Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
5 METER PERSEGI


~cerita ini di dedikasikan kepada semua orang yang selalu berpikir bagaimana jika dan bagaimana jika~


Buat pembaca baru silahkan baca ceritanya disini.

https://drive.google.com/folderview?...CatIxdZu5i3tKc

Bukanya jangan pake browser kaskus. Pake browser lain biar filenya lengkap
Polling
0 suara
Hal yang paling kalian nantikan di cerita ini
Diubah oleh ih.sul 23-04-2022 06:58
khodzimzz
doniraurus19827
siloh
siloh dan 153 lainnya memberi reputasi
144
312K
4.7K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
#3102
Pembunuh Bayaran
Di suatu tempat yang merupakan lahan proyek pembangunan, Sebastian tengah bimbang. Dia tidak punya rencana apapun untuk hari ini namun secara tiba-tiba seorang pria bule bernama Lucky muncul di hadapannya dan kini benar-benar serius hendak membunuhnya.

Suara keras yang dihasilkan oleh benturan taing beton dengan tas gitar yang Lucky bawa berhasil membuat Sebastian merinding. Meskipun tiang beton tersebut masih dalam tahap konstruksi namun benda yang Lucky bawa, apapun itu, berhasil menghancurkannya.

"Hei hei hei, jangan lari jangan lari. Aku capek tahu! Mendekatlah, mati itu nggak sakit kok. Kurasa, entahlah, aku belum pernah mati."

Dengan kedua tangannya Lucky mengayunkan tas gitar itu ke sembarang arah sehingga Sebastian terpaksa melompat mundur dan naik ke salah satu alat berat di pinggiran lapangan.

"Sebenarnya apa maumu? Siapa yang menyuruhmu?" tanya Sebastian.

"Informasi pelanggan itu rahasia. Kalau Kau mau kalahkan dulu aku."

"… okay."

Sebastian berdiri perlahan dan kemudian melakukan pemanasan dengan melompat kecil. Lucky meletakkan barangnya diatas tanah dan menunggu sampai akhirnya Sebastian melompat langsung kearah wajahnya.

"WOW WOW WOW!"

Lucky menunduk tepat waktu untuk menghindari tendangan di wajahnya namun disaat bersamaan Sebastian mengulurkan tangannya dan mencengkram rambut Lucky erat-erat sebelum melakukan tendangan dengan kaki yang lainnya. Dalam waktu kurang dari lima detik perkelahian itu sudah meneteskan darah.

"SAAAAAAAAKKIIIIIIIIIIIIITTTTTTTTTTTTT!!!!!!!!"

Bahkan di imajinasi terliar Sebastian dia sama sekali tidak menyangka Lucky akan menjerit hanya karna satu tendangan. Orang yang sedari tadi berlagak ingin membunuhnya berteriak hanya karna sedikit mimisan?

"SAKIT SAKIT SAKIT SAKIT SAKIT SAKIT! SIALAN KAU!"

Dan kemudian Lucky kembali mengangkat tas gitarnya. Meski demikian kali ini dia tidak mengayunkannya melainkan membuka tas tersebut dan mengeluarkan isinya. Betapa terkejutnya Sebastian, isinya ternyata gitar sungguhan.

"Kenapa Kau mengeluarkan gitar? Jangan bilang Kau mau bernyanyi."

Namun sekali lagi Sebastian sadar, tak mungkin ada gitar yang sanggup menghancurkan beton dalam sekali ayun.

"MATI KAU!"

Dan kemudian, tanpa siapapun bisa membayangkan, kepala gitar tersebut terbuka layaknya pintu rumah dan di dalamnya ada sebuah machine gun yang siap menyala.

***


"Seorang pria bijak pernah berkata, With great power, comes great responsibility.Aku mencoba memposting itu di twitter dan semua orang menertawakanku. Ternyata pria bijak yang mengatakan itu adalah paman Ben dari film spiderman. Betapa memalukannya."

Arson memutar-mutar topi bundarnya dengan satu tangan sementara tangan yang lain sibuk memainkan ponselnya, mengecek apakah cuitannya masih ditertawakan oleh netizen. Dia duduk seperti biasa namun kursi yang tengah dia pakai sedikit tidak biasa. Kursi tersebut terbuat dari tumpukan dua manusia yang mana Noir dan Yansi adalah manusia tersebut.

"Tapi apa Kau tahu mengapa di jaman dahulu buronan yang ditangkap hidup-hidup dihargai lebih mahal dibanding yang mati? Itu karna pihak yang berkuasa suka melakukan eksekusi demi membuat pihak lawan menyerah. Sekarang setelah yang namanya kerajaan tidak ada lagi tradisi itu tetap dipertahankan. Aku akan membawa kalian semua hidup-hidup tapi ada satu yang kurang. Harusnya di tempat ini masih ada Uryuu yang berharga 500 juta. Dimana dia?"

Arson bertanya kearah Regina yang jatuh tersandar ke dinding saking shocknya. Melihat Regina yang tidak menjawab Arson berjalan menghampirinya dan berjongkok untuk mensejajarkan tatapan mata mereka.

"Kutanya sekali lagi, dimana Uryuu?"

Setelah keheningan yang panjang Regina tetap tidak menjawab. Hilang sabar, Arson pun menampar wajah Regina keras-keras.

"Kutanya lagi, dimana Uryuu?"

"Di-dia tidak disini," jawab Regina.

"Ohh, kalau begitu panggil dia."

"…. Tidak mau!"

Jawaban itu membentuk guratan kecil di sudut dahi Arson. Dia menampar Regina sekali lagi dan kemudian tatapannya teralih pada makanan yang tadinya Regina bawa untuk Erlangga.

"Teh panas, sempurna untuk cemilan tapi kali ini aku harus memaafkan diriku untuk membuang-buang makanan."

Arson mengambil ceret yang berisi air panas tersebut dan menuangkannya ke kepala Regina dengan debit yang kecil. Sontak Regina berteriak namun dengan satu tangan Arson menahannya tetap telungkup.

"Baiklah nona kecil, semakin lama Kau diam semakin kulit kepalamu akan keropos."

Uap panas mulai mengambang di udara dan rintihan Regina sama sekali tidak berhenti. kendati demikian dia tidak melakukan apapun, tidak juga memohon untuk diampuni sampai akhirnya teh di dalam ceret tak lagi bersisa.

"Kesetiaan yang mengagumkan. kurasa aku harus—"

Namun suara gesekan besi membuat Arson menoleh. Erlangga, yang sebelumnya terkurung dengan aman di dalam jeruji besi, kini sudah merangkak keluar setelah Noir tanpa disadari merayap dan melepas kunci kekangannya. Erlangga menggeram layaknya binatang buas dan tatapannya tertuju pada Regina yang tidak bergerak. Seketika saja dia meraung.

"Wah wah, apa ini semacam insting hewan untuk membalas budi? Baiklah, sembari menunggu Uryuu akan kulihat kemampuanmu."

***


"Sinian, peringkat sss, harga 10 milyar. Kudengar Kau sangat kuat. Bagaimana kalau adu kekuatan denganku?"

Sinian, yang tengah berdiri bersandar di tiang lampu jalan, hanya melirik sedikit saat Jack menghampirinya sebelum kembali mengarahkan pandangannya ke jalanan. Jack yang masih menunggu jawaban terdiam lama sekali tanpa sadar bahwa Sinian benar-benar mengabaikannya.

Setelah beberapa lama sebuah taksi kebetulan lewat dan Sinian memanggilnya. Jack yang baru sadar telah diabaikan mencengkram bahu Sinian kuat-kuat sebelum Sinian bisa masuk ke taksi.

"Aku meminta baik-baik. Jika Kau menurut aku tak akan membunuhmu," ucap Jack dengan semua intimidasi yang bisa dia keluarkan.

"Hahh, aku tidak berkelahi dengan orang lemah."

Dengan satu tangan Sinian menekan bahu Jack hingga membuatnya berlutut akibat tekanan yang begitu kuat.

"Kita belum pernah bertemu kan? setelah ini pun tak perlu bertemu lagi. Hei Yuugo, urus orang ini."

Dan setelahnya Sinian pun menaiki taksi dan pergi begitu saja. Yuugo yang juga berada di tempat kejadian mengulurkan tangan pada Jack.

"Salam kenal paman, namaku Yuugo. Kalau paman ingin adu kekuatan aku akan layani paman."

"Yuugo, harga kepalamu cuma 5 juta."

"Hmm? Apa?"

"Maaf tapi aku tidak berkelahi dengan orang lemah."

Mencoba mencontoh Sinian Jack menekan bahu Yuugo sekeras yang dia bisa namun Yuugo tidak bergeming, dia kokoh dengan posisi berdirinya.

"Huh, banyak sekali kejutan di hari ini. Kau akan menyesal nak. Kau akan menyesal mengabaikanku."

***


Sinian turun dari taksi dikala dia sudah sampai di tempat yang dijanjikan. Tempat itu berada diluar kota yang mana sejauh mata memandang hanya terdiri dari sawah luas yang padinya mulai menguning. Di salah satu gubuk di sawah tersebut ada seorang wanita tengah duduk bersantai dan dikala Sinian menghampirinya dia menoleh.

"Selamat datang Sinian, senang akhirnya bertemu denganmu. Namaku Eurasia Blossom. Aku yakin banyak hal yang perlu kita bicarakan."

Tbc….
Kawulo_Mataram
jondolson
muridoemar
muridoemar dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Tutup