Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
PACARKU HIDUP KEMBALI
PACARKU HIDUP KEMBALI
Permisi Gan/Sis pembaca setia cerita cinta Hayati dan Asnawi, dalam trit baru ini ane mau cerita lanjutan petualangan Hayati setelah berpisah sama Asnawi.
Spoiler for Sinopsis:


KARAKTER


Spoiler for Karakter Utama:

Spoiler for Mahluk Gaib dan Bangsa Siluman:

Spoiler for Karakter Pendukung:



Quote:


Soundtrack cerita biar kayak film-film ANIME....emoticon-Embarrassmentemoticon-Embarrassment

Spoiler for Opening Song:


 
BAGIAN 1
ALAM BAKA
part 1



Malam itu setelah petarungan besar antara Bendoro dan Hayati, keadaan tampak sangat memilukan. Asnawi dan Hayati saling berpelukan dalam waktu lama, tubuh Hayati yang masih mengeluarkan darah tidak menjadi batu sandungan buat dirinya untuk memeluk Hayati.

Hayati menangis tersedu sedu dalam pelukan Asnawi. akhirnya setelah sekian lama, dia bisa bersatu dengan Asnawi tanpa harus mengalami berbagai gangguan. Bendoro yang selama ini muncul di kehidupannya, telah lenyap begitu saja. Memang Bendoro mempunyai tujuan yang baik demi membela kamu arwah penasaran yang diperbudak oleh bangsa siluman bangsawan, namun dia telah merenggut kebahagiaan Hayati dengan memaksanya untuk ikut berjuang. Bagi diri Hayati, Asnawi berperan sebagai pahlawan besar dalam kahidupannya sebagai arwah penasaran. Dimulai dengan pertemuan pertamanya yang sangat menyeramkan sampai mereka menjadi satu seperti sekarang ini. Banyak lika liku kehidupan cinta diantara mereka berdua ditengah jurang perbedaan yang menganga.

Hayati merasa sangat bahagia kala itu, hatinya merasa sangat tenang dan jiwanya berbunga bunga. Tubuhnya mulai menghangat seperti manusia hidup. Detak jantungnya mulai terasa dan aliran darahnya mulai menggelora. Tiba tiba seberkas cahaya berwana keemasan muncul dari langit dan menerpa tubuh Hayati yang masih beperlukan dengan Asnawi. Hayati langsung kaget dengan cahaya itu dan melapaskan pelukannya dengan Asnawi.

“mas...sinar ini?”

“maksudnya apa Hayati?”

“hatiku sekarang tenang banget dan jiwaku juga terasa hangat...jangan jangan ini tanda tanda...”

“maksudnya arwah kamu udah nggak penasaran lagi?”

“iya mas ku...huft..huft..mas.....mas..........gimana ini?”

“Hayati....kamu jangan tinggalin aku... kita udah berjanji mau hidup bersama”

“aku juga sama mas aku...hiks ...hiks...aku nggak mau pisah sama kamu mas”

Tubuh Hayati menjadi sangat hangat dan perlahan mulai memudar. Panggilan dari alam baka mulai menggema, Hayati mau tidak mau harus pergi kesana dan meninggalkan Asnawi di dunia ini. Asnawi semakin erat memeluk Hayati. Dia histeris dan tidak mau melepas Hayati.

“Hayati....tolong tetap disini, jangan pergi dulu ke alam baka..hiks..hiks”

“maafin aku mas, aku juga nggak bisa berkehendak....ini udah takdir...udah seharusnya aku berada di alam sana”

“HAYATIIIIII...........TOLONG HAYATI....TETEP JADI ARWAH PENASARAN....JANGAN TINGGALIN AKU”

“mas.....kayanya aku udah nggak bisa....aku udah pasrah akan keadaan sekarang..mas...denger aku mas...”

Hayati berusaha menegakkan kepala Asnawi yang tertunduk. Tampak mata Asnawi yang merah karena menangis dan wajahnya yang basah terkena air mata. Hayati berusaha tegar dan menguatkan Asnawi yang tengah jatuh dan larut dalam kesedihan. Hayati harus menyampaikan pesan yang bisa dijadikan bekal hidup Asnawi ditengah waktu yang samakin sempit. Lama kelamaan tubuh Hayati semakin memudar, dia harus berpacu dengan waktu.

“mas....maafin aku yah...mas...aku pengen kamu janji...aku pengen kamu berjanji sebelum aku pergi selamanya ke alam baka”

“nggak mau....kamu harus tetep disini Hayati..”

“mas...ku sayang...tolong aku yah mas.....mas harus ngerelain kepergianku yah...dan aku pengen mas berjanji”

Asnawi terdiam beberapa saat. Dia tampak berusaha untuk ikhlas untuk melepas Hayati pergi ke alam baka. Dia mulai mengatur napasnya dan menghentikan tangisannya.

“hiks...hiks....hiks..............iya aku berjanji”

“aku pengen kamu berjanji untuk menyayangi Cascade sabagaimana kamu menyayangi ku...aku pengen kamu melanjutkan hidupmu bersama dia....aku pengen kamu balikan lagi sama dia.....janji mas!”

“aku janji Hayati.........aku akan melaksanakan janji janjimu Hayati”

“makasih banget mas ku sayang...sekarang aku bisa pergi dengan tenang”

“iya Hayati sayang...aku sayang banget sama kamu...aku cinta banget sama kamu...aku nggak akan ngelupain kamu..Hayati...hatiku udah milik kamu....aku nggak akan ngasihin sama orang lain”

“mas....hiks..hiks....kamu harus tetap sehat yah mas, kamu harus rajin mandi, makan makanan sehat, nggak boleh ngerokok dan rajin olahraga mas....mas.....kayanya waktuku udah tiba...peluk aku mas”

Asnawi kembeli berpelukan dengan erat disertai tangisan yang luar biasa yang membuat suasan semakin menyedihkan.

“mas...walaupun di dunia ini kita nggak bisa bersatu...semoga di akhirat kelak kita akan ketemu lagi dan hidup bersama selamanya”

“iya Hayati..aku janji...aku akan selalu mendoakan mu dan akan melakukan semua yang kamu perintahin ka aku.....Hayati aku akan menemuimu di akhirat nanti...tunggu aku disana yah sayang....capet atau lambat aku juga akan menyusulmu ke alam sana....terima kasih Pacar Kuntilanak Ku tersayang...kamu udah mewarnai hidupku yang menyedihkan ini....”

Hayati pun akhirnya menghilang dari pelukan Asnawi. dan cahaya keemasan yang berasal dari langit pun juga ikut menghilang. Kejadian itu sama persis seperti yang Asnawi saksikan ketika 6 kuntilanak anak buah Wewe Gombel yang juga pergi ke alam baka. Asnawi kembali menangis dan berteriak teriak menyebut nama Hayati. Dia seakan akan tidak sanggup ditinggal Hayati dalam keadaan seperti itu.

Hayati terbang di dalam sebuah pusaran energi dalam tuangan yang tak terbatas. Dia melayang tanpa arah yang jelas, Hayati mencoba untuk berbalik arah melawan arus tarikan gaya,akan tetap usahanya itu gagal. Hayati menangis selama berada dalam pusaran itu. Dalam hatinya dia terus berkeluh kesah dengan keadaan yang dialaminya.

“Oh Tuhan....kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?.....aku cuma ingin hidup bahagia bersama kekasihku....kenapa Tuhan??” gerutu Hayati dalam tangisannya.

Tiba tiba seberkas cahaya putih kecil mulai muncul diujung pusaran. Hayati langsung melihat kearah cahaya itu, dia tampak mengernyitkan dahinya. “Mungkin itu adalah pintu alam baka” gumam Hayati dalam hati. Lama-lama cahaya putih itu semakin membesar dan mendekati Hayati. Jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia mendekatinya dan akhirnya dia masuk kedalam cahaya putih itu.

Tiba-tiba Hayati berbaring diatas tanah yang tandus. Dia menghela napas dengan kencang dan berusaha membuka matanya pelan-pelan. Hayati mulai berdiri dan melihat keadaan disekitarnya. Ternyata tempat itu adalah sebuah padang tandus yang sangat luas dan memiliki kontur permukaan tanah yang datar. Hayati tampak sangat kebingungan dengan tempat itu. Dia kemudian berjalan untuk mencari tahu tempat yang baru didatanginya itu. Padang tandus itu dipenuhi oleh kabut dan bersuhu panas, seperti suasana Kota Bandung di siang hari.

Hayati berjalan lurus kedepan untuk mengetahui tempat itu. Dia tidak bisa melihat jauh karena terhalang oleh kabut, jarak pandangnya sangat terbatas. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon kering yang menjulang cukup tinggi. Hayati memiliki ide untuk memanjat pohon itu dengan tujuan dapat melihat keadaan di sekitarnya. Dia pun memanjat pohon itu dengan susah payah.

Wujud Hayati berubah menjadi seperti manusia, dia tidak bisa melayang dan terbang seperti biasanya, tampak tubuhnya juga memadat. Hayati masih memakai baju gaun putih kuntinya yang berlumuran darah akibat pertarungan dengan Bendoro. Ketika sampai di puncak pohon, Hayati mulai melihat lihat kondisi sekitar yang masih tertutup kabut.

Tak lama berselang, tiba-tiba angin kencang bertiup dan menyingkirkan kabut yang mengahalangi pandangannya. Hayati tampak menutup matanya ketika diterpa angin tersebut. Setelah angin itu hilang, Hayati kembali membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Dia melihat orang-orang yang sangat banyak tampak antri untuk masuk ke dalam sebuah pintu besar yang berada di sebuah benteng yang sangat tinggi dan panjang di ujung cakrawala. Orang-orang yang kira kira berjumlah jutaan itu tampak bersabar dalam menunggu antrian masuk ke gerbang itu. Mereka tampak mengenakan kain kafan yang digunakan untuk menutup tubuh. Tergambar berbagai macam ekspresi yang tersirat di raut wajah mereka, ada ekspresi senyum bahagia, sedih, menangis dan penuh penyesalan.

................................................................

Spoiler for Closing Song:



Polling
0 suara
Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Asnawi ?
Diubah oleh Martincorp 06-12-2019 01:04
muliatama007
chrysalis99
gembogspeed
gembogspeed dan 207 lainnya memberi reputasi
196
679.5K
6.3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#3714
BAGIAN 54
PENGAKUAN RUBAH BETINA
part 2

Asnawi tidur sangat nyenyak. Bahkan ia memimpikan bertemu kembali dengan Hayati. Ia berkeyakinan tak lama lagi Hayati akan kembali ke pelukannya.

Waktu terus berjalan, hingga suara ayam dan burung sayup sayup mulai terdengar saling bersahutan sebagai tanda bahwa pagi telah tiba. Asnawi tiba tiba merasakan ada suatu benda dingin dan tajam menyentuh lehernya, sehingga membuatnya terbangun.

Ketika membuka mata, ia melihat Anggariti duduk di sampingnya sambil menempelkan pisau di leher. Ia masih tidak berbusana dan tatapannya sangat tajam dan penuh amarah. Mulut dan tatangannya bergetar.

"Ayo! Lakukan dengan cepat! Potong leherku sampai putus!" perintah Asnawi.

"Kenapa kamu gak takut mati?" tanya Anggariti yang mulai bimbang.

"Semua orang akan merasakan mati, baik cepat atau lambat, bagiku itu gak ada bedanya... cepat lakukan Riti! Balaskan dendamu pada Hayati! Aki siap menanggung semia dosa dosa yang dilakukan Hayati kepadamu"

Anggariti semakin bimbang. Keringat mulai bercucuran deras dari permulaan kulitnya. Tangan yang hendak menggorok leher Asnawi semakin bergetar.

Akhirnya Anggariti melemparkan pisau itu sambil berteriak. Kemudian, langsung berlari menuju kamar sambil menangis. Asnawi kembali dibuat terheran heran oleh tingkah aneh Anggariti.

Asnawi menghampiri wanita rubah itu di dalam kamar. Perempuan bertelinga lebar itu tengah menangis sambil berbaring di atas ranjang. Asnawi menutupi tubuh Anggariti dengan selimut.

"Kamu kenapa gak jadi bunuh aku Rit? Padahal aku udah ikhlas buat mati" tanya Asnawi yang duduk di sebelah Anggariti.

"A... a... aku... aku... aku ga... aku gak sanggup Wi... aku gak sanggup melakukan itu" jawab Anggariti dengan disertai isakan.

"Hmmmm... kenapa Rit? Apa yang bikin kamu ragu?"

Anggariti kemudian menatap Asnawi. Ia mendekatkan diri dengannya. Secara tiba tiba Anggariti menampar Asnawi, lalu mencium bibirnya. Lidahnya langsung mendobrak masuk ke dalam rongga mulut Asnawi dan melakukan tarian antar lidah. Itu adalah ciuman pertama diantara mereka.

"APA YANG KAMU LAKUKAN RIT?" bentak Asnawi yang terkejut.

"Itu alasanku kenapa gak bisa bunuh kamu" jawab Anggariti.

"Maksudnya apa pake ciuman segala?" lanjut Asnawi.

"Aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali aku kenal kamu... aku bahkan terkesima ketika kamu pertama kali nganter pulang anakku ke rumah sepulang dari kebon binatang"

"Jangan bercanda Rit, bukannya tadi kamu bilang benci sama aku? "

"Aku serius Nawi! Aku cinta sama kamu tapi aku juga benci karena kamu adalah pacar Hayati"

"Aku gak ngerti Rit"

"Aku juga sama Wi, perasaanku menggebu gebu sekarang... aku pengen banget bunuh kamu tapi hati nuraniku menolak"

"Rit... maafin aku, tapi hatiku gak bisa nerima cinta selain dari Hayati"

"Persetan sama hatimu!! Aku gak peduli cintaku tak berbalas"

"Kamu udah gila Rit?"

"Mungkin! Aku gila karena harus menanggung semua penderitaan ini" geram Anggariti.

Anggariti menggeram sambil menunjukkan gigi taringnya yang tajam. Seketika Asnawi terperanjat melihat Anggariti yang menyeramkan. Dia kemudian menarik tubuh Asnawi ke atas ranjang. Ia lalu mencabik cabik pakaian Asnawi hingga robek. Ia melihat luka belas cakaran di dada Asnawi.

"Kamu mau bunuh aku?" desis Asnawi.

Tiba tiba Anggariti mengigit leher Asnawi. Darah pun memancar deras keluar dari pembuluh vena yang berada di leher. Asnawi berteriak kesakitan. Anggariti kemudian menghisap darah Asnawi yang keluar.

"Darahmu enak banget Nawi, manis"

"Sakit banget Rit!! Kamu mau memakanku?"

"Hmmm... tadinya sih iya, aku pengen makan kamu setelah kupenggal kepalamu, tapi... Gak jadi"

"Kalo gitu, kenapa kamu minum darahku?"

"Ini sebagai tanda cinta dariku Nawi... dulu mendiang suamiku juga kuminum darahnya"

"Anjiiiir!!"

Asnawi semakin lemas ketika darahnya terus diminum oleh Anggariti. Tak tahan menerima penderitaan itu, Asnawi akhirnya pingsan.

Anggariti senang melihat Asnawi pingsan. Ia pun membuka semua pakaian Asnawi untuk melihat luka luka di sekujur tubuhnya.

"Maafin aku Wi, gara gara aku, lukamu parah juga" gumam Anggariti.

Ia menjilati luka-luka di tubug Asnawi. Lidahnya yang lembut meliuk liuk di atas permukaan kulit, menebarkan air liur yang membasahi permukaan kulit yang terluka.

Asnawi merasa tergelitik dengan aksi nakal Anggariti. Ia pun akhirnya siuman kembali. Ketika membuka matanya, betapa terkejutnya ia ketiks melihat anggariti yang berada di atas tubuhnya sambil menjilati perut sampai selangkangan.

"KAMU LAGI NGAPAIN? " bentak Asnawi.

"Eh kamu udah siuman, aku lagi obatin luka kamu" balas Anggariti santai.

"Kenapa kamu jilatin tubuhku?"

"Aku punya kemampuan menyembuhkan orang Wi, air liur ku bisa nyembuhin berbagai luka, jadi aku jilatin tubuh kamu, lagian luka mu cukup parah Wi"

"Ya lumayan Rit, aku baru pertama kali dicakar sama anjing"

"Hey!! Aku bukan anjing! Aku ini rubah!"

"Sama aja kalo rubah itu anjing juga... terus kelakuan kamu juga anjing banget"

Asnawi menyingkirkan Anggariti dari hadapannya. Ia lalu memakai kembali celananya sambil bercermin. Tubuhnya tampak basah karena air liur, akan tetapi semua lukanya telah hilang. Anggariti kemudian memeluk Asnawi dari belakang. Ia mengendus punggungnya.

"Maafin aku Nawi, aku udah nyakitin kamu" gumam Anggariti.

"Ya aku maafin kamu, tapi aku mohon sama kamu untuk memaafkan Hayati juga" balas Asnawi.

"Aku gak sudi maafin kuntilanak itu... Ciiih!!"

"Ayolah, kamu jangan gitu, aku yakin ada sebabnya Hayati bisa ngamuk sama kamu"

"Dia emang gila aja Wi... dia kunti psikopat"

Asnawi berbalik menghadap Anggariti, kemudian ia menarik ekornya dengan kencang dan mendorongnya menuju tempat tidur.

"Aaaah... ahhh... ahh... jangan tarik ekorku Wi!!" desah Anggariti.

"Emang kenapa huh? Sakit?" bentak Asnawi yang semakin kasar meremas ekor Anggariti.

"Bukan Wi...ahh... ahh... ahh... tapi ekorku sangat sensitif...ahh... ahh"

"Hmmm... kalo gitu, terima ini!!"

Asnawi semakin kencang menarik ekor siluman rubah itu hingga tak berdaya. Tak hanya ekor, Asnawi juga menarik sepasang telinga Anggariti yang panjang dan lebar.

"Ahhh... udah Wi... udah!! Aku bisa gila"

"Kamu emang anjing gila Rit"

"Ampun Wi!! Udah jangan tarik ekorku lagi... aku... aku... jadi terangsang"

"Aku akan menghentikan ini tapi kamu harus jujur! Kenapa Hayati bisa mengamuk menyerang kalian?"

"Udah kubilang kan dia emang psikopat"

"Boong!!"

Anggariti pun menjadi semakin tak berdaya ketika Asnawi memelintir ekornya.

"Ampun Wi! Aku menyerah... ampun! Hayati ngamuk sebenernya salah aku sendiri.... Aku membunuh anak anak angkat Hayati di depan matanya demi memaksa dia buat ngakuin persekongkolannya sama Bendoro"

Asnawi melepaskan ekor Anggariti, lalu ia duduk di sebelahnya.

"Kamu bener bener siluman jahat Rit... kamu ini seorang ibu! Tapi kamu tega bunuh anak-anak di depan ibunya, kamu pantas dapet balasan setimpal dari Hayati... udah kubilang kan, pasti ada suatu alasan yang masuk akal yang bikin Hayati ngamuk"

Anggariti tak sanggup menanggapi omongan Asnawi. Ia terdiam sambil membenamkan wajahnya ke kasur.

"Sekarang aku mau pulang ke Bandung... aku gak sudi lagi kerja sama kalian, aku bakalan resign" tegas Asnawi.

"Jangan Wi!! Kamu jangan resign!"tolak Anggariti.

"Aku gak bisa kerja sama lagi Rit... Aku kecewa sama kalian... selama ini aku cuma dijadikan tumbal oleh kalian" balas Asnawi sambil bergegas membereskan koper miliknya.

"Tolong Wi, kamu jangan pergi dulu!"

Anggariti bersujud sambil terisak di hadapan Asnawi.

"Kenapa kamu gak mau aku pergi? Bukannya kamu benci aku?"

"Enggak Wi... Aku salah... selama ini aku dibutakan sama kekuasaan, aku selalu berlaku kejam, aku juga sering makan daging manusia... dan yang paling kusesali adalah perbuatanku terhadap anak anak Hayati... Aku menyesal Wi! Aku pantas untuk mati"

Asnawi menarik telinga Anggariti, lalu menatap wajahnya yang merona. Jantung Anggariti berdetak kencang ketika Asnawi menatap wajahnya.

"Kamu bener nyesel?"

"Sumpah Wi"

Akhirnya Asnawi mencium Anggariti. Jantung Anggariti semakin berdetak tal karuan, aliran daranya mengalir sangat deras dan tubuhnya memanas.

Anggariti dengan nafsu binatangnya kembali mencengkram Asnawi. Ia mencabik cabik pakaiannya sampai telanjang, lalu kemudian berciuman kembali dengan Asnawi sambil menjatuhakan diri ke lantai. Ekornya bergerak tak karuan, mengibas ke segala arah. Lidahnya terus meliuk liuk menari bersama lidah Asnawi.

Asnawi meraba seluruh tubuh Anggariti. Ia kembali menarik ekornya. Sontak Anggariti mendesah. Dan akhirnya mereka memasuki tahap puncak percintaan.

Bergumul di atas lantai, saling berbagi gairah dan kenikmatan membuat Anggariti menemukan sesuatu yang hilang. Ia selalu meraung ketika hentakan penetrasi Asnawi menghujamnya.

Asnawi terus menerus menarik ekor rubah Anggariti untuk meningkatkan gairah birahinya. Anggariti semakin lama semakin tak berdaya menghadapi serangan membabi buta monster kyubi kebanggaan Asnawi.

Pagi menjadi siang kemudian siang menjadi sore. Selama itu mereka terus melakukan peraduan cinta di dalam bangunan wisma. Gairah kebinatangan Anggariti terus menguat sehingga keadaan pun berbalik. Kini dialah yang memegang kendali atas Asnawi yang kepayahan dan kelelahan menghadapi nafsu birahi sang rubah betina.

Asnawi berbaring lemas di atas sofa ruang tengah. Kaki nya lemas dan tubuhnya gemetar. Anggariti kembali mengajaknya untuk bermain cinta sambil menggodanya dengan kibasan ekor rubah.

"Ayo Wi... kita lanjut lagi! Aku sekarang berasa hidup lagi jadi siluman murni" ajak Anggariti.

"Hmmm... udah Rit... aku gak sanggup lagi ladenin nafsumu, aku mau mati" tolak Asnawi.

"Hahaha... mungkin ini adalah cara terbaik untuk membunuhmu"

"Anjiir!! Kamu masih pengen bunuh aku?"

"Errrrhh... pengen sih, tapi nanti lagi ah, aku cuman menunda ya bukan ngebatalin"

"Dasar anjing!!"

"Hey... udah kubilang berkali kali! Aku bukan anjing, aku ini rubah"

"Sama Aja! Bentuk kalian sama cuman beda kuping doang"

"Ya beda lah Wi... aku gak bisa menggongong"

"Terserah kamu aja deh... aku lelah banget nih"

"Hmmmm... aku masih pengen Wi... kamu bener bener mirip mendiang suamiku, dia bisa meladeniku selama ini juga"

"Bapaknya Angga?"

"Iya"

"Dia siluman apa? Pasti siluman babi"

"Suamiku adalah manusia biasa kayak kamu Wi"

"Apaaaaaah!! Jadi kamu juga melanggar hukum siluman?"

"Iya Nawi... bukan cuman Hayati yang berhubungan sama orang, aku juga... tapi kehidupan rumah tangga ku berakhir tragis"

"Gimana ceritanya?"

Anggariti berbaring di sebelah Asnawi. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua. Kemudian, ia mulai menceritakan kisah hidupnya kepada Asnawi.

"Suamimu oranya kayak apa Rit? Kok bisa bisanya jatuh cinta sama anjing"

"Hey!! Aku ini rubah, tolol!!" bentak Anggariti.

"Iya iya... rubah... rubah betina yang jahat"

"Nah gitu dong!"

"Ayo dong cerita!"

"Iya... jadi suamiku yang awalnya manggil aku ke dunia"

"Kok bisa?"

"Sebelas tahun yang lalu aku dapet panggilan dari manusia yang pengen minta bantuan siluman, ya aku seneng kalo ada orang yang mau jual jiwa buat para siluman, aku langsung aja pergi nemuin orang itu, tapi ternyata permintaan dia sangat aneh"

"Aneh gimana?"

"Ya biasanya kan orang yang minta bantuan siluman itu pengennya jadi kaya raya dan berkuasa atau jadi terkenal, tapi dia malah minta bantuan aku supaya bisa dapetin cewek gebetannya"

"Njiir! Suamimu ngehek banget lah, masa buat dapetin cewek sampe jual jiwa"

"Iya Wi, dia itu stres karena jomblo terus, dia selalu ditolak sama cewek yang disukai, makanya dia pengen berhasil setidaknya sekali seumur hidup, awalnya aku nolak bantuin dia, tapi suamiku nawarin nyawanya diperbudak selama 500 tahun, tentunya itu tawaran yang menggiurkan... aku akhirnya nerima"

"Apa yang kamu lakuin buat bantu dia? Kenapa akhirnya kalian bisa nikah?"

"Ya gitu deh, aku bantu dia ngajarin deketin cewek... kebetulan aku cukup ahli dalam memikat lawan jenis, aku kasih dia pelajaran bahkan sampe praktek langsung... hampir tiap hari aku ketemu sama dia... setidaknya sebulan lamanya aku selalu ketemu dia sampe momen buat nembak cewek gebetannya tiba, tapi Wi, suamiku itu emamg benet bener kikuk dalam urusan cinta cintaan, dia lagi lagi ditolak sama gebetannya, aku kesel juga waktu itu Wi, kontrak nyawa dia bisa bisa gagal... aku rugi bandar, aku bahkan merencanakan memaksa cewek itu buat nerima dia... tapi hal itu batal"

"Kamu jatuh cinta sama dia?"

"Kamu bener Wi, sebulan selalu bersma dia, ngajarin dia hal hal romantis dan ikut tinggal di rumah kost nya yang sederhana membuat hatiku bergetar... aku dan dia akhirnya malah jadian"

"Berarti sama kayak kisahku dan Hayati"

"Emang gimana sama nya?"

"Iya, awalnya gak ada rasa apapun, Hayati tinggal numpang idup di kostan aku, dan ya, kita jadi saling mencintai, apalagi Hayati udah berkali kali nyelametin nyawaku"

"Aku jadi iri sama kamu Wi, setidaknya kisah cintamu gak tragis kayak aku"

"Siapa bilang gam tragis? Justru gara gara kamu yang ngirim Bendoro, kisah cintaku sama Hayati jadi berakhir"

"Bukan aku yang ngirim Wi, tapi sepupuku"

"Ya sama aja, kamu masih tetep dendam dan benci sama Hayati"

"Iya Wi, dan sekarang ditambah iri karena kamu jadi pacarnya Hayati"

"Tapi sekarang kami berpisah"

"Iya, tapi suatu saat kalian bakalan ketemu lagi, soalnya Hayati belum mati"

"Hmmm... semoga aja Rit, ngomong ngomong suamimu mati kenapa?"

"Dia dibunuh sama ayahandaku"

"Apaaaaah!!"

"Setelah pacaran, kita langsung mutusin buat nikah... aku berusaha hidup normal sebagai manusia... aku beli apartemen buat ngebangun rumah tangga... suamiku itu hanya karyawan biasa, dia gak sanggup beli rumah apalagi apartemen... tapi urusan ekonomi bukan masalah buatku, aku punya emas bergunung gunung... kita hidup bahagia Wi, aku mengandung Angga sebagai buah cinta kita... ketika lahir, dia lucu banget, wajahnya mirip dia tapi kupingnya mirip aku... untungnya dia gak punya ekor... hidupku sempurna banget Wi waktu itu, tapi aku udah ngelakuin pelanggaran berat... dua bulan kemudian ayahku dateng ke apartemen... dia ngamuk, aku bertarung sama ayahku demi nyelametin suami dan anakku... untungnya Pram berhasil membawa kabur mereka... tapi sebagai bayaranya, aku kalah telak sama ayahanda... aku ditangkap, lalu dikurung di ruang bawah tanah istana... tiap hari aku disiksa dan dicuci otak... entah berapa lama aku menerima hukuman itu sampe aku melupakan semuanya"

"Aku turut prihatin Rit, ternyata hidupmu penuh penderitaan"

"Makasih Wi"

"Terus gimana nasib suami dan anakmu?"

"Ketika aku ditangkap dan dikurung, mereka diamankan sama Pram di gubuk tengah hutan, tapi akhirnya ayahanda tetep aja tau keberadaan mereka karena banyak banget mata mata yang ia sebar... dia menyerang gubuk itu buat ngebunuh suami dan anakku, suamiku mengorbankan diri demi nyelametin Angga... dia mengalihkan perhatian ayahandaku biar Pram bisa kabur bawa Angga... suamiku dipenggal Wi, abis itu tubuhnya dipotong potong jadi sepuluh bagian, terus dipajang di depan istana"

"Anjiiir!! Sadis banget ayahmu"

"Hmmm... dia emang sadis"

"Gimana nasib Angga? Terus kamu bisa bebas gimana?"

"Angga dititipin ke panti asuhan, lalu aku pun dibebasin setelah otakku rusak... aku waktu itu hilang ingatan karena aku dicuci otak... aku lupa segalanya... Ayahanda ngasih tahta kerajaan kepadaku... dia pensiun jadi raja"

"Kamu bisa ketemu Angga lagi gimana?"

"Semua gara gara Hayati yang menghancurkan tubuhku... sejenak aku mati, aku pergi ke alam perantara, aku ketemu suamiku disana... baru deh aku inget semuanya, aku juga dikasih tau sama dia kalo Angga masih hidup... ketika aku dihidupkan kembali, aku langsung nanya sama Pram... dia jelasin semua rahasia yang dipendam selama sepuluh tahun... Dan akhirnya aku bisa dipertemukan kembali sama anak kesayanganku"

"Berarti Hayati berjasa buatmu Rit, karena kamu bisa dapetin memori kamu"

"Aku benci mengakuinya, tapi omongan kamu bener Nawi... Hayati berjasa"

Asnawi memeluk Anggariti dengan penuh perasaan. Ia mengelus kepalanya dan sesekali mencium wajahnya. Asnawi kembali memandang Anggariti dalam jarak dekat.

Tak lama, Asnawi tidur. Ia tak sanggup menahan kantuk karena kelelahan meladeni nafsu birahi Anggariti. Anggariti kemudian bangun, lalu memakai pakaiannya kembali dan masuk ke kamarnya.

Anggariti mengambil sebuah kapur dari dalam tas, lalu ia menggambar lingkaran di atas lantai. Anggariti merapal sebuah mantra. Tina tiba, sebuah pusaran tercipta di tengah lingkaran itu. Anggariti kemudia masum ke dalam pusaran itu dan sekejap lingkaran menghilang.

Portal itu terhubung menuju kamar Prameswari. Dalam sekejap, ia tiba di sana.Anggariti melihat Prameswari tengah tidur sambil memeluk bantal guling yang dipalaikan baju kemeja danndi bagian atasnya ditempeli kertas bergambar wajah Asnawi. Anggariti kemudian membangunkan saudarinya itu.

"Riti, apa kamu udah melakukannya?" tanya Prameswari.

"Iya, udah"

Prameswari menangis sambil memeluk bantal guling bergambar wajah Asnawi.

"Tapi, aku batal membunuh nya Pram"

"Apaaaah!! Jadi Asnawi masih hidup?"

Sekarang giliran Anggariti yang memeluk Prameswari sambil menangis. Ia pun berbisik di telinganya.

"Aku gak sanggup bunuh dia Pram, karena aku juga cinta sama cowok itu"

"Hmmmm... udah kubilang kan Rit, Asnawi itu emang terlalu mudah buat dicintai"

"Dia ngingetin aku sama Burhan... bahkan aku udah minum darahnya"

"Apaaaaah!! Kamu kok bisa sejauh itu?"

"Aku gak mau kehilangan dia Pram, aku pengen memilikinya"

"Bukan cuma kamu Rit, tapi aku juga memilikinya, bahkan aku sekarang udah mengandung benih dari Asnawi"

"Duh! Gimana pertanggung jawaban kita sama Ratu?"

"Aku gak tau Rit, kalo gagal jalanin tugas ini, kita bakalan dihukum berat"

"Pram... sekarang apa yang harus kulakukan? "

"Kita pikirkan dulu sekarang untuk sembunyi sampe aku ngelahirin, kalau suatu hari sepupu kita memanggil, maka kita harus siap menghadapinya dan kita sembunyiin anak anak kita"

"Apa kita mesti membunuhnya Pram?"

"Kalo perlu kita lakukan itu Rit, secara dia itu siluman lemah, dan kita selama ini dijadiin pedang dan tameng sama dia... bisa jadi sekarang pedang dan tameng itu menyerang balik tuannya"

"Oke aku setuju, abis itu kita rebut kekuasaan dia, hentikan perang siluman dan kita hidup bersama di Istana bareng Asnawi"

"Ide bagus Rit... seneng rasanya kita berbagi Asnawi tiap hari...tapi, gimana kalo suatu hari Hayati kembali?"

"Kita lawan dia sekuat tenaga Pram"

"Kalo gagal gimana? Secara Hayati udah ancurin kita sebelumnya"

"Kalo gagal, ya kita bunuh aja Asnawi... takkan kubiarkan dia memiliki Asnawi ku"

"Hmm... setuju Rit... Asnawi adalah jantung hatiku, kalo dia mati, maka aki juga mati"

....

eni050885
galehnova
lelakiperantau
lelakiperantau dan 44 lainnya memberi reputasi
45
Tutup