Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.

Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).

Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.

Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.

Status : On going


Quote:


Spoiler for Q&A:


Spoiler for INDEX:


Quote:

Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 01:19
aryanti.story
Menthog
wong.tanpo.aran
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
15.7K
243
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
#93
Chapter 64 : Mulai Tidak Waras
 "Guk! Guk!.... Guk! Guk!" Anjing-anjing sok galak itu, saling menggonggong saat melihat kami bertiga berjalan mendekati rumah.

 Saat pertama datang ke sini, aku sedikit takut saat salah seekor dari mereka mulai mengintai di tengah jalan saat kami mulai pergi kerja ataupun pulang kerja. Namun, sekarang aku sudah mulai terbiasa dengan kehadiran mereka. Malahan, saat mereka mulai menggonggong, aku akan berlari mengejar mereka, dan otomatis mereka lari pontang panting. Haha, dasar anjing sok galak. Engga ku kasih makan roti nanti kalian ya!

 Hampir setiap minggu, Tauke pasti datang dengan membawa beberapa karung Roti isi yang sudah kadaluarsa, ada juga yang tanggal jatuh temponya tinggal satu atau dua hari lagi. Roti-roti itulah yang biasa kami berikan untuk makanan para Anjing. Sedangkan para kucing, tentu saja makanan mereka lebih mewah.

 Siang itu, Tauke datang dengan membawa satu unit motor. Kalau di Indonesia, bisa dibilang motor Mio. Karna basic mesin yang dimilikinya sama persis, hanya saja tampilan bodynya sedikit berbeda.

 "Eh, lu. Mantan mekanik motor. Lu bisa benerin engga ini motor?" Tanya Tauke kepadaku.

 Memang sebelumnya dia sudah tau kalau aku pernah jadi mekanik motor. Dan secara kebetulan, bos kami yang satunya lagi, yaitu bos kecil berkacamata, ternyata adalah mantan mekanik alat berat di perusahaan lama mereka. Jadi bisa dibilang, Tauke ini sudah begitu faham masalah perawatan kendaraan.

 Tanpa menjawab pertanyaan Tauke, aku langsung memeriksa kondisi motor matic berwarna merah itu.

 "Sebelumnya bisa nyala engga bos?" Tanyaku sebelum melakukan pemeriksaan di unit.

 "Sebelumnya masih nyala, ini ada saya bawa Aki motor, coba kamu pasang" Ujar Tauke sembari menyerahkan aki motor kepadaku.

 "Kunci-kuncinya ada engga nih?" Tanyaku lagi.

 "Kunci apa?"

 "Spanna, tools kit, obeng plus" Aku coba mengartikan dengan bahasa yang lain.

 "Spana ada, itu kunci socket ada dalam mobil. Obeng plus apa itu, screw driver kah?" Tanya dia lagi. Padahal aku yakin dia itu sudah faham. Tampak dari senyumnya yang sengaja meledekku.

 "Iya bos, keluarin aja semua yang ada" Jawabku singkat.

 "Sana lu ambil sendiri"

 Aku pun berjalan menuju mobil, lalu mengeluarkan beberapa alat yang sudah disiapkan oleh Beliau. Tanpa menunggu waktu lama, aku langsung memasangkan Aki tersebut.

"Cek cek cek....!!! Bremmm dret det det det... krooooook"Suara mesinnya sangat berisik sekali saat aku mulai menarik gas lebih besar.

 "Berisik motornya bos"

 "Suara apa itu?" Tanya Tauke sembari memperhatikan ku yang sedang mengetes suara mesin.

 Di tengah aku sedang memainkan gas motor. Tiba-tiba seorang laki-laki keluar dari kamarnya yang tepat berada di sebelah kamar kami. Laki-laki itu menengok ke bawah, kemudian berbicara.

 "Itu motor sudah dari dulu suaranya berisik. Tidak kuat nanjak, tidak ada tenaga. Makanya saya sudah tidak pernah pakai lagi itu motor" Ujar dia.

 Laki-laki bertubuh kurus, sedikit tua dengan warna kulit gelap. Namanya adalah Bang Usup. Dia tinggal bersama istrinya di sini. Beliau bertugas menjadi operator excavator, namun terkadang dia juga ikut membantu istrinya menyemprot hama tanaman.

 Mendengar suaranya yang hampir tidak jelas. Aku pun mematikan mesin motor.

 "Ini harus dibongkar bagian CVTnya, Tauke" Ujarku.

 "Karburatornya masih bagus tidak?"

 "Sekalian saja nanti, aku servis semua"

 Sebelum membongkar, aku pun kembali menanyakan masalah motor sebelumnya ke Bang Usup. Beliau pun menceritakan gejala masalah yang sering dialaminya saat menggunakan motor ini dulu.

 Setelah makan siang, aku pun mulai membongkar motor tersebut. Tauke masih setia menungguku di sana. Tak butuh waktu lama, aku kemudian menyerahkan beberapa komponen yang rusak dan layak diganti kepada Tauke. Beliau kemudian membawa komponen yang rusak tersebut sebagai contoh untuk membelikan suku cadang yang baru nanti.

 Di sisi lain, aku sedikit kagum dengan Tauke. Beliau repot-repot membawakan kami motor, agar tidak perlu capek-capek jalan kaki saat pergi kerja. Tapi sayangnya motor ini cuma satu. Lagipula menurutku motor matic tidak cocok untuk digunakan di medan berbukit ini, apalagi jalanannya tidak beraspal. Hanya hamparan pasir dan batu kerikil saja. Tapi tidak apa-apa, mungkin suatu saat motor ini bisa berguna untuk kami pergi jalan-jalan ke perkampungan sana.

***

 Sore itu, seperti biasa setelah pulang aku bersantai di bawah pohon kecil yang tumbuh di atas bukit tak jauh dari rumah kami. Di sini tempatnya lumayan adem, angin yang bertiup sepoi-sepoi serta redupnya sinar matahari karna terhalang rimbun dedaunan pohon itu, membuatku semakin betah duduk bersantai di sini.

 16.40 PM, aku membuka kembali facebookku. Aku melihat ada beberapa inbox masuk dari Ayunda. Dengan cepat, aku langsung membaca pesan itu. Rasanya sudah lama sekali aku tidak berinteraksi dengan dia. Aku benar-benar sangat rindu.

"Sayang, maaf gak bisa ngasih kabar. Hp ku rusak"isi pesan dari Ayunda.

 Tanpa membalas, aku langsung saja menelponnya.

"Tuuuuut.... Tuuuuttt" Aku mendengar suara HPnya aktif. Aku sangat senang sekali.

 "Ceklek"

 "Hallo" Ayunda menjawab telponku.

 "Hallo,Yank. Gimana kabarmu?"

 "Baik, maaf ya beberapa hari aku gak aktif. HP yang kamu belikan waktu itu sudah rusak. Ga bisa nyala lagi"

 "Kok bisa gitu yank?"

 "Gak bisa ngecharge lagi baterai nya"

 "Terus sekarang kamu pakai HP siapa?"

 "HP ku, aku baru beli tadi malam sama kakak" Kakak di sini, maksudnya adalah majikannya.

 "Alhamdulillah, syukurlah kalau sudah punya HP baru. Kamu kangen engga sama aku, hehe"

 "Kangen..... Aku sempat nangis beberapa malam karna ingat kamu" Jawabnya dengan nada sedih.

 "Aku baik-baik saja kok di sini. Aku juga sempat khawatir sama kamu kemarin, karna engga ada kabarnya"

 "Hmmm... Kamu kapan pulang? Aku kesepian.. "

 Mendengar itu, aku sempat terdiam sejenak. Aku juga tidak tau kapan aku akan pulang. Yang pasti aku harus kumpulin uang sebanyak yang aku bisa, baru aku akan pulang. Namun, di sisi lain, aku juga tidak ingin berlama-lama di negeri rantauan ini.

 "Ga tau yank, in sya Allah kalau uangku sudah cukup untuk melamar kamu. Aku bakal segera pulang. Aku janji"

 Kami terus mengobrol lewat HP, saling mengungkapkan kata rindu. Hubungan jarak jauh ternyata sangat berat bagiku, bagi kami berdua. Setiap hari aku selalu menahan rasa rindu akan kampung halaman, rindu akan kekasih. Namun, aku selalu menyemangati diri, dan meyakinkan akan tujuanku datang kemari. Aku tidak ingin, semua yang sudah aku perjuangankan ini sia-sia.

***
November 2014

 Tak terasa, sudah satu bulan kami di tempat ini. Gaji pertama kerja di sini lumayan membuahkan hasil, kami akhirnya bisa kirim uang ke kampung halaman. Angsuran motorku yang sudah menunggak dua bulan, akhirnya bisa terbayarkan.

 Aku semakin terbiasa hidup di sini. Meskipun setiap hari hanya memandangi sawit dan hutan. Namun kami sudah sempat beberapa kali keluar keliling kampung, bahkan berbelanja di mini market yang letaknya tak jauh dari tempat kami bekerja. Kalau pergi beramai, kami biasa diantar oleh Bang Udin dengan mobilnya, namun kalau hanya untuk pergi jalan-jalan sendiri, biasa kami menggunakan motor matic yang sudah selesai aku perbaiki.

 Hari ini, kami berencana akan pergi ke pasar untuk belanja setelah pertama kali gajian. Aku berencana ikut membeli HP baru, karna HP yang kugunakan ini juga sudah mulai tua.

 Dengan diantar oleh Bang Udin, kami bertiga kemudian pergi ke pasar yang lokasinya kurang lebih 2 jam dari sini.

 Setelah tiba di pasar, aku seperti orang yang baru saja keluar dari dalam goa. Aku terpesona melihat keramaian orang-orang, sebuah suasana yang sudah lama tidak aku rasakan. Aku dan Syahdan berjalan mengelilingi pasar, meskipun dengan passport mati, kami tidak takut sama sekali. Karna disini juga banyak sekali aku bertemu dengan orang-orang yang berasal dari Indonesia. Setelah puas berkeliling, membeli HP baru, pakaian dan makan-makan. Kami pun akhirnya pulang.

 Rasanya baru kali ini aku merasakan kebahagiaan semenjak pertama kali datang ke negeri ini. Namun rasa bahagia itu tiba-tiba berubah menjadi rasa kekecewaan, saat aku mulai merasakan ada kerenggangan dalam hubunganku dengan Ayunda.

 Dia semakin jarang memberiku kabar, meskipun aku yang mengabari lebih dulu, pesanku selalu telat dibalasnya, padahal aku tau dia sedang aktif. Aku semakin yakin kalau dia mulai berubah, ketika setiap panggilanku selalu tidak diangkat. Bahkan beberapa kali dia mulai cuek membalas pesan dariku.

Apa salahku?

 Hari demi hari telah berlalu, aku semakin tidak senang dengan tingkah cuek dari Ayunda. Aku pun memberanikan diri untuk bertanya secara langsung.

 "Yank, kok kamu mulai cuek?" Pesanku lewat inbox.

 Bukannya dibalas, pesan itu hanya dibaca saja. Aku pun mulai mengirimi spam di inboxnya. Akhirnya pesanku dibalas juga.

 "Aku bosan"

 Sebuah kata singkat yang menggetarkan jantung. Membuat darahku mengalir deras ke kepala.

 "Bosan kenapa? Aku salah apa?"

 "Gak salah. Udah kamu kerja-kerja aja sana. Aku lagi sibuk"

 Aku pun tidak membalas lagi pesan itu. Aku mulai curiga ada yang tidak beres dengan dia. Kenapa dia tiba-tiba berubah 180 derajat?

 Aku tau dia di sana kesepian. Namun aku di hutan ini lebih menderita dari itu. Aku lebih kesepian lagi di sini!

 Aku pun mencoba untuk membuka akun facebook Ayunda. Aku masih ingat dengan emailnya, bahkan kata sandinya. Ya, karna dulu kami juga sempat bertukar akun. Aku pun diam-diam membuka akunnya. Aku mulai memeriksa inbox di facebooknya.

 Betapa sakitnya hatiku, saat aku melihat isi pesan itu. Ada seorang laki-laki yang tampak sangat perhatian kepadanya. Namun satu hal yang paling mengagetkan. Ternyata mereka sudah sempat jalan berdua.

 "Sial!" Aku membanting HP ku ke tanah.

Jadi untuk apa aku merantau selama ini? Untuk apa?

 Aku benar-benar kesal dan marah saat itu. Kepalaku pusing, dadaku sesak, aku tidak bisa lagi menahan emosi. Aku pun meraih parang yang ada di sebelahku, ku tibas-tibaskan ke batang pohon yang biasa ku jadikan tempat berteduh itu. Aku tidak tau harus meluapkan emosiku seperti apa lagi.

"Kenapa? Kenapa harus berakhir seperti ini?" Hati ini rasanya perih sekali.

 "Sial! Sial! Sial!" Aku terus meracau sendiri di sepanjang jalan pulang.

 Bahkan sampai malam ketika aku tidur, aku terus terbangun dan meracau sendiri. Mengucapkan kata-kata "Sial" itu berkali-kali. Meskipun pelan, namun kata itu semakin terngiang-ngiang di kepalaku. Seakan ia ingin selalu diucapkan. Aku mulai tampak seperti orang stress. Sebegitu sakitnya tekanan batin yang aku rasakan saat itu, sampai-sampai jiwaku seakan terluka, aku benar-benar sudah kehilangan jati diri.

 Ya, mungkin dari sinilah aku mulai menjadi orang tidak waras. Dan mulai dari sinilah jalan cerita ini akan berubah. Lihat saja nanti!

Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 24-07-2021 15:42
limdarmawan
Menthog
Menthog dan limdarmawan memberi reputasi
2