Edisi Ditinggal Mati

#edm
#cintadidalamhati

Dulu sewaktu kuliah, ada seseorang yang lumayan spesial di hati, mengajak pulang kampung bareng. Kebetulan kami dari satu kabupaten yang sama, tetapi beda desa.

Singta, singcer aku pun merasa bahagia. Iya, dong, secara akan berdua-duaan dengan someone you love. Berbagai ide melintas. Sengaja kubeli snack yang banyak dan minuman segar.

Romantis sekali, duduk berdua di kursi penumpang sambil kepalanya bersandar di bahuku.

Alamak! Semakin tinggi khayalku.

Namun, semua itu buyar ketika hari itu tiba.

"Boy, kamu duduknya di belakang supir saja, ya? Aku di CC depan."

Langsung runtuh semangatku. Kutatap dia dengan tatapan tidak percaya. Ingin membantah, lidahku terasa kelu.

Dia tidak menunggu jawabanku. Langsung bergegas masuk ke dalam mobil. Aku pun mengambil posisiku. Duduk persis di belakang supir.

"Semangat, Boy!"

Dia tersenyum manis sekali. Sampai saat ini aku tidak tahu alasan dia tidak duduk di sampingku. Barulah setelah supir travelnya masuk, aku langsung paham.

Wajahnya yang cantik berbinar bahagia melihat wajah si supir. Aku menggigit lidah, KALAH.

Bagaimana bisa dia tidak akan kepincut kepada laki-laki yang level ketampanannya di atas rata-rata.

Sepanjang perjalanan itu, dia yang kusuka asyik bercanda dengan si supir tampan. Sekali-kali dia melempar pandangan gemes ke arahku, seakan-akan mau memberitahu betapa bahagianya duduk di samping si supir.

Aku hanya bisa mengunyah keripik kentang yang biasanya terasa begitu lezat, kini hambar. Sehambar hatiku.

Perjalanan terasa begitu panjang. Aku yang memang dasarnya pendiam, semakin tersudut dalam sunyinya hati.

Mungkin tidak jodoh, batinku membesarkan jiwa.

Karena tidak tahan dengan rasa yang kian menyakiti, aku memutuskan untuk turun dari mobil.

"Kenapa?"

Aku hanya beralasan mau menginap di tempat teman. Dia menatapku tidak percaya.

Namun, apa peduliku. Aku tidak bisa menahan kecemburuanku dan aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Dia baru sebatas orang yang kusuka. Dia juga tidak tahu dengan rasa cinta yang kumiliki.

Aku menatap kepergian mobil yang dia tumpangi dengan dada yang kian sesak.

Di tepi perbukitan yang sepi ini aku berteriak sekuat-kuatnya.

Benar kata orang, cinta terkadang bisa membuat kita menjadi bodoh.

Di senja nan muram, aku menaiki bus. Tidak menuju ke kampungku, tetapi ke kosanku di kota.

Baru saja kakiku menapak halaman kosan. Salah satu temanku berteriak memanggil namaku, mengeluarkan penghuni lainnya dari kamar masing-masing.

"Ya Allah, Boy! Alhamdulillah, kamu selamat."

Aku bingung. Mereka memelukku satu persatu. Tentu saja semakin membuatku penasaran. "Ada apa?"

Jawaban atas pertanyaanku membuat duniaku runtuh.

"Travel yang kamu tumpangi, terjun ke dalam jurang."

www.aksarabisu.com