gitalubisAvatar border
TS
gitalubis
Prank Membawa Petaka
[CENTER]


Sumber gambar

“Sebentar lagi suami gue ulang tahun, menurut kalian hadiah apa yang harus gue berikan untuknya?” tanya Renata seraya memangku secangkir hot chocolate yang masih mengepulkan asap tipis.

Ketiga sahabatnya itu diam, memikirkan hadiah apa yang begitu disukai oleh lelaki berusia 24 tahun.

“Bagaimana kalau ps5? Bukannya lakik lo suka nge-ngame, ya?” tanya Arumi.

Renata mengangguk, ide yang diberikan Arumi sungguh cemerlang. Kenapa dia tidak memikirkan itu?

“Bagaimana kalau lo buat prank untuk Dimas,” ucap Melani dengan semangat.

“Wah keren tu, Mel. Biar bagaimanapun inikan ulang tahun pertama dia setelah kalian menikah, yah biar lebih berkesan gitulah,” timpal Indah yang tak kalah semangat.

Mendadak ruangan kembali senyap, Renata membiarkan ide itu begitu saja tanpa jawaban.

“Prank nya nggak sulit kok, lo hanya melakukan....”

Melani membisikkan ide tersebut pada Renata dan juga kedua sahabatnya. Mendengar itu, Renata menggeleng. Bahkan, sebagaian hot choclate-nya sampai tumpah akibat gerakan spontanitasnya.

“Lo gila, ya. Bagaimana kalau setelah mendengar itu, Dimas meninggal? Nggak, gue nggak mau jadi janda muda,” tolak Renata tegas.

“Nah, ‘kan, lo aja yang dengar sampai kaget begini, bagaimana kalau Dimas. Yakin gue seratus persen, nggak akan terjadi apa-apa pada Dimas. Lagi pula, dia itu nggak punya riwayat penyakit jantung,” ucap Melani meyakinkan.

*
Renata menghembus napas pelan, pada akhirnya ia mengikuti saran dari Melani sebelum memberikan hadiah yang sebenarnya pada Dimas, dengan harapan bahwa semua akan berjalan dengan lancar.

Renata keluar dari kamar mandi dengan senyum merekah, sedangkan kedua tangannya diletakkan ke belakang menyembunyikan sesuatu.

“Sayang.”

Dimas menoleh saat mendengar suara manja istrinya memanggil. Perempuan dengan rambut sebatas bahu itu mendekat, diciumnya pipi Dimas singkat.

“Sepertinya hari ini istriku sangat bahagia. Ada apa?” tanyanya menangkupkan kedua tangan pada sang istri.

Renata mengangguk, lalu dibenahinya duduknya dengan benar menghadap Dimas.

“Aku ada kejutan untukmu, tapi sebelum itu tutup dulu matanya,” pinta Renata masih dengan nada suara yang begitu memabukkan bagi Dimas.

Melihat Dimas sudah melakukan permintaannya, Renata pun segera menunjukkan alat tes kehamilan milik Arumi.

“Sekarang kamu boleh membuka matamu,” ucap Renata.

Tiga detik berlalu, tapi tidak ada respons dari Dimas. Tangannya bergetar mengambil tespact tersebut dari tangan wanita yang begitu dicintainya. Dikuceknya mata berulang kali untuk memastikan kalau ia tak salah lihat. Beberapa menit selanjutnya, Dimas yang biasa menatap Renata dengan penuh cinta dan kasih, kini berubah sangat menyeramkan.

Awalnya Renata hanya ingin berhenti sampai di sini, sampai Dimas menunjukkan rasa keterkejutannya. Namun, entah mengapa Renata malah tertarik untuk melanjutkannya, ia ingin melihat seberapa besar rasa cemburu yang dimiliki oleh lelaki itu, karena selama dua bulan menikah, jarang sekali Dimas menunjukkan hal itu.

“Sudah berapa bulan?” tanya Dimas dingin dengan tangan yang mengepal kuat.

“Dua bulan,” jawab Renata masih dengan senyum yang membingkai.

Kini, tespact kehamilan itu sudah patah. Pernyataan Renata benar-benar melukai Dimas.
bukhorigan
bukhorigan memberi reputasi
1
666
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
monicasellaAvatar border
monicasella
#1
dunia sudah tua yah banyak banget hal yang berubah gan emoticon-Berduka (S)
gitalubis
gitalubis memberi reputasi
1
Tutup