Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.

Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).

Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.

Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.

Status : On going


Quote:


Spoiler for Q&A:


Spoiler for INDEX:


Quote:

Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 01:19
aryanti.story
Menthog
wong.tanpo.aran
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
15.7K
243
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
#66
Chapter 48 : One Night Stand
Minggu, 17 November 2013

 Pagi itu hujan masih mengguyur kota Pontianak. Aku yang masih kedinginan dengan hawa pagi lebih memilih mendekap lesu di balik selimut. Yah, lagipula ini adalah hari minggu, kapan lagi aku bisa bermalas-malasan. Tidak terasa, sudah seminggu pula aku berada di kota ini. Namun tidak ada hal menarik dari hari-hariku di sini. Setiap hari aku harus bangun pagi, mandi, sarapan dan mengikuti pelatihan sampai sore hari. Sedangkan malamnya aku hanya keluar makan malam bersama teman-teman atau hanya sekedar ngumpul dan mengobrol di kamar.

 Suara teriakan dari dalam perut seakan menjadi alarm biologis yang memaksaku harus bangkit dari tempat tidur. Aku memeriksa HP sebentar, ternyata jam sudah hampir pukul 9 pagi. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Ayunda. Yah, semua hanya panggilan dari dia. Tidak ada orang lain lagi. Aku tidak sadar telah meng-silent-kan HP ku, karna tidak ingin membuat dia khawatir atau marah, aku pun langsung menelpon dia balik.

 "tuuuuuut.... tuuuttt, cekleg" panggilanku diangkat.

 "ke mana aja, kok baru nelpon?" Suara Ayunda terdengar marah dibalik telepon.

 "Aku baru bangun, HP ku silent"

 "Jangan bohong ya"

 "Serius, ini masih di tempat tidur"

 "Kenapa lama sekali baru bangun?"

 "Ini kan hari minggu, libur. Hujan juga di sini"

 "Awas ya kalau macam-macam" tut!. Panggilan dimatikan.

 Entah kenapa hari ini Ayunda terlihat sensi, mungkin lagi periode atau apa, aku pun malas mikirinnya. Daripada membujuk, aku biasanya lebih memilih membiarkanya saja. Nanti juga baik lagi.

 Aku kemudian turun dari tempat tidur, mencoba untuk mandi air hangat saja, karna pagi ini benar-benar dingin. Yah, biasanya tiap pagi juga mandi air hangat sih. Selesai mandi, aku memeriksa pakaianku yang tergantung di dalam lemari. Aku baru sadar, ternyata sudah seminggu pakaianku tidak dicuci. Aku pun memilih satu persatu baju yang masih lumayan bagus, tidak terlalu bau dan jarang aku pakai.

 Selesai berkemas, aku berjalan ke luar sebentar, mencoba mencari makanan atau cemilan yang bisa mengganjal perutku pagi ini. Yah, ini salahku juga, aku sudah melewatkan sarapan pagi yang buka setiap jam 7 pagi. Sekarang sudah terlambat untuk kupon sarapan. Aku akhirnya berjalan di tengah rintik-rintik hujan, mencari makan yang ada di dekat-dekat lokasi hotel.

 Selesai membeli beberapa cemilan, aku kembali ke kamar hotel. Sepertinya Darwin sudah selesai mandi. Namun dia masih sibuk mengobrol dengan seseorang lewat telepon, aku pun tidak menghiraukannya lalu memakan cemilanku sambil menonton TV. Benar-benar pagi yang sangat membosankan bukan?

***

 Sore harinya, teman-teman mengajakku untuk pergi jalan-jalan keluar. Kebetulan hujan juga sudah reda. Kami pun berjalan kaki keliling-keliling sambil mencari makan sekalian cuci mata. Saat itu kami pergi berlima, Aku, Darwin, Rofy, Joni dan Laksono.

 Saat akan menyeberangi jalan, tanganku refleks menarik tubuh Joni. Hampir saja mobil menabraknya.

 "Awas Jon" teriakku sambil menarik lengannya.

 Dia tampaknya cemas saat aku tiba-tiba berteriak, sedangkan mobil sedan berwarna hitam itu tidak berhenti namun tetap memacu meninggalkan kami.

 "Dasar orang stres!" Maki Rofy yang kesal dengan pengendara tadi.

 "Lu kenapa Jon, dari tadi melamun mulu?" Aku coba bertanya.

 "Gpp Rul, makasih ya dah nolongin" Jawab dia, namun dari raut wajahnya masih tampak seperti sedang ada masalah. Aku yang tidak mau tau lebih dalam, akhirnya memilih diam saja.

 "Rul, kita makan di sini yuk" Darwin tiba-tiba mengajakku masuk ke sebuah warung Mie Tiaw. Aku pun mengikuti saja. Kami berempat masih berjalan pelan mencoba masuk ke dalam, namun tiba-tiba si penjual mendekatiku.

 "Maaf bang, Abang mau makan di sini?" Tanya penjual itu, di tangannya masih memegang Spatula.

 "Iya Bang, kenapa?" Tanyaku heran. Sambil tersenyum, dia pun menjawab.

 "Kuahnya engga halal, hehe"

 "Astagfirullah si Darwin, mau disamanin sama dia" ujarku sambil menepuk kening. Akhirnya kami berempat tidak jadi masuk. Sedangkan Darwin yang sudah masuk duluan terpaksa membatalkan pesanan dan menyusul kami. Alhasil, kami pun memilih untuk makan bakso saja.

***

 Selesai makan bakso, teman-teman kembali mengajak pergi belanja ke Mat*hari. Awalnya aku ingin menolak, karna aku juga sudah capek jalan kaki. Di tengah perjalanan menuju Mall, tiba-tiba sandalku putus.

 "Aduh, sialan. Mana baru beli" ujarku yang terpaksa berhenti berjalan.

 "Kenapa Rul?" Teriak mereka yang sudah jauh berjalan di depan ku.

 "Sandalku putus" Jawab ku. Aku tambah ragu mau pergi bareng mereka, dan lebih memilih pulang.

 "Sekalian beli di sana aja nanti" ujar Darwin. Aku yang benar-benar kebingungan, mau tidak mau akhirnya tetap pergi mengikuti mereka. Sambil berjalan tertatih menahan rasa malu.

 Sampai di depan pintu masuk, rintangan selanjutnya aku harus menaiki beberapa anak tangga. Aku tidak ingin melepas sendalku, akhirnya aku harus menelan rasa malu dalam-dalam dan berjalan menaiki tangga kemudian masuk ke dalam dengan pose jalan yang aneh.

 "Kenapa Bang?" Tanya security sambil melihat ke arahku yang berjalan dengan langkah aneh.

 "Sendal putus Pak, hehe" Jawabku dengan senyum malu.

 Semakin dalam aku masuk, semakin berat pula langkah kaki. Aku benar-benar harus menahan rasa malu, saat beberapa pengunjung menatapku dengan tatapan aneh. Seperti menahan tawa, bahkan sesekali aku mendengar tawa dari beberapa cewek yang berjalan melewatiku.

 "Ya Allah, ujian macam apa ini" Aku membatin.

 Sedangkan temanku berjalan sedikit jauh di depan, sesekali mereka melihat ke arahku dan tertawa.

 "Sialan" batinku lagi.

***

 Aku akhirnya tiba di toko sendal, tanpa berfikir panjang aku langsung mengambil sepasang sendal yang pas dengan ukuran kakiku. Lalu berjalan menuju kasir untuk membayar.

 Di depanku sudah ada beberapa pelanggan yang mengantri untuk bayar. Aku pun menunggu dengan sabar.

 "Dek, kamu mau bayar ya" suara seorang wanita di belakang menyapaku sambil tangannya menyentuh bahuku. Aku lalu menoleh sedikit ke belakang. Tampak seorang wanita dewasa, bertubuh seksi dan berbaju ketat dengan kulit putih dan rambut hitam tergerai di hadapanku. Dengan beberapa tas belanjaan yang digantung di lengannya.

 "Kamu cuma beli sendal itu aja?" Tanya dia lagi, sambil menunjuk ke sendal yang aku pegang.

 "Iya tante, hehe" Jawabku mencoba ramah.

 "Eh, jangan panggil tante. Panggil kakak aja" jawab dia.

 "Sini, biar aku yang bayarin aja ya?" ujarnya dengan senyum ramah.

 "Gapapa tante, eh kak. Biar aku bayar sendiri aja" aku mencoba menolak.

 "Udah gpp, kenalin nama aku Yuni" dia mengulurkan tangannya.

 "Irul kak" aku membalas salamnya, tangannya cukup dingin dan lembut untuk seusia wanita dewasa.

 "Kamu ke sini sama siapa, Rul?"

 "Sama temen-temenku, itu mereka di sana" jawabku sambil menujukkan beberapa temanku yang masing-masing dengan kesibukannya. Mereka tampak tidak menoleh ke arah kami.

 "Kamu tinggal di mana?" Tante Yuni kembali bertanya.

 "Di hotel C*ntral kak"

 "Loh, kamu bukan orang sini?" Dia mulai kepo.

 "Bukan, kami kebetulan ada training dari Astra, jadi menginapnya di sana" jawabku lagi. Kami pun asik mengobrol. Tanpa sadar sekarang adalah giliranku untuk membayar.

 "Eh mbak, sini biar aku aja yang bayar" Tante Yuni langsung berbicara dengan kasir. Aku hanya bisa diam memperhatikan. Tante Yuni pun langsung menaruh tas belanjaannya yang banyak di depan kasir, sekalian menghitung jumlah biaya belanjaannya. Tentu saja, sekaligus dengan sandal yang aku beli.

 "Nih sendalnya" ujar dia menyerahkan sendal itu kepadaku. Aku mengambil sendal itu, dan berjalan menjauh sebentar. Melepas sendal lamaku yang sudah putus lalu langsung memasukkannya ke dalam kantong belanjaan. Aku pun akhirnya berganti sendal. Penderitaanku pun berakhir.

 "Irul, jangan pergi dulu, kita minum sebentar yuk" tante Yuni kembali mengajakku. Aku yang masih tidak enak ingin meninggalkannya, akhirnya beralih menemani dia, sambil membantunya membawa belanjaan. Kami pun akhirnya lanjut mengobrol sambil minum.

 "Kak, kok mau sih ngobrol sama orang asing kaya aku?" Aku masih penasaran dan coba bertanya.

 "Kenapa ya, mungkin karna kamu mirip seseorang yang aku kenal" jawab dia sambil tersenyum menatapku. Aku pun jadi malu dan mengalihkan pandangan ke lain.

 "Sudah berapa lama tinggal di sini?" Tanya dia lagi.

 "Sudah seminggu sih, mungkin tiga hari lagi selesai"

 "Nanti pulangnya bareng aku aja" ujarnya tiba-tiba.

 "Pulang ke mana?"

 "Ke hotel tempat kamu menginap. Aku kebetulan juga lewat depan sana" jawabnya sambil mengaduk-ngaduk minumannya dan terus menatapku.

 "Ga usah kak, hehe.. Aku sama temen aja nanti" Aku tetap menolak, karna aku juga sedikit takut bagaimana kalau nanti aku diculik, fikirku.

 "Haha, ga usah khawatir. Aku ga bakal ngapa-ngapain kok" balas dia sambil tertawa manis.

 "Aku engga enak nanti sama temenku" aku masih tetap mencoba menolak dengan halus.

 "Hem, yaudah deh gpp. Kalau kamu butuh apa-apa. Kamu bisa telpon nomorku ini ya" ujarnya lalu mengeluarkan selembar kartu nama beserta nomor hp yang tertulis di sana. Aku pun mengambil kartu berwarna putih biru itu, membacanya sebentar lalu menaruhnya di saku baju.

 "Eh, udah dulu ya Rul, aku duluan ya." dia menoleh ke arah jam tangannya, lalu pamit sambil tersenyum ke arahku. Kemudian meninggalkanku sendirian di kursi. Aku masih terus memandanginya dari belakang, dia sempat menoleh dan melambaikan tangannya ke arahku.

***

 Malam pun tiba, aku kembali menelpon Ayunda. Namun panggilanku direject terus. Sepertinya dia masih ngambek, aku bahkan tidak tau salahku di mana. Apakah karna aku jarang sms, atau hanya telat ngasih kabar? Entah lah, ga ngerti otakku.

 "Jangan ganggu, aku lagi gak mood" satu sms Ayunda masuk.

 "Ya udah istrahat aja dulu, maaf ya sayang kalau aku ada salah" balasku.

 Sekian lama aku menunggu balasan sms darinya, namun tidak kunjung dibalas juga. Aku benar-benar bosan di kamar. Darwin juga tidak ada untuk diajak ngobrol. Beberapa malam, dia sering sibuk menemani temannya keluar malam. Yah, enak sih ada temen yang kebetulan ada di sini juga. Bisa jalan bareng, dijemput lagi. Aku pun teringat dengan kartu nama yang diberikan oleh tante Yuni. Seketika aku ingin mencoba memanggil nomornya.

 "tuuuut...hallo" suara seorang wanita.

 "hallo" jawabku

 "siapa?"

 "ini Irul"

 "oww, Irul. Kirain ga bakal nelpon hehe"

 "iya nih, bosen aja" jawabku lesu.

 "temennya ke mana emang?"

 "pada pergi keluar kak"

 "pacar kamu?"

 "udah tidur kayanya, ga bales sms lagi"

 "hem, boleh engga aku mampir ke sana? Kebetulan aku lagi di jalan" ujarnya. Aku berfikir sebentar, lalu membalas.

 "Yaa, boleh sih"

 "Kamar kamu nomor berapa?"

 "108"

 "ya udah, bentar lagi aku sampai nih" katanya dengan sedikit tawa.

 "iya, aku tunggu ya kak" Panggilan pun berakhir.

 Beberapa menit kemudian, pintu kamar diketuk. Aku langsung membukakan pintu, ternyata tante Yuni benar-benar datang ke kamar ku.

 "Silahkan masuk kak" Aku mempersilahkan. Dia pun masuk, diiringi aroma parfum yang khas. Aku bisa melihat penampilannya yang sangat berbeda dari saat kami bertemu tadi sore. Pakaiannya rapi, namun tetap seksi. Usianya menurutku sekitar 30an. Dia kemudian duduk di kasur. Sedangkan aku kembali menutup pintu.

 "Kamu tidur sendirian, Rul?" Tanya dia, sambil menaruh tas di sampingnya.

 "Sama temen sih, tapi lagi keluar. Ga tau kemana, biasa jam 1 pagi baru pulang" jawabku. Kami pun terus mengobrol berdua. Dia mulai menanyakan banyak hal kepadaku, mulai dari asal kota, pekerjaan, sampai tentang hubunganku dengan Ayunda.

 Tiba-tiba dia duduk mendekat di sampingku. Aku masih memandangi layar TV yang sesekali aku pindahkan channelnya karna tidak ada siaran yang menarik.

 "Rul, sudah berapa kali kamu gituan sama pacarmu?" Tanya dia tiba-tiba.

 "Sudah sering sih" Jawabku jujur.

 "Memangnya kamu engga kesepian LDR-an begini" tangannya langsung meraih tanganku. Aku menatap wajahnya, dia mulai tersenyum nakal ke arahku.

 "Yaa, gitu lah" jawabku pelan. Jujur aku juga merindukan hasrat itu. Tapi tetap aku coba tahan. Namun ternyata aku tidak kuat dengan godaan wanita dewasa di depan ku ini. Tante Yuni pun menyentuh kedua pipiku, aku hanya diam, pasrah dengan keadaan. Bibirnya yang lembut, menyentuh bibirku. Aku yang awalnya mencoba tetap kuat, akhirnya kalah dengan godaan.

 Aku mematikan lampu kamar, fikiranku sudah tidak peduli lagi dengan keadaan. Aku sudah kalah, kesetiaanku mulai runtuh. Kami bedua akhirnya hanyut dalam hasrat. Inilah pertama kali aku berhubungan dengan wanita yang lebih tua dariku.

Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 28-06-2021 17:22
pulaukapok
ekopermono
Menthog
Menthog dan 2 lainnya memberi reputasi
3