia menjadi emosi.

Quote:


 Lagi-lagi sosok orangtua itu cuma terdiam, dan Anggara pun semakin emosi

 "Kalau sampeyan kesini dengan niat jahat dan bermaksud menyakiti Gita, maka aku yang akan maju melawan sampeyan! Aku tidak peduli kalo sampeyan ini hantu gentayangan sekalipun!" nada bicara Anggara makin meninggi.

 Mendadak saja sosok orangtua itu berubah jadi bayangan, dan akhirnya menghilang begitu saja. Anggara menarik napas lega, bulu tengkuknya masih merinding, tapi emosi lebih mendominasi karena teringat penderitaan Gita. Namun kemudian Anggara jadi mikir, gimana caranya dia melawan hantu?! Dia tadi memang tidak berpikir panjang sampai kesitu. Tapi kemudian Anggara memutuskan untuk melanjutkan tidurnya.

 Pagi harinya, hari ketiga setelah pengobatan. Seluruh keluarga sedang sarapan bareng, dan kali ini Gita mau sarapan juga. Saat itulah Gita teringat perkataan eyang Iman tadi, jadi dia pun mengutarakan pada bapaknya kalau dia ingin menanam tanaman. Tapi keinginan itu malah membuat Anggara tertawa ngakak.

Quote:


 Seluruh keluarga saling pandang, baru kali ini mereka mendengar nama tanaman itu. Memang saat itu belum ada internet, jadi informasi dan pengetahuan tentang tanaman susah didapat, belum banyak orang tau soal dua tanaman itu, apalagi soal khasiat dan efeknya. Dan keluarga pak Harjanto pun juga belum tau sama sekali. Tapi anehnya, Gita malah sudah mengetahuinya.

Quote:


 Sore itu juga, selepas sekolah, Anggara akhirnya membantu Gita menyiapkan sepetak tanah di depan rumahnya untuk ditanami, bahkan diberi pupuk kompos juga. Dalam waktu singkat, pekarangan rumah yang lebarnya kurang dari dua meter itu sudah disulap jadi semacam taman kecil. Tinggal menunggu bibit tanaman keji beling dan kecubung saja.

 Selesai dengan taman kecil itu, Anggara dan Gita duduk-duduk beristirahat di depan rumah. Dan mendadak saja Anggara teringat dengan sosok orang tua yang menampakkan diri kemarin. Kini dia jadi berpikir, apa mungkin sosok orang tua itu adalah eyang Iman yang telah membantu Gita?

Quote:


 Ternyata dugaan Anggara benar, orangtua yang menemuinya itu adalah eyang Iman, sosok yang telah membantu Gita. Anggara jadi menyesal telah membentak-bentak sosok orang tua itu, karena waktu itu dia belum tau dan sedang dilanda emosi. Anggara jadi berpikiran akan meminta maaf kalau nanti eyang Iman muncul lagi.

 Hari berikutnya, ini adalah hari minggu, dari pagi pak Harjanto, Anggara dan Anggo sudah disibukkan dengan pembuatan pagar untuk taman kecilnya Gita. Pagar dari bambu yang dibelah dan dijajarkan. Dan menjelang siang, pagar berukuran 1,5 x 2 meter setinggi 1 meter telah selesai di pasang. Semua kerja keras itu hanya untuk memenuhi permintaan Gita.

 Siang hari setelah makan siang, pak Harjanto mengunjungi rumah teman kerjanya, dia telah dijanjikan akan diberi bibit keji beling dan kecubung oleh dua temannya itu. Dan menjelang sore dua tanaman itu telah ditanam di taman kecilnya Gita. Raut kebahagiaan yang terpancar di wajah Gita, membuat seluruh keluarga jadi ikut senang, padahal cuma gara-gara taman kecil itu.

 Hari-hari selanjutnya, Gita mulai disibukkan dengan merawat tanamannya itu, tiap pagi dan sore selalu disiraminya. Namun ada lagi keanehan pada Gita, dia sering terlihat melamun sambil memandangi dua tanamannya itu. Dia tidak sedang bengong, karena pandangan matanya sangat tajam, entah apa yang ada di dalam kepalanya saat itu.

 Kehidupan seakan normal kembali, semua terasa tentram dan damai bagi Gita. Dia sudah tidak melihat makhluk-makhluk berwujud aneh dan menyeramkan lagi, tidak ada serangan, tidak ada rasa sakit di dada dan di mulut akibat tergores paku. Hawa di rumahnya kini seakan berubah jadi terasa lebih sejuk.

 Seminggu berlalu sejak Gita mengobati dirinya sendiri dengan biji mentimun itu. Suatu sore, Gita sedang menyiram dua tanamannya, tampaknya dua tanaman itu bisa tumbuh dan hidup juga. Tanpa sengaja mata Gita tertumbuk pada sebuah tanaman kecil yang tumbuh liar di selokan pinggir jalan depan rumahnya.

 Gita mendekati dan memeriksanya, ternyata tanaman itu adalah pohon jambu bangkok yang masih setinggi 10 senti. Dengan hati-hati dia mengambil bibit jambu bangkok itu beserta akarnya, lalu memindahkan ke taman kecilnya, kini dia punya tiga jenis tanaman yang harus dirawat.

 Saat Gita mau mengambil air buat menyiram, dia mendengar ada sebuah motor berhenti di seberang jalan depan rumahnya. Gita menoleh dan mendapati seorang cowok berhelm full face dan memakai jaket sedang duduk di atas motornya. Meskipun wajah cowok itu tertutup helm, tapi batin Gita mengatakan kalo cowok itu adalah cowok yang ditolak cintanya dulu.

 Dan mendadak saja hati Gita berdesir khawatir, dia curiga dengan kedatangan cowok itu, jangan-jangan dia mau berniat jahat pada Gita. Gita jadi merasa takut, maka diapun buru-buru masuk ke rumahnya dan mengunci pintu. Sampai saat itu Gita belum tau kalo sebenarnya cowok yang dulu dia tolak itulah yang mengirim tenung padanya. Pak Rohani dan bahkan juga eyang Iman pun tidak memberitahu pada Gita soal siapa pelaku tenung itu.

 Cowok itu masih duduk di atas motornya, mengawasi Gita yang buru-buru masuk ke rumah. Dia memang sengaja datang ke situ untuk mengetahui hasilnya. Dengan memakai helm full face, dia berharap tidak ada yang akan mengenalinya. Dia tidak tau kalo ternyata Gita mengenali dirinya.

 Cowok itu merasa geram, ternyata aki-aki itu tidak berhasil mengerjai Gita. Jangankan meninggal, sakitpun tidak, dan Gita terlihat baik-baik saja. Sia-sia sudah Dia mengeluarkan banyak uang untuk membayar aki-aki itu. Setelah memastikan kalo semua usahanya gagal, cowok itupun tancap gas, langsung menuju ke rumah aki-aki itu, praktisi yang telah dibayarnya dulu.

 Cowok itu bernama Tommy, dia adalah anak tunggal dari salah satu pengusaha terkaya di kota itu. Tommy sudah terbiasa hidup manja, semua yang dia mau pasti dituruti, dan semua yang dia inginkan pasti tercapai. Hal ini membuat Tommy menjadi anak yang sombong, egois, mau menang sendiri, arogan dan nggak peduli apapun.

 Tapi kini dia kena batunya, ditolak mentah-mentah oleh Gita didepan teman-temannya sendiri. Sebenarnya Tommy benar-benar menyukai Gita. Tapi saat dia yakin kalo dia pasti akan berhasil mendapatkan Gita, ternyata dia gagal total. Dia merasa direndahkan dan di hina, masak cuma seorang Gita saja berani menolaknya. Dari situlah timbul suatu kebencian dan dendam yang dalam pada Gita.

 Hari sudah berganti malam saat Tommy tiba di rumah si aki praktisi itu. Dan aki itu sendiri yang membukakan pintu dan mempersilahkannya masuk. Ternyata di ruang tamu rumah itu ada dua orang aki-aki lagi, Dengan pandangan tajam, Tommy meneliti dua orang itu. 

 Penampilan mereka biasa saja seperti orang kebanyakan, nggak ada ciri khusus. Usianya mungkin sepantaran dengan aki tuan rumah. mungkin mereka juga tamu disini, atau malah pepanggan juga, gitu pikir Tommy. Maka tanpa ragu Tommy pun ikut duduk di kursi ruang tamu itu.

Quote:


 Tanpa pamit lagi, Tommy beranjak keluar dari rumah itu, meninggalkan tiga aki-aki yang sibuk menelan kemarahan. Kalo tidak karena uang, tentu si aki tuan rumah itu sudah menyantet Tommy saat itu juga. Lagian meskipun dia adalah orang jahat, tapi dia masih mengenal janji.

 Dalam perjalanan pulang itu, Tommy tersenyum jahat, dengan tiga orang pengirim tenung tentunya akan memastikan keberhasilannya. Tunggu sajalah Gita, kau akan merasakan sakit jauh lebih banyak dari yang kurasakan..


Bersambung..



11


anauhibu
sampeuk
jondero
jondero dan 101 lainnya memberi reputasi
102
Tutup