Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

cangkeman.netAvatar border
TS
cangkeman.net
Problem Anak Muda Zaman Now : Dituntut Ini Itu, Enggak Boleh Begini Begitu


Cangkeman.net - Sebagai seorang yang masih muda dan bergairah, aku masih memiliki banyak semangat dalam hidup. Pesan-pesan optimisme yang digaungkan orang-orang di seluruh dunia terhadap anak muda sepertiku membuatku merasa yakin bahwa masa depan milik kita kaum muda. Kita yang nantinya akan meneruskan perjalanan sejarah umat manusia.

Aku memiliki lingkar pertemanan yang cukup luas. Dari berbagai kalangan dan dari berbagai haluan. Dan rata-rata teman-temanku ini yah anak-anak muda juga sama sepertiku. Mereka memiliki semangat hidup yang masih tinggi, lugas, dan berbahaya.

Harapan memang kerapkali dibebankan kepada kita para pemuda-pemuda ini. Dari lingkup keluarga, masyarakat setempat, hingga negara dan dunia pun membangun narasi-narasi yang membebankan masa depan kepada kita. Mereka percaya, dengan segala perkembangan dunia saat ini dan berbagai macam tools yang ada dapat membuat generasi mendatang lebih baik lagi dari generasi sebelumnya.

Impian-impian kemajuan yang tinggi selaras dengan kemajuan segala hal yang ada di dunia seperti pendidikan, teknologi, dan sains memang hal yang normal. Namun hal itu akan menjadi sebuah bumerang jika kita tidak bisa melihat individu per individu.

Seperti yang kita ketahui, sejarah selalu mencatat tentang kemajuan demi kemajuan dari mulai bangsa pemburu pengupul menjadi bangsa petani, hingga sekarang kita menjadi bangsa industri. Para sejarawan dan mungkin kita sepakat bahwa kemudahan demi kemudahan selalu tercipta dari masa ke masa. Namun adakah yang dapat menjawab apakah segala kemudahan yang manusia peroleh berbanding lurus dengan kebahagiaan? Tentu ini membutuhkan variabel yang lebih kompleks lagi.

Begitu pula dengan anak muda ini. Dengan banyaknya tools, keahlian, serta jaringan yang mungkin lebih banyak dimiliki oleh generasi muda daripada generasi sebelumnya, belum tentu mereka lebih bahagia.

Kini, tuntutan sosial juga jadi lebih beragam. Ketika masyarakat pada tahun 70an mungkin akan bangga ketika anak mudanya sudah dapat menghasilkan uang sendiri, di masa ini hal itu tidaklah cukup. Anak muda zaman now dituntut juga untuk sekolah tinggi, memiliki setidaknya lebih dari satu kehalian dan bahkan tatanan sosial menuntut mereka agar berpakaian, ngopi, dan nongkrong pada merek dan tempat tertentu agar diakui.

Tuntutan sosial tersebut terkadang justru dibenturkan dengan tuntutan sosial lainya. Seperti menikah di umur sekian, lulus kuliah pada waktu sekian, punya rumah, kaya raya, namun tetap beradab terhadap orang yang lebih tua dan peraturan yang ada.

Bahkan jika anak muda ini gagal memenuhi ekspektasi para pendahulunya, tak jarang mereka justru disalahkan dengan berbagai argumen yang menjatuhkan. 

Jangankan setelah jatuh, sebelum jatuh pun, anak muda seolah-olah tidak boleh berleha-leha. Rokokan dan ngopi-ngopi santai dibilang pemalas, membangun komunitasnya dalam banyak bentuk seperti komunitas games dan mungkin perkumpulan sosial juga kadang masih sering dihujat.

Kita anak muda seolah-oleh diatur -baik secara langsung atau tidak langsung- oleh masyarakat agar kita menjadi ini dan itu, serta tidak boleh begini dan begitu. Namun kita mau begini dan begitu serta ini dan itu juga jika kita jatuh, kita akan lebih banyak mendengar hujat dan cemooh daripada suara penolong.

Tulisan ini ditulis oleh Fatio Nurul Efendi di Cangkeman pada tanggal 7 Oktober 2021


screamo37
officialthoriq
aldodickys
aldodickys dan 22 lainnya memberi reputasi
15
6.8K
151
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
bingsunyataAvatar border
bingsunyata
#10
Life is hard, coy ...
Sedari jaman nenek moyang kita dulu masih pakai kancut doang ..., (sambil megang kapak batu).
Perkembangan tehnologi memang membuat hidup serasa menjadi lebih mudah, tetapi untuk itu ada harga yang harus dibayar.

Selagi agan masih memegang kewenangan "mutlak", untuk berada dalam sikon itu (mampu "membayar harga", menurut apa yang agan butuhkan saja), hepi aja deh.
Lain lagi ceritanya, bila kemudian agan dituntut untuk turut "membiayai", kebutuhan dari/bagi orang-orang lainnya. Dimana itu terkait dengan "hak-kewajiban" pada ranah sosial.

Kalau agan ingin melepaskan diri dari semua itu, jadi penghuni dunia maya aja. Prosesnya langka atau terjadi secara kebetulan aja. Walau patut diketahui pula, bahwa di dunia maya sekalipun, ada aturan-aturan tertentu pula, berikut ada "harga tertentu" pula yang harus dibayar untuknya.
Contoh kasus, agama yang dicantumkan di katepe bukanlah agama yang diyakni oleh kita. Kemudian tanggal lahir di katepe bukanlah tanggal lahir sesungguhnya dari kita. Sehingga NIK yang kita dapat itu palsu belaka. Yang mana berarti status diri kita itu sebetulnya tidak mengada di negara ini.
Tapi hati-hati juga, kalau kemudian NIK yang asli mungkin digunakan untuk keperluan yang salah. Semisal masalah penerimaan bansos, atau untuk hutang sesuatu, dan sebagainya.
===> Kalaupun ada yang memakainya untuk hal begituan, selagi agan tidak terseret kalau terjadi masalah, anggap sajalah itu sebagai harga yang harus kita bayar kepada dunia sosial. Karena meski status kita adalah "hantu", secara riilnya kita masih berinteraksi dan membutuhkan penunjang hidup dari dunia riil.
Diubah oleh bingsunyata 23-10-2021 06:28
0
Tutup