Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.

Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).

Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.

Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.

Status : On going
Cerita Waras (untold story)


Quote:


Spoiler for Q&A:


Spoiler for INDEX:


Quote:

Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 01:19
aryanti.story
Menthog
wong.tanpo.aran
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
15.8K
243
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
#83
Chapter 58 : Awal Yang Buruk
 "Tok tok tok...!!"

 "Tok tok, tok tok"

 Siapa sih tengah malam buta mengetuk jendela? Aku membuka mata perlahan, masih posisi rebahan dan menatap ke arah jendela yang tepat berada di atas kepalaku. Dalam suasana kamar yang remang-remang dari cahaya pelita kecil. Aku bangkit dan perlahan membuka pintu jendela itu.

 "Degg!!!" Jantungku rasanya mau copot, ingin aku berteriak namun tubuhku terasa kaku. Aku tidak bisa bergerak, bahkan untuk mengedipkan mata saja aku tidak bisa.

 "Nak.. Nenek laper" Sosok wanita tua menyeramkan dengan wajah hancur berantakan itu berbicara kepadaku.

 "Nenek laper Nak,, minta makanannya" Sosok itu semakin mendekatkan wajahnya ke arahku.

 Kami saling berhadapan. Kuku jari tangannya yang panjang tampak semakin jelas, berpegangan pada bingkai jendela kamar. Aroma busuk menyengat ke seluruh sudut kamar. Tubuhku semakin lemas, energiku seperti telah diserap olehnya. Aku masih mencoba tetap tenang, tetap menjaga kesadaran.

 "I-itu Nek, d-di d-dapur ada na-nasi" Aku mencoba berbicara namun bibirku masih terasa kaku dan bergetar. Ku angkat perlahan tanganku, untuk menunjuk ke arah dapur. Wajahnya ikut berpaling mengikuti arah telunjukku.

 "Terima kasih Nak" Jawab Nenek seram itu. Dia kemudian beranjak pergi. Aroma busuk dari tubuhnya masih menyengat memenuhi indera penciumanku.

 Setelah sosok itu pergi, tubuhku langsung lemas dan aku kembali rebah di tempat tidur. Setelah itu, aku sudah tak sadarkan diri.

***

 Kicau burung yang saling bersahutan terdengar riang gembira menyambut datangnya pagi. Aku terbangun dari tidur dan kembali memandang ke luar jendela. Tampak dedauan masih basah oleh embun. Udara pagi ini, benar-benar segar. Sayup-sayup terdengar suara gemericik air sungai yang tak jauh di belakang rumah. Entah kenapa, aku ingin sekali mandi di sungai pagi ini. Airnya yang jernih dan sejuk, mungkin akan bisa menenangkan jiwaku yang sedang kesepian ini.

 "Ah, mungkin sekalian aku mencuci baju saja" batinku.

 Segera aku kumpulkan helai demi helai pakaian kotorku. Ku bawa dengan sebuah ember besar bekas cat dinding, dan kutenteng ke arah sungai. Ku pijakkan kakiku perlahan di aliran sungai yang hanya selebar 6 meter itu. Airnya sangat dangkal, ku lihat di hulu sungai banyak sekali bebatuan yang berjejer, semakin jauh semakin besar pula ukuran batu-batu itu. Aku alihkan kembali pandangan ke hilir sungai, tampak sedikit berbeda kelihatannya. Air yang tadinya mengalir deras, tampak sangat tenang di sana. Sedikit keruh dan penuh akan pepohonan mati dan batang-batang besar yang tertimbun di sisi dan di tengah aliran sungai. Semakin jauh, sungai itu semakin lebar dan tampak menyeramkan.

 "Hiiihh" Bulu kudukku merinding membayangkan ada makhluk menyeramkan di dalam air itu. Mungkin ada buaya, atau mungkin juga ada Anakonda raksasa, fikirku.

***

 Aku menyusun beberapa bebatuan di tengah aliran sungai yang dangkal. Membuat sebuah bendungan untuk aku mencuci pakaian. Beberapa ikan kecil bisa kulihat dengan jelas berenang di antara celah bebatuan.

 Kupandangi ikan itu cukup lama. Aku kembali teringat dengan kampung halaman, aku teringat dengan Ayunda. Sedih, galau, sepi, sesak semua perasaan itu bercampur. Ku alihkan pandangan ke sebelah bendungan yang airnya lebih dalam, aku bisa melihat pantulan kesedihan dari wajahku di permukaan air itu. Aku tidak ingin menangis, aku juga tidak ingin menyesal. Ingatlah, apa tujuanku untuk datang ke sini. Ayunda, semoga kamu tetap setia menantiku.

 "Wuihh,, udah duluan ternyata" Ridwan datang menghampiriku. Tampak sepertinya di juga ingin mencuci pakaian.

 "Eh, Rid. Iy nih.. Ga tau, pengen nyuci aja sekalian mandi"

 "Mantap bener bendungannya. Ini kamu yang bikin, Rul?" Tanya dia sambil berjalan menapaki bebatuan.

 "Iya, airnya dangkal. Jadi aku bikin bendungan biar enak buat membasuh pakaian nanti" Jawabku.

 "Eh Rid, di sini kalau mau nelpon di mana ya ada sinyal?" Aku coba bertanya.

 "Wah, jauh. Harus naik gunung sana. Di tempat tinggi pasti ada sinyal. Cuman ya itu, lumayan jauh"

 "Mesin listrik kapan ya dikasih. Bingung gue gimana mau ngcharge HP nanti"

 "Nanti ada kok dikasih. Mungkin beberapa hari lagi. Entahlah. Sementara bisa charge pakai baterai ABC aja dulu kalau darurat"

 "Emangnya bisa ya pakai baterai kecil itu"

 "Bukan yang kecil, yang besar buat lampu senter jadul itu"

 "Owwh" Aku pun ber-Oh ria. Ya kalau darurat si gpp,, tapi harus bikin adaptor lagi fikirku.

***

 Selesai mencuci dan mandi, kami berdua kembali lagi ke rumah. Tampak Om Wahyu baru saja selesai memasak nasi.

 "Loh, Om. Kok masak lagi?" Aku bertanya heran. Seingatku tadi malam dia sudah masak nasi sebelum kita semua tidur.

 "Ga tau nih, nasinya basi, padahal baru tadi malam dimasak. Kemarin-kemarin ga pernah kaya gini" Jawab dia dengan wajah heran.

 Aku hanya diam mendengarkan, lalu berjalan ke arah pintu belakang. Di tanah, aku melihat bekas nasi basi yang sudah dibuangnya. Nasi itu tampak lembek dan berlendir. Aku langsung teringat kejadian tadi malam. Ternyata itu bukan mimpi. Nasi itu bekas aku berikan ke makhluk halus itu. Nenek tua menyeramkan dengan wajah hancur penuh darah.

 "Apa meraka tidak pernah bertemu makhluk itu sebelumnya di sini?" Fikirku. Aku lebih memilih diam saja, seolah tidak terjadi apa-apa. Apakah nanti malam dia bakal datang lagi? Semoga saja tidak ya.

 Siang itu, setelah makan siang. Bapak mengajakku ke hutan, untuk mencari kayu buat dijadikan pegangan Dodos nanti. Kami turun dari rumah dan berjalan ke arah jalanan sebelah kiri. Jalan dengan bebatuan kecil itu kami tapaki, semakin jauh semakin menanjak. Aku yang sudah lama tidak pernah berjalan sejauh ini, merasakan pegal di sekujur kaki.

 Resiko tinggal di lembah gunung, rumah kami diapit oleh bukit-bukit dan ada satu gunung besar di seberang sungai. Aku tidak tau itu gunung apa. Yang pasti aku tidak bisa melihat matahari pagi di sini. Semakin jauh kami berjalan, sampailah kami di sebuah persimpangan. Tidak ada pemandangan yang menarik, selain hamparan pepohonan sawit rimbun dan hutan alam di seberang sungai.

 Di persimpangan itu, kami berjalan menuju sungai. Menyeberangi sungai dangkal, dan mulai masuk ke hutan. Mendaki gunung yang besar di hadapan kami. Suara nyamuk mulai melengking di sekeliling telinga. Aku berjalan di belakang Bapak. Beliau memotong satu demi satu belalai akar pohon yang bergantungan, serta beberapa tumbuhan liar yang menghalangi jalan.

 Kami menemukan beberapa pohon yang pas untuk dijadikan tongkat pegangan dodos. Kayu yang cukup keras dan lurus, serta pas digenggaman tangan itu dipotongnya sepanjang kurang lebih 2 meter. Saat ku sambut kayu itu, terasa sangat berat. Apakah nanti aku sanggup mengayunkannya?

 "Ahh, kayu ini berat sekali", batinku.

 Seusai mengambil kayu untuk tongkat dodos. Kami kembali berjalan kaki untuk pulang. Perjalanan pulang tak begitu melelahkan karna jalanan lebih banyak menuruni bukit. Kurang lebih setengah jam berjalan kaki, kami akhirnya sampai di rumah. Saat itu barang-barang yang kami pesan kemarin sudahpun tiba.

 Singkat cerita, kami semua merakit peralatan itu. Satu demi satu. Aku pun mulai mengansah bilah pisau dodos selebar 5 Inci milikku dengan batu canai. Rasanya pisau ini sudah sangat tajam. Aku pun mencoba mengayunkan dodos yang berat itu ke arah pelepah sawit yang tak jauh dari sana. Sawit itu masih kecil, batangnya hanya setinggi satu meter saja.

 "Duuggg" Tubuhku terpental ke belakang saat kucoba menancapkan dodos itu ke pelepah yang hanya selebar telapak tangan.

 Aku mencoba kembali memasang kuda-kuda. Kali ini pasti bisa.

 "Duugg" Lagi-lagi pelepah itu hanya memantulkan tusukanku. Benar-benar keras. Bahkan setelah kucoba berkali-kali, pelepah itu tidak juga terpotong. Hanya sedikit robek-robek saja di sebagian sisinya.

 Keringatku mulai bercucuran, genggaman tanganku basah. Telapak tanganku terasa panas dan bergetar saat ku lepaskan genggaman tongkatku. Aku terduduk di tanah, nafasku engap, aku benar-benar kelelahan. Bagaimana ini? Satu pelepah saja tidak berhasil aku potong. Apakah pisauku kurang tajam? Apakah tenagaku kurang kuat?

 Aku tidak bisa bekerja seperti ini. Ini berat, satu pelepah saja aku tidak bisa. Apalagi delapan keliling. Memang sih, tidak semua ada delapan tingkat pelepah di setiap pohon. Tapi satu keliling itu bisa sampai 7 atau 8 pelepah mati. Dan itu ternyata sangat keras. Apalagi jika kelilingnya bertingkat.. Akkkhhh!!! Bisa gila aku ini.

 Akhirnya aku istirahat dan minum sebentar. Kembali mengansah bilah dodos sembari memperhatikan teknik dari para senior yang sudah lihai memotong pelepah sawit. Semoga, aku bisa mendapatkan teknik yang benar nantinya.

 Ternyata bekerja di alam itu tidak mudah. Baru di awal, aku sudah merasakan tekanan yang berat. Bagaimana selanjutnya nanti? Apakah aku akan jadi gila? Haha.. entahlah.. Jika benar nantinya aku bakal stress di sini. Biarlah rasa itu aku nikmati sendiri. Sebuah penderitaan, merantau di Negeri Orang.

Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 13-07-2021 03:47
limdarmawan
pulaukapok
Menthog
Menthog dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup