Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
AMOR & DOLOR (TRUE STORY)
Selamat Datang di Trit Kami

私のスレッドへようこそ




TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI TIGA TRIT GUE DAN EMI SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT INI, KAMI DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK (LAGI) DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DI SINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR!


Quote:


Spoiler for MUARA SEBUAH PENCARIAN (TAMAT):


Spoiler for AKHIR PENANTIANKU (ONGOING):


Spoiler for PERATURAN:


Spoiler for FAQ, INDEX, MULUSTRASI, TEASER:



HAPPY READING! emoticon-Cendol Gan


Quote:
Diubah oleh yanagi92055 01-10-2020 14:23
sotokoyaaa
santet72
al.galauwi
al.galauwi dan 90 lainnya memberi reputasi
81
174.9K
3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#425
Setengah Laku_Part 2
“Jadi mau yang mana?” tanya Emi pada gue. Saat itu kami sedang melihat-lihat cincin untuk acara lamaran kami yang kurang dari 5 hari. Iya gue tau, waktunya terlalu sempit.

“Aku pingin sih yang titanium item itu. Cuma apa nggak lebih baik beli yang emas putih aja?”

“Kalau emas putih, biasanya masih banyak dipake sama cowok, Mbak.” jelas mbak SPG cincinnya pada kami. “Biasanya sih pertimbangannya pasangan-pasangan yang beli cincin itu mau dipake seterusnya atau nggak sama si cowoknya. Katanya laki-laki muslim nggak boleh make emas.”

“Iya sih.” Emi terlihat ragu.

“Sebenernya nggak apa-apa sih aku nggak selalu make cincin. Aku makenya kalau ada acara aja atau kita lagi mau kemana gitu. Nggak usah dipake setiap hari.”

“Hmm.” Emi makin terlihat ragu.

“Titanium juga bagus kok, Mbak. Ini mereka berdua di harga yang hampir sama loh, Mbak. Emang sih titanium masih lebih murah Rp500.000,- tapi titanium yang Mbak pilih ini udah bagus banget. Saya juga mau kalau cincin nikahnya dikasih yang begini.” kata Mbaknya seraya mencoba cincin titanium yang Emi pilih tersebut.

Iya, di harga yang sama. Cincin emas putih yang kami pilih sangat sederhana. Hanya terdapat single diamond di bagian tengah dan besar ukurannya pun sama. Cincin kami benar-benar identik. Emi menolak ketika gue memilihkan cincin couple yang berbeda antara perempuan dan laki-lakinya. Padahal banyak wedding ring dimana cincin untuk perempuannya terlihat lebih mewah dan masih sesuai dengan budget kami. “Aku cuma mau cincin yang sama persis kayak yang kamu pake nanti.” jawabnya sederhana.



“Oh iya, Mbak. Kalau Mbak beli yang emas putih terus di masa depan nanti Mbak mau jual karena mau dibentuk baru lagi atau ya karena mau diganti aja, walaupun jarang kejadian juga sih soalnya kan ini cincin nikah yak, itu masih bisa Mbak. Beda sama titanium, kalau udah dibentuk ya dijual juga nggak laku. Terus nggak bisa dibentuk lagi. Hmm. Paling nih harganya lebih rendah aja kalau misalnya cincin yang Mbak pilih ini nantinya minta diukir nama.”

“Kalau diukir nama nambah berapa lagi, Mbak?” tanya gue.

“Gratis di sini, Mas. Tapi nunggu sehari paling, sekalian dibersihin lagi.”

“Gimana jadinya? Mau yang emas putih apa titanium?”



Gue tau, Emi berat banget di titanium ini. Apalagi harganya lebih murah dan warnanya itu loh… HITAM! Warna kesukaan kami. Keinginan Emi biar gue bisa menggunakan wedding ring kita setiap saat itu tercapai. Tetapi sekali, untuk apa laki-laki menggunakan wedding ring setiap saat? Bukannya lebih baik perempuan saja ya?

“Ya udah emas putih aja.”

“Eh kok jadi ngambek begitu sih? Nggak apa-apa kalau mau yang titanium ini. Aku juga mau kok.”

Dia menoleh ke arah gue. “Nggak apa-apa. Emas putih aja. Sekalian diukir ya, Mbak.”

“Bener nih, Mbak? Saya siapin kertasnya ya.”

“Sebentar, Mbak…” Gue arahkan badan Emi hingga menghadap ke arah gue. “Kamu itu kenapa?”

“Oke, saya tinggal sebentar ya, Mas. Nanti panggil saya lagi aja. Biar didiskusiin dulu.” Kayaknya mbak SPG-nya merasa awkward ada di antara perdebatan kami.

“Iya, Mbak…”

“Aku nggak apa-apa kita beli yang emas putih, Zy.”

“Kamu keliatan kepaksa.”

“Ih seriusan, aku nggak apa-apa.”

“Bohong!”

“………”

“Jujur, kenapa kamu pingin banget yang titanium?”

“Aku udah mau yang emas putih aja kok. Nggak apa-apa. Toh kamu juga mau make cincinnya juga kan nanti di situasi tertentu?”

“Itu mah pasti. Biar kita dinotice juga sama orang kalau udah halal jadi suami istri!”

“Walaupun nggak bisa dipake setiap hari sama kamu.”

“Jujur sama aku, kenapa sih aku harus make setiap hari? Masalahnya dimana? Masa iya aku ngantor harus make cincin terus? Aku survey ke lapang harus make cincin juga gitu? Buat apa? Kalau nanti aku copot-copot, takut cincinnya ilang, Mi. Orang-orang juga tau kok kalau aku udah nikah. Buat apa segala nunjukin cincin?”

“Iya…”

“Mi?”

“Iya nggak apa-apa.”

“Yaudah beli yang titanium aja.”

Dia menarik lengan kiri gue. “Aku nggak apa-apa. Kita beli yang emas putih aja. Bismillah. Aku terima kok. Toh cincin ini juga belinya pake uang kamu kan.”

“Aku bukan permasalahin siapa yang beli atau apa yang mau dibeli loh. Aku maunya beliin apa yang bener-bener kamu mau pake. Nanti itu semua yang aku punya ya jadi milik kamu juga.”

“Nggak usah sok so sweet begitu. Itu diliatin Mbaknya!” bisik Emi.

“Udah yakin mau yang mana?”

“Iya.”

“Mau titanium aja?”

“Hmm.” Dia terlihat lebih yakin dari sebelumnya.

“Oke aku panggil Mbaknya ya.”

“Jadi mau yang mana, Mas?” tanya mbak SPG tersebut.

“Ti—”

“Emas putih aja, Mbak.”

“Emi?”

“Nggak apa-apa. Aku pilih emas putih aja.” jawab dia seraya tersenyum ke arah gue. “Biar nggak jadi beban di kamu juga.”

“Beban apa lagi sih?”

“Apa mau saya tinggal lagi, Mas?”

“Nggak usah, Mbak.” Gue pegang tangan kanan dia. “Bener ya mau yang emas putih aja?”

“Iya.”

“Oke. Nanti jelasin ke aku apa maksud beban-beban itu.”

“Iya.” jawabnya singkat.

“Oke, Mbak. Tolong diukirin namanya.”

“Baik, saya urus dulu dokumen-dokumennya ya, Mas. Mas bisa selesaikan pembayarannya di kasir.”

Setelah gue selesai membayar cincin yang gue beli di kasir, gue dan Emi diminta menunggu di ruang tunggu ketika dokumen cincin gue dipersiapkan. Soalnya cincinnya baru bisa diambil keesokan harinya karena proses pengukiran nama itu.

“Aku nggak nyangka aja kamu keberatan buat make cincin nikah pas kerja nanti.” ucapnya perlahan.

“Ya ampun, Mi! Seriusan? Lo baru ngebahas ini pas banget gue bayar cincinnya? Mau lo apa sih, Mi?”
Diubah oleh yanagi92055 05-10-2021 13:58
Tika1909
oktavp
caporangtua259
caporangtua259 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
Tutup