- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Bajing Loncat Tidak Normal (Short Story Life - 17+)
TS
bekinyot
Bajing Loncat Tidak Normal (Short Story Life - 17+)
Seperti hari-hari biasanya, Haron bekerja sebagai pengantar barang dengan muatan yang luar biasa banyaknya. Dan hari ini dirinya harus mengantarkan ratusan ukiran kayu berbagai macam bentuk, mulai dari kursi, meja, hiasan meja, hingga potongan kayu yang akan diolah. Dan semua barang tersebut akan melewati 500 kilometer perjalanan.
Spoiler for Story:
Dengan mobil besarnya yang dirinya beri nama Baton tersebut, seluruh barang dengan berat puluhan ton tersebut siap untuk diberangkatkan. Dirinya sudah memutuskan hari dirinya akan berangkat, dan menurutnya hari ini adalah saat yang tepat. Cuaca cerah dan jalanan yang tidak terlalu padat dari para keluarga yang akan bertamasya. Satu hal yang harus dirinya khawatirkan, bajing loncat.
Perjalanan Haron sejauh ini tidak ada masalah, beberapa kali dirinya beristirahat dan bercengkrama dengan yang seprofesi di sebuah kedai kopi pinggir jalan. Saat itu dirinya diperingati bahwa pada kilometer ke 300 dirinya sebaiknya berhati-hati, disana sering sekali terjadi perampokan dari para bajing loncat.
Haron bukanlah orang yang menganggap hal seperti itu adalah suatu peruntungan nasib, dirinya akan sangat serius dalam menanggapi peringatan tersebut. Dirinya sudah bersiap dengan kemungkinan yang akan terjadi nantinya.
Tepat pada saat memasuki kilometer 300 dirinya bertemu dengan 2 motor yang menyuruhnya untuk berhenti. Motor tersebut seperti memberi tanda bahwa ada yang salah dengan salah satu dari ban mobilnya.
Merasa khawatir dirinya menghentikan kendaraannya ke bahu jalan dan turun untuk memeriksa keadaan ban mobilnya. Dan pada saat dirinya melihat ban mobilnya tersebut, dari belakang seorang anak muda memukulkan sebuah tongkat kayu yang sebesar pergelangan tangan orang dewasa ke leher Haron.
Pukulan tersebut sama sekali tidak melukai Haron, dirinya membalikan kepalanya dan memandang mata bocah tersebut. Dengan satu pukulan yang tepat ke arah muka, sang anak langsung terkapar di tanah dan mengalami kejang-kejang sebelum akhirnya pingsan.
Salah satu temannya yang melihat kejadian tersebut mencoba menyerang Haron dari belakang juga, namun nasib yang sama harus dirinya terima dan kedua bocah tersebut terkapar di tanah.
Pada kilometer 400 kedua bocah tersebut sadarkan diri dan mereka mendapati tubuh mereka yang terikat berada disebelah pria yang mereka coba serang tadi malam tersebut. Diatas mobil besar tersebut sambil berjalan menuju tempat tujuan, Haron menyapa dengan pandangan yang terus memperhatikan jalanan yang sepi.
Hari masih pagi, sawah yang baru saja tersiram lebatnya hujan kemarin malam masih basah di kiri dan kanan mereka.
“Maafkan kami pak, saya mohon jangan bawa kami ke kantor polisi” salah seorang dari anak tersebut memecah keheningan diantara mereka bertiga.
“Aku tidak terpikirkan untuk membawa kalian kesana, tapi itu mungkin akan menjadi suatu gagasan yang baik. Tergantung bagaimana sikap kalian hingga kita tiba ditujuan nanti” jawan Haron.
Kedua bocah tersebut saling pandang, mata mereka yang sangat ketakutan dan tidak berani lagi untuk berkata-kata.
“Jika aku perhatikan umur kalian sekitar 18 tahun, apakah benar?” Tanya Haron.
Kedua bocah tersebut hanya mengangguk dan menggumamkan suara yang sangat samar terdengar. Mereka sangat ketakutan.
“Baiklah, dan sekarang salah satu dari kalian harus menjelaskan kepadaku, apa yang membuat kalian berani menjadi bajing loncat”.
“Saya sebenarnya tidak mau melakukan ini pak,” salah satu dari mereka yang duduk dekat jendela menjawab. “Saya lakukan ini hanya untuk sensasi saja pak, jika saya bisa membawa barang jarahan ke tempat tongkrongan maka saya akan dianggap keren”.
“Kami sadar kami ini tidak pintar, dan kami sadar karena kekurangan kami ini kami jadi melakukan hal yang salah, “seorang temannya ikut menjawab. “Tapi apa lagi yang dapat kami lakukan, agar dapat melupakan kekurangan kami, hanya hal ini yang dapat kami lakukan untuk menutupi ketidak normalan kami dibandingkan anak-anak yang lainnya”.
Haron beberapa saat terdiam mendengarkan mereka, dan disaat dirinya sudah merasa yakin bahwa kedua anak tersebut telah menyelesaikan penjelasan mereka, serta menyelesaikan sebuah tikungan tajam yang menanjak dirinya memberikan tanggapan.
“Jadi kalian merasa diri kalian yang kurang sama dengan orang-orang lain, atau apa yang kalian anggap ‘normal’ tersebut tidak kalian miliki”.
Mereka berdua mengangguk dan terdiam.
Haron menghela nafasnya dengan perasaan yang sangat iba kepada kedua anak tersebut. “Aku akan memberitahu kalian suatu hal yang dapat membuat kalian memikirkan kembali hidup kalian. Kalian tahu, manusia normal sudah terlalu banyak, dan manusia normal tersebut akan kalian lihat setiap harinya. Sungguh membosankan”.
Perkataan dari Haron tersebut membuat kedua bocah tersebut terdiam dan merenungkan apa yang baru saja di dengarnya tersebut.
Mereka sampai pada tujuan 500 kilometer mereka, dan saat itu juga Haron membukakan tali anak tersebut dan membiarkan mereka turun dari mobilnya.
“Mulai sekarang jadilah diri kalian sendiri, dan banggalah dengan apa yang sudah kalian miliki” Haron melambaikan tangan dan meninggalkan anak tersebut di sebuah pasar kota tersebut.
Perjalanan Haron sejauh ini tidak ada masalah, beberapa kali dirinya beristirahat dan bercengkrama dengan yang seprofesi di sebuah kedai kopi pinggir jalan. Saat itu dirinya diperingati bahwa pada kilometer ke 300 dirinya sebaiknya berhati-hati, disana sering sekali terjadi perampokan dari para bajing loncat.
Haron bukanlah orang yang menganggap hal seperti itu adalah suatu peruntungan nasib, dirinya akan sangat serius dalam menanggapi peringatan tersebut. Dirinya sudah bersiap dengan kemungkinan yang akan terjadi nantinya.
Tepat pada saat memasuki kilometer 300 dirinya bertemu dengan 2 motor yang menyuruhnya untuk berhenti. Motor tersebut seperti memberi tanda bahwa ada yang salah dengan salah satu dari ban mobilnya.
Merasa khawatir dirinya menghentikan kendaraannya ke bahu jalan dan turun untuk memeriksa keadaan ban mobilnya. Dan pada saat dirinya melihat ban mobilnya tersebut, dari belakang seorang anak muda memukulkan sebuah tongkat kayu yang sebesar pergelangan tangan orang dewasa ke leher Haron.
Pukulan tersebut sama sekali tidak melukai Haron, dirinya membalikan kepalanya dan memandang mata bocah tersebut. Dengan satu pukulan yang tepat ke arah muka, sang anak langsung terkapar di tanah dan mengalami kejang-kejang sebelum akhirnya pingsan.
Salah satu temannya yang melihat kejadian tersebut mencoba menyerang Haron dari belakang juga, namun nasib yang sama harus dirinya terima dan kedua bocah tersebut terkapar di tanah.
Pada kilometer 400 kedua bocah tersebut sadarkan diri dan mereka mendapati tubuh mereka yang terikat berada disebelah pria yang mereka coba serang tadi malam tersebut. Diatas mobil besar tersebut sambil berjalan menuju tempat tujuan, Haron menyapa dengan pandangan yang terus memperhatikan jalanan yang sepi.
Hari masih pagi, sawah yang baru saja tersiram lebatnya hujan kemarin malam masih basah di kiri dan kanan mereka.
“Maafkan kami pak, saya mohon jangan bawa kami ke kantor polisi” salah seorang dari anak tersebut memecah keheningan diantara mereka bertiga.
“Aku tidak terpikirkan untuk membawa kalian kesana, tapi itu mungkin akan menjadi suatu gagasan yang baik. Tergantung bagaimana sikap kalian hingga kita tiba ditujuan nanti” jawan Haron.
Kedua bocah tersebut saling pandang, mata mereka yang sangat ketakutan dan tidak berani lagi untuk berkata-kata.
“Jika aku perhatikan umur kalian sekitar 18 tahun, apakah benar?” Tanya Haron.
Kedua bocah tersebut hanya mengangguk dan menggumamkan suara yang sangat samar terdengar. Mereka sangat ketakutan.
“Baiklah, dan sekarang salah satu dari kalian harus menjelaskan kepadaku, apa yang membuat kalian berani menjadi bajing loncat”.
“Saya sebenarnya tidak mau melakukan ini pak,” salah satu dari mereka yang duduk dekat jendela menjawab. “Saya lakukan ini hanya untuk sensasi saja pak, jika saya bisa membawa barang jarahan ke tempat tongkrongan maka saya akan dianggap keren”.
“Kami sadar kami ini tidak pintar, dan kami sadar karena kekurangan kami ini kami jadi melakukan hal yang salah, “seorang temannya ikut menjawab. “Tapi apa lagi yang dapat kami lakukan, agar dapat melupakan kekurangan kami, hanya hal ini yang dapat kami lakukan untuk menutupi ketidak normalan kami dibandingkan anak-anak yang lainnya”.
Haron beberapa saat terdiam mendengarkan mereka, dan disaat dirinya sudah merasa yakin bahwa kedua anak tersebut telah menyelesaikan penjelasan mereka, serta menyelesaikan sebuah tikungan tajam yang menanjak dirinya memberikan tanggapan.
“Jadi kalian merasa diri kalian yang kurang sama dengan orang-orang lain, atau apa yang kalian anggap ‘normal’ tersebut tidak kalian miliki”.
Mereka berdua mengangguk dan terdiam.
Haron menghela nafasnya dengan perasaan yang sangat iba kepada kedua anak tersebut. “Aku akan memberitahu kalian suatu hal yang dapat membuat kalian memikirkan kembali hidup kalian. Kalian tahu, manusia normal sudah terlalu banyak, dan manusia normal tersebut akan kalian lihat setiap harinya. Sungguh membosankan”.
Perkataan dari Haron tersebut membuat kedua bocah tersebut terdiam dan merenungkan apa yang baru saja di dengarnya tersebut.
Mereka sampai pada tujuan 500 kilometer mereka, dan saat itu juga Haron membukakan tali anak tersebut dan membiarkan mereka turun dari mobilnya.
“Mulai sekarang jadilah diri kalian sendiri, dan banggalah dengan apa yang sudah kalian miliki” Haron melambaikan tangan dan meninggalkan anak tersebut di sebuah pasar kota tersebut.
-Tamat-
wanitatangguh93 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.4K
Kutip
6
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
kkjavu
#3
Kasihan anaknya ditinggal di kota besar, ga bisa balik tuh anak
bekinyot memberi reputasi
1
Kutip
Balas
Tutup