Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.

Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).

Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.

Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.

Status : On going
Cerita Waras (untold story)


Quote:


Spoiler for Q&A:


Spoiler for INDEX:


Quote:

Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 01:19
aryanti.story
Menthog
wong.tanpo.aran
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
15.7K
243
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
#68
Chapter 49 : Tragedi Hipnotis
 Setelah kejadian malam itu, aku tidak pernah lagi menghubungi tante Yuni. Cukuplah sekali ini saja. Aku juga sudah merasa bersalah telah melakukan hal itu di belakang Ayunda.

 "Yank, maafin aku ya" Pagi itu Ayunda mengirimiku sms.

 "Iya gpp sayang. Ga ada yang perlu dimaafin. Kamu engga salah kok" balasku.

 "Aku cuma kangen sama kamu. Ga maksud buat marah"

 "Iya, udah gpp. Aku juga salah kok, nanti malam aku nelpon kamu ya"

 "Janji ya"

 "Iya, aku janji"

***

 Setelah makan malam, aku rencana mau langsung pulang saja ke hotel. Namun si Darwin malah mengajakku untuk bermain PS dulu sebentar di warnet yang tidak jauh dari lokasi hotel. Karna sudah berjanji ingin menelpon Ayunda. Aku pun menolak ajakan Darwin dan lebih memilih untuk segera pulang ke hotel saja. Saat sedang berjalan menuju halaman hotel, tiba-tiba seorang laki-laki kurus menyapaku.

 "Cik, bise minta tolong tak" orang itu berbicara dengan bahasa Malaysia. Yah mirip-mirip bahasa Pontianak, tapi ini real dia pakai logat Malaysia.

 "Minta tolong apa Bang?" Tanya ku.

 "Tadi taxi turunkan saye kat sini. Saye tak tau ini lagi dekat mane. Cik tau tak mane tempat Money changing?" Ujar orang itu dengan raut wajah kesusahan.

 "Maaf Bang, saya bukan orang sini. Jadi kurang tau" Aku mencoba pergi meninggalkan orang itu. Namun dia tiba-tiba menarik baju kaos ku dan terus meminta tolong.

 "Please, tulong lah Encik, saye dah tak tau nak pegi mane lagi. Saye tak de duet. Jadi saye nak tukar barang ni dekat Money Changing. Tulonglah saye nih" orang itu terus merayuku bahkan sampai menepukkan kedua tangannya untuk memohon.

 "Maaf Bang, coba tanya orang lain aja. Saya engga tau" Jawabku lagi tetap mau pergi.

 "Coba cik tolong bantu tanyekan dekat orang tu" ujarnya sambil menunjuk salah satu tukang ojek yang lagi parkir di depan hotel. Aku pun mendekati tukang ojek itu.

 "Bang, bisa bantu engga. Bapak itu katanya mau nyari tempat nukar duit" ujarku kepada tukang ojek berbadan kurus dengan sepeda motor supra fit new berwarna biru putih.

 "Kenapa emangnya dek. Emang dia orang mana?" Tanya tukang ojek itu.

 "Kayanya orang Malaysia. Diturunin sama supir taxi di sini katanya. Trus ga tau mau ke mana lagi. Kayanya kesusahan banget" Jawabku.

 "Ya udah yuk kita bantu aja. Siapa tau nanti dikasih komisi" ujarnya.

 "Bro, lu bawa bapak itu ke tempat nukar duit" teriaknya lagi ke salah satu tukang ojek berbadan gemuk dengan motor mio sporty warna hijau yang tak jauh dari kami berdua.

 "Eh Dek, kita ikut juga yuk. Kalau dikasih komisi nanti kita bagi dua" ujar tukang ojek kurus itu. Aku terdiam dan berfikir sejenak. Sambil terus menatap muka tukang ojek itu yang giginya sedikit maju.

 "Ga usah khawatir, di belakang hotel itu dekat aja tempatnya" ujarnya lagi. Entah kenapa akhirnya aku mau ikut dan naik di belakang motornya.

 Saat di perjalanan, tukang ojek itu menanyaiku.

 "Kamu orang mana dek?"

 "Orang sambas pak"

 "Owh sama dong. Aku juga dari Pemangkat" logatnya tiba-tiba berubah jadi bahasa sambas (FYI bahasanya mirip-mirip sama logat Betawi"

 "Kira-kira, orang itu bawa apa ya di tasnya. Pasti barang mahal" ujarnya lagi. Sambil menoleh ke depan, kami berdua kebetulan mengikuti dari belakang.

 "Entah lah Bang, ga tau juga" Jawabku sambil masih terus memperhatikan laki-laki yang dibonceng oleh tukang ojek gemuk yang ada di depan. Tiba-tiba, si kurus melaju melewati si gemuk. Lalu sedikit berteriak "Bro, coba berhenti sebentar". Si gemuk pun berhenti di seberang jalan yang sepi dan agak gelap.

 Seketika badanku bergetar merasa ada hal yang tidak beres.

 "Cik, cik kenape berhenti dekat sini?" Ujar laki-laki dari Malaysia itu.

 "Kami cuma mau liat barang Bapak aja" Jawab si kurus.

 "Iya Bang, liat bentar aja" timpal si gemuk pula. Aku yang memperhatikan laki-laki itu semakin khawatir. Takutnya ini perampokan.

 Dengan rasa takut dan gemetar, laki-laki itu pun membuka tas pinggangnya.

 "Saye cuma ade batu ni je, Cik. Dah tak de lagi yang lain. Duit pun sudah habis" ujar laki-laki itu seperti mau menangis.

 "Itu, bukannya batu merah Delima" ujar si kurus pula.

 "Wah, ga mungkin pasti ini barang palsu" si gemuk ikut berbicara.

 "Kalau asli, dimasukin air. Pasti airnya bakal merah. Coba dibuktiin dulu" ujar si kurus lagi.

 Dan entah dari mana, tiba-tiba si gemuk mengeluarkan satu air mineral gelas dari saku bagasi motor mionya. Dan langsung mengambil batu itu, kemudian memasukkannya ke dalam gelas. Seketika air di dalam gelas itu berubah menjadi merah. Aku yang ikut menyaksikan pun seperti tidak percaya.

 "Wah, ini asli ternyata. Bisa sampai 10 juta harganya nih" ujar si kurus.

 "Biar kami saja yang beli Bang" ujarnya lagi ke laki-laki itu. Dia masih tampak bingung dan kesusahan.

 "Tolong Cik, jangan ape-apekan saye. Tulonglah cik" laki-laki itu benar-benar menangis ketakutan.

 "Dek, uangmu ada engga. Kami ga bawa uang. Biar kamu aja yang beli. Nanti aku balik lagi ke kamu setelah minjam uang ke bos" Si kurus berbicara kepadaku.

 "Uang ku ga cukup Bang" Jawabku. Aku juga ikutan takut.

 "Gapapa kamu bayar seadanya saja, berapa uang yang kamu bawa" tanya dia lagi. Aku pun mengeluarkan dompet ku dari saku celana"

 "Cuma Rp. 360.000 saja nih" ujarku sambil memeperlihatkan isi dompet.

 "Kartu ATM ada engga" tanya si gendut pula.

 "Engga ada Bang, engga bikin" Jawabku entah kenapa aku sedikit sadar bakal diperas.

 "Ya sudah kamu bayar 300 ribu saja ke dia" ujar si kurus lagi. Aku pun dengan sadar memberikan uang 300 ribu itu ke laki-laki tadi. Aku merasa kalau aku akan menyelamatkan dia dengan uang 300 ribu ini. Bahkan aku hampir memberikan 60 ribunya.

 "Tak payah Cik, 60 tu buat cik saje" laki-laki itu menolak, namun tetap menerima uang 300 ribu dariku.

 "Kalau HP mau engga" ujarku lagi sambil mengeluarkan HP bututku yang jelek ke mereka.

 "Udah kasih 300 itu aja, yang penting dia bisa sampai tujuan" ujar si kurus melarangku. Aku pun memasukkan kembali hp jelekku ke saku celana.

 "Nih Cik, ambil batu ni buat Encik, simpan baek-baek. Sebab batu nih sangat berharge. Dan saye ikhlas memberikannye pade Encik, karne sudah mau menolong saye" ujar laki-laki dari Malaysia itu. Aku pun menerima batu merah delima itu dan menggenggamnya erat di tangan kananku.

 "Dek, nanti jual ke kami ya batunya. Kami minjam uang sama bos dulu. Kamar kamu nomor berapa biar aku ke sana nanti?" ujar si kurus.

 "Nomor 108 Bang" Jawabku jujur.

 "Oke nanti jam 10 ya. Aku ke sana" ujarnya lagi. Aku sedikit takut juga mendengarnya. Jujur saja badanku juga semakin gemetaran.

 "Udah dek. Kamu pulang sendiri aja ya ke hotel. Dekat aja tuh. Aku pergi ke rumah bos dulu" ujarnya lagi.

 Tanpa fikir panjang aku langsung meninggalkan mereka. Berjalan perlahan, kemudian menoleh kembali ke belakang. Tampak mereka mulai pergi. Si kurus sendirian sedangkan si gemuk berboncengan dengan laki-laki yang minta tolong tadi. Aku pun mempercepat langkah kaki. Dan kemudian berlari sekencang-kencangnya. Seketika sekujur tubuhku terasa dingin, ruh ku rasanya seperti keluar dari tubuh.

 Aku masih berlari terengah-engah saat tiba di depan hotel. Sambil mengatur nafas. Aku mulai merasakan takut, semakin takut seolah baru saja melihat setan yang menyeramkan.

 "Kamu kenapa Rul? Mukamu pucat. Habis dari mana?" Rofy yang juga baru sampai di depan hotel menyapaku dengan wajah heran. Bukannya menjawab, aku langsung meninggalkannya dan masuk ke dalam.

 Sampai di kamar, aku langsung menuangkan segelas air dari botol mineral. Ku masukkan batu merah delima itu. Dan tadaaa....

 Airnya tetap bening b*ngsat!

 Aku lalu mengambil batu b*ngsat itu dan melemparkannya ke dalam kloset.

 "Sialan! b*ngsat!" batinku.

 "Rul lu kenapa?" Tiba-tiba Darwin masuk ke kamar disusul Rofy yang dari tadi menghawatirkanku.

 "Gua habis kena tipu, sialan" Jawabku, aku benar-benar kesal dan marah dengan tindakan bodohku tadi.

 "Wah, jangan-jangan lu kena hipnotis lagi" ujar Darwin.

 "Iya nih, tadi gua dikasih batu merah delima. Katanya dimasukin air, airnya bakal merah kalau batunya asli. Ternyata palsu" Jawabku yang masih kesal.

 "Mana batunya?" Tanya dia lagi sambil memandang sekeliling.

 "Udah ku lempar ke kloset"

 "Habis berapa uangmu tadi?" Rofy yang ikut masuk ke kamar, ikut bertanya.

 "300 ribu"

 "Jadi sekarang uangmu sudah habis?" Darwin kembali bertanya.

 "Tinggal 60 ribu" jawabku sambil menunduk kesal. Benar-benar kesal. Bagaimana aku mau pulang nanti pikirku. Aku bahkan tidak punya kartu ATM. Memang selama ini aku selalu membawa uangku di dalam dompet, aku belum membuat buku tabungan. Beberapa uang hasil kerja biasa hanya aku simpan di rumah.

 "Bodoh, bodoh!" Aku terus menyalahkan diriku dalam hati.

 "Gua mau lapor polisi dulu" ujar Darwin, lalu meninggalkan ku yang sedang galau sendirian. Rofy yang tadinya di kamar pun ikut keluar mengikuti Darwin.

 Aku masih sendirian di kamar merenungi kesalahan dan terus menyalahkan diri sendiri. Aku bingung, aku mau pulang nanti bagaimana? 60 ribu tidak akan cukup untuk ongkos pulang. Aku terus berfikir. Jika besok atau lusa ongkos pulang kami akan diganti oleh Astra, mungkin aku tidak perlu kerepotan. Namun, bagaimana jika tahun ini engga kaya gitu lagi? Cara kedua yang terfikir olehku adalah, bayar saat sampai nanti. Yah, itu adalah cara kedua. Tapi siapa yang bakal membayar? Ayunda? Tidak mungkin. Satu-satunya yang terfikir adalah aku harus meminta tolong sama Bos ku. Dan mau tidak mau aku harus menjelaskan dan menceritakan kejadian memalukan ini kepada beliau.

***

 Waktu sudah menunjukkan hampir jam 10 malam. Aku mulai khawatir akan tukang ojek kurus yang giginya monyong tadi, dia sempat berjanji akan datang ke kamarku. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Aku pun keluar dari kamar dan bersembunyi di kamar Rofy.

 "Udah tenang Rul?" Tanya Rofy yang sedang duduk di kasur. Di dalam juga ada Joni dan Laksono.

 "Aku mau sembunyi sebentar" Jawabku lalu ikut duduk bersama mereka bertiga.

 "Emang gimana sih ceritanya Rul?" Tanya Laksono penasaran. Aku pun akhirnya bercerita panjang lebar kepada mereka.

 Tak lama, Darwin ikut menyusul ke kamar Rofy. Dia tampaknya tadi benar-benar melaporkan kejadian itu ke polisi dan bahkan sempat marah-marah ke resepsionis. Setelah aku tau ceritanya, ternyata kejadian seperti ini sudah pernah terjadi minggu lalu. Bahkan tidak hanya sekali, ada yang ketipu bola emas sekantong, dan ada yang ketipu sama keris. Maksud Darwin jika sudah tau sering kejadian, seharusnya pihak hotel memberikan informasi ke pengunjung hotel untuk lebih waspada. Bukannya diam saja. Makanya tadi dia sempat marah-marah.

 Alhasil, gara-gara kejadian itu, aku sampai batal ingin menelpon Ayunda, jadi hanya ku kirimi sms saja, sekalian aku juga bercerita tentang hal yang baru saja aku alami, untungnya doi bisa mengerti. Dan setelah kejadian itu juga. Pihak Astra sudah tidak lagi menginapkan peserta training di hotel itu, sampai hari ini.

Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 29-06-2021 16:16
ekopermono
Menthog
Menthog dan ekopermono memberi reputasi
2
Tutup