Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
PACARKU HIDUP KEMBALI

Permisi Gan/Sis pembaca setia cerita cinta Hayati dan Asnawi, dalam trit baru ini ane mau cerita lanjutan petualangan Hayati setelah berpisah sama Asnawi.
Spoiler for Sinopsis:


KARAKTER


Spoiler for Karakter Utama:

Spoiler for Mahluk Gaib dan Bangsa Siluman:

Spoiler for Karakter Pendukung:



Quote:


Soundtrack cerita biar kayak film-film ANIME....emoticon-Embarrassmentemoticon-Embarrassment

Spoiler for Opening Song:


 
BAGIAN 1
ALAM BAKA
part 1



Malam itu setelah petarungan besar antara Bendoro dan Hayati, keadaan tampak sangat memilukan. Asnawi dan Hayati saling berpelukan dalam waktu lama, tubuh Hayati yang masih mengeluarkan darah tidak menjadi batu sandungan buat dirinya untuk memeluk Hayati.

Hayati menangis tersedu sedu dalam pelukan Asnawi. akhirnya setelah sekian lama, dia bisa bersatu dengan Asnawi tanpa harus mengalami berbagai gangguan. Bendoro yang selama ini muncul di kehidupannya, telah lenyap begitu saja. Memang Bendoro mempunyai tujuan yang baik demi membela kamu arwah penasaran yang diperbudak oleh bangsa siluman bangsawan, namun dia telah merenggut kebahagiaan Hayati dengan memaksanya untuk ikut berjuang. Bagi diri Hayati, Asnawi berperan sebagai pahlawan besar dalam kahidupannya sebagai arwah penasaran. Dimulai dengan pertemuan pertamanya yang sangat menyeramkan sampai mereka menjadi satu seperti sekarang ini. Banyak lika liku kehidupan cinta diantara mereka berdua ditengah jurang perbedaan yang menganga.

Hayati merasa sangat bahagia kala itu, hatinya merasa sangat tenang dan jiwanya berbunga bunga. Tubuhnya mulai menghangat seperti manusia hidup. Detak jantungnya mulai terasa dan aliran darahnya mulai menggelora. Tiba tiba seberkas cahaya berwana keemasan muncul dari langit dan menerpa tubuh Hayati yang masih beperlukan dengan Asnawi. Hayati langsung kaget dengan cahaya itu dan melapaskan pelukannya dengan Asnawi.

“mas...sinar ini?”

“maksudnya apa Hayati?”

“hatiku sekarang tenang banget dan jiwaku juga terasa hangat...jangan jangan ini tanda tanda...”

“maksudnya arwah kamu udah nggak penasaran lagi?”

“iya mas ku...huft..huft..mas.....mas..........gimana ini?”

“Hayati....kamu jangan tinggalin aku... kita udah berjanji mau hidup bersama”

“aku juga sama mas aku...hiks ...hiks...aku nggak mau pisah sama kamu mas”

Tubuh Hayati menjadi sangat hangat dan perlahan mulai memudar. Panggilan dari alam baka mulai menggema, Hayati mau tidak mau harus pergi kesana dan meninggalkan Asnawi di dunia ini. Asnawi semakin erat memeluk Hayati. Dia histeris dan tidak mau melepas Hayati.

“Hayati....tolong tetap disini, jangan pergi dulu ke alam baka..hiks..hiks”

“maafin aku mas, aku juga nggak bisa berkehendak....ini udah takdir...udah seharusnya aku berada di alam sana”

“HAYATIIIIII...........TOLONG HAYATI....TETEP JADI ARWAH PENASARAN....JANGAN TINGGALIN AKU”

“mas.....kayanya aku udah nggak bisa....aku udah pasrah akan keadaan sekarang..mas...denger aku mas...”

Hayati berusaha menegakkan kepala Asnawi yang tertunduk. Tampak mata Asnawi yang merah karena menangis dan wajahnya yang basah terkena air mata. Hayati berusaha tegar dan menguatkan Asnawi yang tengah jatuh dan larut dalam kesedihan. Hayati harus menyampaikan pesan yang bisa dijadikan bekal hidup Asnawi ditengah waktu yang samakin sempit. Lama kelamaan tubuh Hayati semakin memudar, dia harus berpacu dengan waktu.

“mas....maafin aku yah...mas...aku pengen kamu janji...aku pengen kamu berjanji sebelum aku pergi selamanya ke alam baka”

“nggak mau....kamu harus tetep disini Hayati..”

“mas...ku sayang...tolong aku yah mas.....mas harus ngerelain kepergianku yah...dan aku pengen mas berjanji”

Asnawi terdiam beberapa saat. Dia tampak berusaha untuk ikhlas untuk melepas Hayati pergi ke alam baka. Dia mulai mengatur napasnya dan menghentikan tangisannya.

“hiks...hiks....hiks..............iya aku berjanji”

“aku pengen kamu berjanji untuk menyayangi Cascade sabagaimana kamu menyayangi ku...aku pengen kamu melanjutkan hidupmu bersama dia....aku pengen kamu balikan lagi sama dia.....janji mas!”

“aku janji Hayati.........aku akan melaksanakan janji janjimu Hayati”

“makasih banget mas ku sayang...sekarang aku bisa pergi dengan tenang”

“iya Hayati sayang...aku sayang banget sama kamu...aku cinta banget sama kamu...aku nggak akan ngelupain kamu..Hayati...hatiku udah milik kamu....aku nggak akan ngasihin sama orang lain”

“mas....hiks..hiks....kamu harus tetap sehat yah mas, kamu harus rajin mandi, makan makanan sehat, nggak boleh ngerokok dan rajin olahraga mas....mas.....kayanya waktuku udah tiba...peluk aku mas”

Asnawi kembeli berpelukan dengan erat disertai tangisan yang luar biasa yang membuat suasan semakin menyedihkan.

“mas...walaupun di dunia ini kita nggak bisa bersatu...semoga di akhirat kelak kita akan ketemu lagi dan hidup bersama selamanya”

“iya Hayati..aku janji...aku akan selalu mendoakan mu dan akan melakukan semua yang kamu perintahin ka aku.....Hayati aku akan menemuimu di akhirat nanti...tunggu aku disana yah sayang....capet atau lambat aku juga akan menyusulmu ke alam sana....terima kasih Pacar Kuntilanak Ku tersayang...kamu udah mewarnai hidupku yang menyedihkan ini....”

Hayati pun akhirnya menghilang dari pelukan Asnawi. dan cahaya keemasan yang berasal dari langit pun juga ikut menghilang. Kejadian itu sama persis seperti yang Asnawi saksikan ketika 6 kuntilanak anak buah Wewe Gombel yang juga pergi ke alam baka. Asnawi kembali menangis dan berteriak teriak menyebut nama Hayati. Dia seakan akan tidak sanggup ditinggal Hayati dalam keadaan seperti itu.

Hayati terbang di dalam sebuah pusaran energi dalam tuangan yang tak terbatas. Dia melayang tanpa arah yang jelas, Hayati mencoba untuk berbalik arah melawan arus tarikan gaya,akan tetap usahanya itu gagal. Hayati menangis selama berada dalam pusaran itu. Dalam hatinya dia terus berkeluh kesah dengan keadaan yang dialaminya.

“Oh Tuhan....kenapa Engkau melakukan ini kepadaku?.....aku cuma ingin hidup bahagia bersama kekasihku....kenapa Tuhan??” gerutu Hayati dalam tangisannya.

Tiba tiba seberkas cahaya putih kecil mulai muncul diujung pusaran. Hayati langsung melihat kearah cahaya itu, dia tampak mengernyitkan dahinya. “Mungkin itu adalah pintu alam baka” gumam Hayati dalam hati. Lama-lama cahaya putih itu semakin membesar dan mendekati Hayati. Jantungnya semakin berdebar kencang ketika dia mendekatinya dan akhirnya dia masuk kedalam cahaya putih itu.

Tiba-tiba Hayati berbaring diatas tanah yang tandus. Dia menghela napas dengan kencang dan berusaha membuka matanya pelan-pelan. Hayati mulai berdiri dan melihat keadaan disekitarnya. Ternyata tempat itu adalah sebuah padang tandus yang sangat luas dan memiliki kontur permukaan tanah yang datar. Hayati tampak sangat kebingungan dengan tempat itu. Dia kemudian berjalan untuk mencari tahu tempat yang baru didatanginya itu. Padang tandus itu dipenuhi oleh kabut dan bersuhu panas, seperti suasana Kota Bandung di siang hari.

Hayati berjalan lurus kedepan untuk mengetahui tempat itu. Dia tidak bisa melihat jauh karena terhalang oleh kabut, jarak pandangnya sangat terbatas. Akhirnya dia menemukan sebuah pohon kering yang menjulang cukup tinggi. Hayati memiliki ide untuk memanjat pohon itu dengan tujuan dapat melihat keadaan di sekitarnya. Dia pun memanjat pohon itu dengan susah payah.

Wujud Hayati berubah menjadi seperti manusia, dia tidak bisa melayang dan terbang seperti biasanya, tampak tubuhnya juga memadat. Hayati masih memakai baju gaun putih kuntinya yang berlumuran darah akibat pertarungan dengan Bendoro. Ketika sampai di puncak pohon, Hayati mulai melihat lihat kondisi sekitar yang masih tertutup kabut.

Tak lama berselang, tiba-tiba angin kencang bertiup dan menyingkirkan kabut yang mengahalangi pandangannya. Hayati tampak menutup matanya ketika diterpa angin tersebut. Setelah angin itu hilang, Hayati kembali membuka matanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Dia melihat orang-orang yang sangat banyak tampak antri untuk masuk ke dalam sebuah pintu besar yang berada di sebuah benteng yang sangat tinggi dan panjang di ujung cakrawala. Orang-orang yang kira kira berjumlah jutaan itu tampak bersabar dalam menunggu antrian masuk ke gerbang itu. Mereka tampak mengenakan kain kafan yang digunakan untuk menutup tubuh. Tergambar berbagai macam ekspresi yang tersirat di raut wajah mereka, ada ekspresi senyum bahagia, sedih, menangis dan penuh penyesalan.

................................................................

Spoiler for Closing Song:



Polling
0 suara
Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Asnawi ?
Diubah oleh Martincorp 06-12-2019 01:04
muliatama007
chrysalis99
gembogspeed
gembogspeed dan 207 lainnya memberi reputasi
196
679.4K
6.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
MartincorpAvatar border
TS
Martincorp
#3663
BAGIAN 53.
SERANGAN RUBAH RAKSASA
part 3

Keesokan harinya, Asnawi pergi menuju Bandara untuk pergi Makasar. Pihak perusahaan telah menyiapkan pesawat jet pribadi untuknya.

Setibanya di sana, Asnawi turun dari taksi, lalu ia berjalan sambil menjinjing tas besar menuju hanggar pesawat. Di sana, Asnawi melihat Anggariti tengah duduk di sebuah bangku memanjang. Ia tampak senang ketika melihat Asnawi datang.

"Hai Nawi" sapa Anggariti.

"Hai juga Rit!" balas Asnawi.

"Kamu telat lima menit!"

"Maafin aku Rit, tadi aku kesusahan nyari taksi"

"Oke...sekarang ayo kita naik pesawat"

Anggariti mengajak Asnawi naik ke pesawat. Beberapa awak pesawat menyambut kedatangan Asnawi di dalam kabin. Seorang pramugari langsung menyuguhkan secangkir kopi panas.

Tak lama, pesawat mulai berjalan menuju landasan untuk bersiap siap lepas landas. Asnawi pun memakai sabuk pengamannya sebagai persiapan untuk lepas landas.

Akhirnya pesawat melaju kencang dan terbang ke angkasa. Anggariti terlihat ketakutan ketika pesawat bergetar menembus awan mendung.

"Kamu takut naik pesawat Rit?"

"Hehe...lumayan Wi, soalnya cuaca lagi buruk"

"Kamu gak usah takut Rit! Paling pesawat ini jatuh dan kita mati bersama"

"Amit amit!!! Jangan sembarangan ngomong woy!! Aku gak mau mati! Kamu aja sendiri!"

"Haha...kamu lucu Rit, terus kami keliatan cantik kalo lagi marah"

Anggariti terkesima dan malu dengan perkataan Asnawi yang menggodanya. Ia pun langsung menutupi wajahnya dengan selimut.

Perjalanan Bandung-Makasar memakan waktu cukup lama. Asnawi sibuk mempersiapkan bahan presentasi selama dalam pesawat dengan mengetik di laptop, sedangkan Anggariti memilih untuk tidur.

Setelah dua jam, akhirnya pesawat mendarat di Bandara Sultan Hasanudin. Asnawi dan Anggariti langsung disambut oleh penjemput dari kantor cabang perusahaan.

Jadwal pertemuan dengan pihak pemerintah akan berlangsung satu jam lagi. Itu artinya, mereka tak punya banyak waktu untuk beristirahat. Selama dalam perjalanan, Asnawi sibuk berdiskusi dengan salah satu staf kantor cabang.

Pada siang hari, Asnawi melalukan presentasi di hadapan para pejabat daerah. Ia dengan percaya diri memaparkan rencana kerja perusahaannya untuk membangun jalan tol laut yang menghubungkan Sulawesi dan Kalimantan.

Anggariti sebagai peserta rapat juga ikut memperhatikan pemaparan Asnawi. Ia juga melihat beberapa orang terlihat memperhatikan dirinya yang berpenampilan aneh dengan telinga rubah nya yang lebar dan menjulang tinggi.

Selama dua jam, Asnawi berusaha meyakinkan para pemangku kepentingan untuk menyetujui rencana kerja dari perusahaan. Ia menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan para peserta kepadanya dengan baik dan memuaskan.

Asnawi mendapatkan applause dari peserta rapat. Hal itu membuat dirinya merasa senang dan lega karena berhasil meyakinkan mereka. Anggariti pun ikut terharu melihat kesuksesan Asnawi.

Rapat akhirnya selesai dengan menghasilkan suatu keputusan penting tentang jalannya proyek yang dipresentasikan Asnawi. Perusahaan pun akhirnya mendapat kontrak kerja bernilai triliunan rupiah.

"Selamat ya Wi! Kamu berhasil" kata Anggariti.

"Makasih Rit, kamu juga udah bantuin aku" balas Asnawi.

Hari semakin sore, Anggariti mengajak Asnawi untuk menginap di wisma perusahaan. Pada awalnya Asnawi menganggap remeh wisma itu, namun setelah ia melihat bangunan dan lokasinya, ia langsung berubah pikiran.

Wisma perusahaan berada di tepi pantai yang sangat indah. Suasananya begitu sepi dan dilengkapi berbagai fasilitas. Bangunan Wisma memiliki satu kamar tidur, ruang keluarga, dapur dan kamar mandi.

"Gimana wisma nya Wi? Masih kamu bilang jelek?"

"Ini bagus banget Rit, walaupun bangunannya kecil, tapi fasilitasnya lengkap dan ngadep ke laut lagi"

"Huh!! Makanya jangan suka ngeremehin tauuuuuk!!!"

"Ya maaf Rit...hehe, soalnya kali aku denger wisma pasti itu tempat penginapan yang jelek"

"Oh iya, tapi wisma ini kamarnya cuman satu, jadi kita berbagi ranjang aja ya kalo mau tidur"

"Enggak! Enggak! Itu pamali Rit, masa aku tidur seranjang sama kamu? Aku tidur di ruang tengah aja, enak kok sofanya gede"

"Kamu ini aneh ihh! Masa gak mau seranjang, padahal gak apa apa"

"Tetep gak mau"

"Yowis kalo gitu, selamat istirahat ya, aku udah pesen makan buat dinner, paling sejam lagi nyampe"

"Makasih Riti"

Anggariti pun pergi menuju kamar, sedangakn Asnawi langsung berbaring di atas sofa. Ia merasa kelelahan karena sibuk bekerja. Angin sepoi sepoi dari samudera yang masuk melalui jendela, membuat Asnawi merasakan belaian lembut pada tubuhnya. Tak lama ia pun tertidur.

Anggariti kemudian keluar dari kamar, ia melihat Asnawi sedang tidur. "Asnawi tidur? Ini kesempatan bagus buat motong kepalanya" gumamnya dalam hati.

Anggariti pergi ke dapur untuk mengambil pisau, lalu ia kembali ke ruang keluarga. Ia memandang Asnawi yang tidur dengan penuh kedamaian.

"Akan kubalaskan dendamku sama Hayati!"

Siluman rubah itu mulai menempelkan pisau ke permukaan leher Asnawi, namun tiba tiba ada suara ketukan pintu yang cukup keras. Anggariti terkejut, ia menjauhkan pisau itu dari leher Asnawi. Tak hanya Anggariti, Asnawi pun terkejut dengan suara ketukan itu. Ia langsung terbangun dan membuka matanya.

"Riti! Kamu ngapain bawa pisau di depanku?"

"Oh... Anu... ini... hehehe...aku tadi mau motong roti...hehe" jawab Anggariti yang mendadak gugup.

"Itu siapa yang ngetuk pintu?"

"Gak tau"

Asnawi langsung beranjak menghampiri pintu untuk membukanya. Anggariti sesegera mungkin menyembunyikan pisau itu di bawah kursi.

Ternyata orang yang mengetuk pintu adalah staf kantor cabang yang mengantarkan makan malam untuk mereka. Asnawi pun langsung menyuruh orang itu masuk untuk menyajikan makanan yang dibawanya di atas meja makan yang berada di teras. Teras itu langsung menghadap ke lautan.

Menu makan malam yang disajikan sangat beragam, mulai dari makanan khas Makasar sampai daging steak yang terlihat masih mentah. Selain itu, di meja makan juga tersedia berbagai minuman beralkohol. Anggariti langsung antuasias melihat makanan dan minuman yang tersaji, ia pun langsung membuka sebotol wine dan meminumnya.

"Kamu mau minum ini Wi?" tawar Anggariti sambil menyodorkan botol wine.

"Enggak Rit! Haram itu, aku ini muslim" tolak Asnawi.

"Ayo dong! Kamu minum dikit aja, sekarang kan kita lagi ngerayain keberhasilan tadi siang"

"Gak mau Rit, agamaku melarang minum alkohol"

"Hmmm...rese banget sih agamamu! Beda sama agamaku yang ngebolehin segalanya"

"Emang agamamu apa Rit? Kok bisa ngebolehin segalanya?"

"Aku gak tau nama agamaku tapi yang jelas aku menyembah Dewa Batara Agung yang ngasih semua kenikmatan dunia... aku bisa mabuk, judi, sek's bebas, bunuh orang dan merampok"

"Anjiiir!! Agama macam apa itu? Itu mah bukan agama Rit! Tapi aliran sesat"

"Haduuuh kamu jangan sembarangan Wi! Agamaku beneran ada dan penganutnya banyak banget, bahkan lebih banyak dari agama yang kamu anut"

"Rit! Kamu mabuk ya?"

"Capek deh!"

"Maafin aku Rit, mending sekarang kita mulai dinner aja yuk! Daripada ngobrol gak jelas"

"Hmmm...yowis lah"

Mereka kemudian duduk di kursi makan untuk menyantap makanan spesial yang disediakan oleh kantor cabang. Suasana makan malam yang sangat romantis dengan menghadap ke lautan. Di cakrawala terlihat banyak kelap kelip cahaya dari kapal nelayan yang sedang melaut.

"Makanannya enak banget ya Wi?"

"Iya Rit, apalagi coto Makasar yang super enak ini, kamu mau coba?"

"Enggak ah, aku pengen steak aja"

"Oke... aku heran sama kanu Rit, kok kamu suka daging mentah gitu, kamu gak jijik?"

"Ini gak mentah kok Wi, daging ini di masak dengan kematangan sepuluh persen"

"Ya tetep aja masih mentah Rit, lagian kenapa kamu suka daging mentah?"

"Soalnya bagus buat tubuhku Wi, bisa membuat tetep muda cantik walau di usia tua"

"Tua? Emang kamu umur berapa?"

"Menurutmu aku kira kira berapa tahun?"

"Kalo menurutku kamu keliatan kaya umur 28 sampe 30 an lah"

"Waaaah, muda banget dong Wi! Hehe"

"Emang umur kamu berapa sih?"

"Aku udah tujuh ribu tahun Wi, tua banget kan?"

"Hahahahaha... kamu malah bercanda, aku serius Rit"

"Beneran Nawi, aku tujuh ribu tahun"

"Yaelah...kamu ngelantur terus, mana liat KTP kamu!"

"Gak mau ah, itu rahasia"
.
"Hadeeeeeuh! Yaudah deh, kamu berarti lahir jaman Firaun"

"Iya Wi... hehehehe"

"Kalo gitu aku juga lahir jaman Nabi Adam...berarti aku lebih tua lagi dari kamu"

"Oalaaah... kamu sekarang yang bercanda... hehehe"

Suasana ceria tercipta malam itu. Mereka saling melempar candaan sambil menyantap makanan. Angin laut yang berhembus membuat suhu di sekitar menjadi lebih sejuk.

"Kamu lucu Rit, seneng canda mulu dan ngelantur, sejak kita kenal, kami selalu ngerasa jadi tuan putri dari kerajaan antah berantah...kamu emang wibu kelad berat"

"Aku gak ngelantur Wi, aku emang tuan putri dari Kerajaan Puncak Hamerang"

"Yaudah terserah kamu Rit, lagian aku udah ngegugling nyari kerajaan mu, tapi gak nemu sampe sekarang"

"Ya kamu bakalan gak nemu lah, wong kerajaan itu kerajaan gaib"

"Anjaaaay hahaha... bodohnya aku, kenapa pake percaya"

"Nanti suatu hari, kamu pasti melihat kerajaanku"

Semakin malam suasana semakin ceria. Setelah makan usai, mereka melanjutkan perayaan dengan membuat api unggun pantai. Asnawi pun bernyanyi sambil memainkan gitar, sedangkan Anggariti menari nari sambil meminum wine. Dia telah mengahbiskan dua botol sebelumnya.

"Hahaha... aku seneng banget Wi, udah lama aku gak sebahagia ini"

"Aku senang juga Rit, kamu ternyata gak seperti yang kubayangkan, kamu bisa bersikap konyol seperti pacarku dulu yang udah meninggal"

"Pacar sebelum kamu sama Chef Kartika?"

"Iya Rit... namanya Hayati"

Mendengar nama Hayati terucap, Anggariti langsung menghentikan tariannya dan menatap tajam ke arah Asnawi. Amarahnya seakan tersulut, ia langsung melemparkan botol wine ke api unggun sehingga kobaran api semakin membesar. Asnawi mendadak kaget dengan tingkah aneh Anggariti.

"Hei!! Kamu kenapa mendadak marah?" bentak Asnawi.

"Gak tau... mungkin aku udah mabuk berat" sahut Anggariti dengan pura-pura mabuk.

"Kalo gitu udahan yuk!! Kita masuk ke wisma" ajak Asnawi.

"Jangan! Aku masih pengen maen di pantai... aku gak apa apa kok" tolak Anggariti.

"Tapi aku khawatir kamu sakit"

"Udah gak apa apa, aku cuman pengen pipis aja kok, aku masuk dulu ya! Nanti aku ke sini lagi"

"Hmmm...okey"

Anggariti pergi kembali ke wisma meninggalkan Asnawi sendirian di pantai. Asnawi pun kembali bermain gitar dan bersenandung sambil menunggu Anggariti.

Tak lama, tiba tiba kobaran api unggun mendadak membesar. Asnawi terkejut, lalu seketika terjengkang ketika api unggun membesar secara mendadak. Tanah pun kemudian bergetar, Asnawi semakin panik.

Ketika gempa semakin memuncak, munculah sesosok rubah raksasa dari dalam tanah di bawah api unggun berada. Rubah itu langsung melihat ke arah Asnawi sambil mengeram. Asnawi dengan cepat berlari menjauhi monster itu. Ia berniat pergi ke dalam wisma untuk berlindung dan menyelematkan Anggariti di sana.

Akan tetapi rubah itu berlari dengan sangat cepat untuk menyusul Asnawi. Mahluk itu mendahului Asnawi untuk tina di wisma. Asnawi semakin terkejut ketika monster itu menyemburkan napas api dari mulutnya yang terbuka lebar. Api itu langsung membakar wisma sampai habis.

"RITIIIIIII!!!" teriak Asnawi dengan putus asa.

Setelah membakar wisma, rubah itu menengok ke arah Asnawi dengan menatap tajam. Sontak Asnawi kembali ketakutan. Ia pun berlari mencari pertolongan menuju hutan pantai.

Ia berlari secepat mungkin untuk menjauhi rubah raksasa itu. Tanpa menengok ke belakang, Asnawi memasuki hutan bakau yang timbun dan gelap. Beberapa kali ia terjatuh kerena tak dapat melihat dengan baik.

Suara geraman rubah kembali terdengar. Asnawi melihat kobaran api muncul dari kejauhan dan membakar pohon-pohon bakau. Ia semakin panik dan berusaha mencari tempat perlindungan.

Ia melihat ada tumpukan batu besar yang menciptakan sebuah celah-celah kecil diantaranya. Asnawi pun nekat bersembunyi di dalam celah-celah itu untuk menghindari rubah raksasa yang semakin mendekat.

Akhirnya rubah itu tiba di tempat Asnawi bersembunyi. Mahluk itu mengendus beberapa pohon dan bebatuan yang bertumpuk untuk melacak bau tubuh Asnawi. Bahkan monster itu membakar beberapa celah batu untuk memancing Asnawi keluar.

Rubah itu mulai kesal karena tak kunjung menemukan Asnawi, ia tampak marah dengan menyemburkan api ke segala arah. Asnawi semakin membenamkan tubuhnya ke dalam celah bebatuan agar tak terkana semburan api.

Setelah puas melampiaskan amarah, rubah raksasa itu akhirnya pergi menjauh. Setelah merasa aman, Asnawi pun merayap keluar dari celah bebatuan. Ia terkejut dengan keadaan sekitar yang telah hangus terbakar.

Perlahan Asnawi mulai berjalan menyusuri hutan bakau untum kembali menuju wisma. Anggariti masih berada di dalam wisma ketika rubah raksasa itu mengobrak abriknya. Asnawi berharap dia selamat.

Suasana hutan sangat gelap. Panadangan Asnawi cuma tertuju pada kobaran api yang membakar wisma. Ia berusaha meraba raba pepohonan agar tak menabrak saat berjalan.

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya Asnawi tiba kembali ke wisma. Api masih berkobar membakar bangunan itu. Asnawi memanggil Anggariti, akan tetapi tak ada respon darinya.

Ketika Asnawi terus berteriak memanggil Anggariti, tiba tiba permukaan bumi kembali bergetar. Asnawi panik, ia langsung berlari kembali masuk ke hutan bakau. Ketika ia akan memasuki hutan, rubah raksasa muncul dari dalam tanah tepat di hadapannya.

Rubah itu langsung memukul Asnawi sampai terlempar jauh. Asnawi merasa kesakitan, ia berusaha untuk kabur, namun nahas, rubah itu mencakar punggung dan kakinya. Kemudian rubah mencengkram tubuh Asnawi dan. mengangkatnya, lalu membanting tubuhnya ke sebuah pohon.

Asnawi pasrah dengan keadaan yang menimpanya. Ajalnya kini telah mendekat. Rubah besar itu menatap tajam Asnawi dengan penuh amarah. Kuku tajamnya siap mencabik-cabik tubuh Asnawi yang berlumuran darah segar.

Akan tetapi, semakin lama tatapan rubah itu berubah menjadi penuh emosi dan kesedihan. Ekspresi wajah mahluk berubah menjadi sedih. Tangan yang mencengkeram Asnawi mulai gemetar.

Rubah itu akhirnya melepaskan Asnawi, lalu berjalan menjauhinya. Ia duduk di atas sebuah bongkahan batu yang menghadap ke arah pantai.

Asnawi langsung bergegas melarikan diri ketika lepas dari cengkeraman monster itu. Namun ketika ia berlari, sayup-sayup ia mendengar suara tangisan perempuan yang berasal dari sosok rubah raksasa itu.

Asnawi menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah monster yang sedang duduk itu.

"Jangan jangan, anjing itu lagi makan Riti?" pikirnya.

Dengan penuh rasa was-was dan penasaran, Asnawi mendekati rubah besar itu secara perlahan. Suara tangisan perempuan itu semakin terdengar nyaring. Asnawi melempar sebuah batu ke kepala rubah. Sontak, sang rubah langsung menoleh ke arah Asnawi.

"SIAPA KAMU?" bentak Asnawi dengan tubuh gemetar.

"Ini aku Wi..." jawab rubah raksasa dengan mengeluarkan suara Anggariti.

Asnawi terkejut dengan jawaban rubah itu. Ia terjengkang karena shock melihat binatang yang bisa berbicara.

Rubah itu kemudian berdiri, lalu berjalan mendekati Asnawi yang ketakutan. Perlahan mahluk itu berubah wujud dengan tubuh mengecil, bulu-bulu di tubuhnya menghilang dan bentuk kepalanya berubah menjadi manusia.

"Ka... ka... ka... kamu?"

"Iya ini aku Wi, Anggariti"

Anggariti kemudian jatuh, tubuhnya lemas dan tak berdaya. Asnawi dengan sigap menangkap tubuh Anggariti agar tak jatuh ke permukaan tanah. Ia pun lalu membopongnya.

"Bawa aku ke wisma!" pinta Anggariti dengan suara parau

"Tapi wismanya udah kamu hancurin"

"Gak apa apa, bawa aja aku kesana, nanti kuperbaiki wisma itu"

Asnawi akhirnya memenuhi permintaan Anggariti. Ia membopongnya menuju wisma yang tak jauh dari sana. Di benaknya timbul banyak pertanyaan yang siap dilontarkan kepada Anggariti.

...

APAKAH ASNAWI AKAN DIBUNUH OLEH ANGGARITI? ATAU SEBALIKNYA, ANGGARITI YANG MENJADI KORBAN KEGANASAN ASNAWI?
APAKAH SEMUA RAHASIA AKAN TERKUAK?
APA YANG AKAN DILAKUKAN ASNAWI?

KITA REHAT SEJENAK SAMPAI SAIFUL JAMIL, COKI PARDEDE, RAGIL, REINHARD SINAGA DAN RIAN JOMBANG MEMBENTUK BOYBAND... emoticon-Betty
eni050885
galehnova
lelakiperantau
lelakiperantau dan 47 lainnya memberi reputasi
48
Tutup