Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

elangfirstAvatar border
TS
elangfirst
De OOST, Film kelam sejarah penjajahan di Indonesia dari sudut pandang Penjajah
De Oost (The East) mengambil sudut pandang dari seorang prajurit Belanda bernama Johan, yang diperankan aktor Belanda, Martijn Lakemeier.

Johan De Vries, serdadu Depot Speciale Troepen pimpinan Kapten Raymond Paul Pierre Westerling. Johan mulanya bangga dan kagum pada komandannya. Namun hal itu berubah menjadi muak setelah lama menjalani peperangan dan pembantaian. Westerling dan Depot Speciale Troepen yang dipimpinnya merupakan pelaku pembantaian di Sulawesi Selatan antara Desember 1946 hingga Februari 1947. Westerling mengaku jumlah rakyat Sulawesi Selatan yang dibunuh hanya sekitar 600 orang. Namun versi Indonesia menyebut korban kampanye pasifikasi ala Westerling berjumlah 40 ribu orang. Angka ini berasal dari Kahar Muzakkar.

Buat agan yang belum tahu Raymond Westerling merupakan seorang komandan pasukan Belanda yang memiliki julukan “Si Turki” karena lahir di negara tersebut. Di Indonesia, dirinya dikenal karena tragedi pembantaian Westerling yang merupakan peristiwa pembunuhan terhadap ribuan warga sipil di Sulawesi Selatan.





Film ini digarap oleh sutradara asal Belanda yang memiliki darah keturunan Maluku, Jim Taihuttu. Sedangkan produsernya dipegang dua orang yaitu Sander Verdonk warga asli Belanda dan Shanty Harmayn yang berasal dari Indonesia.
Johan adalah sosok protagonis yang diperankan aktor Martijn Lakemeier.  Sebagai seorang tentara muda Belanda yang menjadi anak buah Raymond Westerling yang diperankan oleh  Marwan Kenzari dalam operasi melawan pasukan anti-gerilya di Sulawesi Selatan.

Dalam film yang tayang di Belanda pada pertengahan Mei lalu itu, penonton dapat melihat gejolak emosi Johan saat menyaksikan pembantaian oleh Westerling, yang dalam film hanya disebut sebagai Raymond atau ‘De Turk‘. Julukan itu klop dengan tempat kelahiran Westerling, yaitu Istanbul, Turki. Tembakan demi tembakan kepada warga kampung yang dituding sebagai pemberontak meninggalkan trauma dan rasa bersalah pada Johan.

Film ini menarik saat ditayangkan di Belanda. Karena hanya sedikit orang Belanda yang tahu soal perang kemerdekaan di Indonesia. ”Di Belanda, tak ada yang tahu atau hanya sedikit orang yang tahu. Mereka bahkan tak menyebutnya perang, tapi aksi polisional. Saya pikir perspektif historis ini menarik. Kakek buyut Jim meninggal dunia dalam perang ini, tapi dia tak pernah mendengar tentang peristiwa ini,” ujar sang produser Sander Verdonk.

Dalam riset film selama sekitar empat tahun, tim ini mengenali sosok Westerling, yang disebut Sander tokoh antagonis yang ideal. Film ini menurut Sander memang fiktif. Tapi penggambaran Westerling di film itu, disebutnya “sangat sedikit sisi fiktifnya.”

”Jika mengacu pada kisah aslinya, sangat tragis. Kami hanya menunjukkan sedikit dari itu, tak sejahat dan seburuk yang terjadi sebenarnya. Tapi ini cara yang baik menunjukkan dua sisi dari perang ini. Orang Belanda tak mau membicarakan ini atau tidak tahu, apalagi mengetahui kejahatan perang yang terjadi,” kata Sander.

Produser lainnya Shanty Harmayn mengatakan, di Indonesia sejarah terkait Westerling memang diajarkan di sekolah, tapi tidak secara detil. ”Saya pikir ‘wow, ini berani’ dan ini adalah bagian dari sejarah kita,” kata Shanty.
Film ini sebenarnya juga mengangkat sisi positif Belanda sebagai negara yang ngotot ingin berkuasa kembali di Indonesia.

*diolah dari berbagai sumber
0
1.1K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post

Post telah dihapus azhuramasda