Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.

Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).

Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.

Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.

Status : On going


Quote:


Spoiler for Q&A:


Spoiler for INDEX:


Quote:

Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 01:19
aryanti.story
Menthog
wong.tanpo.aran
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
15.7K
243
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
#59
Chapter 45 : Pertama Kali Ke Hotel
Sabtu, 9 November 2013

 Aku kembali mendapat undangan pelatihan mekanik level 2 di Pontianak. Namun, kali ini berbeda. Bos memesankanku sebuah taxi dan rencananya aku akan berangkat besok siang karena jadwal keberangkatan yang dipesan adalah jam 01.00 siang. Sayangnya, aku harus berangkat dari rumah sendiri menggunakan sepeda motor dan datang langsung ke kantor taxi tersebut, karena supir taxi tidak mungkin menjemputku di rumah sebab selain hanya aku sendiri yang lokasinya paling jauh, taxi juga harus melewati penyeberangan sungai menggunakan Feri. Sangat merepotkan dan boros biaya sekali pastinya.

 Hal yang mengembirakan adalah, aku mendapat informasi bahwa kami akan menginap di salah satu hotel yang ada di sana. Aku hanya perlu menuju lokasi hotel, mengisi daftar tamu dan chek in langsung tanpa harus keluar biaya. Karna yang jelas, semua biaya sudah ditanggung oleh Astra. Pelatihan kali ini sedikit lebih lama, kurang lebih 10 hari. Pasti aku bakal kangen banget sama Ayunda nantinya.

 Malam minggu pun tiba, aku seperti biasa pergi mendatangi Ayunda. Malam ini adalah malam perpisahan kedua sebelum kami harus merasakan LDR kembali. Aku mengajak Ayunda jalan-jalan sekaligus makan di Cafe.

 "Yank, besok kamu mau engga ngantarin aku ke kantor taxi di Sambas?" Tanyaku kepada Ayunda yang sedang menikmati makanannya.

 "Tapi aku ga punya SIM" jawab dia ragu.

 "Ga ada razia kok, tenang aja. Yang penting kita pakai helm dan kelengkapan lainnya" ujarku supaya dia tidak perlu khawatir.

 "Kata siapa?" Dia balik bertanya.

 "Hari minggu ga ada, kecuali hari Rabu atau Jum'at" jawabku lagi sok tau.

 "Ya udah deh, terserah. Tapi perginya kamu yang bonceng ya" Ayunda sepertinya sudah mulai setuju.

 "Nanti motor kamu gimana?" Tanya dia lagi.

 "Kamu bawa aja, kamu pakai, kamu rawat. Nanti kan pulangnya aku minta dijemput lagi" Jawabku, lalu kembali melanjutkan makan.

***

 Keesokan harinya, aku sudah bersiap-siap untuk berangkat. Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 AM. Aku memeriksa kembali barang bawaan, mengecek isi dompet, dan lain-lainnya. Sebelum turun dari rumah, aku kembali memeriksa HP, ternyata ada satu pesan masuk dari nomor tidak di kenal.

 "Bang, kita berangkat jam 1 siang ya" Sepertinya itu adalah nomor dari supir taxi. Pasti Bos sudah memberikan nomorku ke dia. Aku lalu membalas sms itu.

 "Siap Bang, ini sudah mau berangkat dari rumah" (kirim)

 Kemudian aku lanjut mengirim sms ke Ayunda, memberi tahu kalau aku sudah siap berangkat dari rumah. 20 Menit kemudian akhirnya aku sampai di depan rumah Ayunda. Ternyata, apa yang aku fikirkan benar. Dia bahkan belum selesai berkemas, aku terpaksa harus menunggu beberapa menit sambil terus memandangi jam yang ada di layar HP.

 "Buruan yank, nanti telat nih" ujarku sambil melihat dia yang masih bolak balik di depan cermin.

 "Iya, ini udah siap kok" Jawab dia kemudian mengambil helm dan tasnya. Tanpa menunggu lama, kami langsung berangkat. Dan seperti biasa, kami harus mengantri kembali di penyeberangan.

 Kurang lebih setengah jam, akhirnya kami sampai di seberang sana. Perjalanan pun terus berlanjut sampai ke kantor taxi yang ada di Sambas. Di tengah perjalanan, HP ku kembali bergetar tanda ada panggilan masuk. Aku lalu menghentikan sepeda motor dan menjawab panggilan tersebut.

 "Hallo" Aku menjawab panggilan itu.

 "Hallo Bang, sudah di mana?" Yang menelponku adalah supir taxi.

 "Dekat lagi Bang, sudah di Kartiasa" Jawabku lagi.

 "Oke Bang, kalau sudah depan kantor kasih tau ya" ujar supir taxi itu.

 "Siap Bang" Aku lalu mengakhiri panggilan.

 Akhirnya kami sampai di depan kantor taxi yang dimaksud, aku lalu memanggil kembali nomor supir taxi tadi, kemudian dari depan pintu kantor muncul seorang laki-laki muda dengan kaca mata hitam. Laki-laki itu kemudian menghampiriku.

 "Bang Hairul, ya?" Sapa dia.

 "Iya Bang" Jawabku singkat.

 "Udah, yuk kita langsung berangkat aja" ujar dia lalu mengambil tas ku dan memasukkannya ke bagasi. Aku pun berpamitan dengan Ayunda, sambil menyerahkan helmku untuk dibawanya pulang. Tak lupa aku menyerahkan sedikit uang untuk dia nanti.

 "Hati-hati yank, jangan ngebut" ujarku sebelum dia berangkat pulang.

 "Iya, kamu juga jaga diri ya" balasnya, lalu beranjak pergi. Aku masih terus memperhatikannya dari belakang, sampai dia tidak terlihat lagi, lalu kemudian aku masuk ke mobil.

***

 "Tujuannya nanti ke mana, Bang?" Tanya supir taxi.

 "Ke hotel C*ntral, Bang" Jawabku sambil membetulkan posisi duduk. Aku adalah penumpang pertama di mobil, selanjutnya supir akan menjemput penumpang yang lain. Mataku perlahan merasa ngantuk, dengan hawa AC mobil yang dingin dan alunan lagu Tommy J. Pisa - Di sini, Di batas Kota ini membuatku seketika terlelap.

Quote:


***

 Aku terbangun saat mobil tiba di sebuah rumah makan, aku bahkan tidak sadar saat mobil sudah dipenuhi oleh penumpang lain. Aku kemudian ikut turun dan masuk ke rumah makan yang ada di pinggir pantai tepat di seberang jalan. Di halaman, tampak banyak sekali mobil taxi dari perusahaan yang sama. Mungkin ini adalah rumah makan langganan mereka. Aku kembali melihat sekeliling, ternyata rata-rata pelanggan yang makan adalah para penumpang taxi. Tanpa berfikir lama, aku kemudian mengambil piring dan makanan. Ini adalah rumah makan Nasi Padang, yah meskipun yang jualan bukan orang Padang. Di sebelahku sudah ada pelayan yang memperhatikan sambil mencatat lauk-pauk yang aku ambil. Aku tidak begitu memperdulikannya, dan langsung pergi mencari tempat duduk yang pas.

 Usai makan, aku menyalakan sebatang rokok dan memeriksa HP namun tidak ada pesan yang masuk. Aku kemudian meng-sms Ayunda, menanyakan kabar apakah dia sudah sampai di rumah. Dalam sekejap smsku pun dibalas. Ternyata dia sudah lebih lama sampai di rumah. Syukurlah, batinku.

 Singkat cerita, kami kembali melanjutkan perjalanan. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, sepertinya aku akan sampai malam hari di sana. Karna supir taxi pasti harus mengantar penumpang lain juga, bisa jadi aku adalah penumpang terakhir yang diantar.

 Azan magrib mulai berkumandang, akhirnya kami tiba di Kota Pontianak. Suasana jalanan terlihat ramai, bahkan sampai terjadi kemacetan selama beberapa kali. Aku masih menatap ke luar dari balik pintu kaca mobil. Memperhatikan sekeliling yang tampak asing bagiku. Aku tidak mengenal jalan ini, karna dulu waktu pertama kali sampai aku mungkin menginap di lokasi yang berbeda. Yah tentu saja, kota ini sangat luas. Sudah pasti banyak jalanan yang tidak aku ketahui.

 Semua penumpang sudah turun, kini hanya tinggal aku sendiri. Mobil kemudian berhenti di depan sebuah hotel. Aku pun turun, disusul supir taxi yang kemudian mengeluarkan tasku dari dalam bagasi. Dia kemudian mengeluarkan nota pembayaran, tanpa berfikir lama, aku langsung menerima kertas itu dan membayar nominalnya.

 Aku kemudian masuk ke dalam hotel, sambil membawa tas dan berjalan menuju meja resepsionis.

 "Mbak, tamu dari Astra menginap di sini, bukan?" Tanyaku untuk memastikan.

 "Atas nama siapa Pak" Ceileh di panggil bapak, batinku. Aku lalu menyebutkan namaku. Dia yang sepertinya sudah selesai memeriksa daftar tamu kemudian menyerahkan kunci kamar kepadaku.

 "Kamarnya nomor 108, ada di lantai 3 ya Pak, Bapak bisa naik lewat lift yang ada di sebelah sana" ujar resepsionis itu sambil menyerahkan kunci kamar yang berbentuk kartu bermagnet dan mengarahkan tangannya ke arah pintu lift yang ada di sebelah kiri.

 "Terima kasih, Mbak" Jawabku dengan senyum yang dipaksakan, sambil menerima kunci kartu itu lalu berjalan ke arah lift.

 Jujur saja aku baru kali ini masuk ke hotel, dan baru pertama kali juga menaiki lift. Tapi aku tidak bego-bego amat. Aku lalu menekan tombol dengan simbol {< >} yang ada di samping pintu lift. Seketika lift langsung terbuka, aku lalu masuk dan menekan tombol {><} disusul menekan angka 3 pada daftar tombol yang ada di dalam. Ternyata hotelnya cuma sampai lantai 3 saja.

 "Hebat banget, cuma tiga lantai tapi pakai lift" batinku. Tubuhku terasa terangkat seperti mengambang saat lift mulai bergerak ke atas. Angka pada layar digital berganti yang semula angka 1, berubah menjadi angka 2, lalu angka 3.

 "cling! Sreeettt" pintu lift terbuka. Aku keluar dan berjalan di koridor, menuju kamar yang sudah ditentukan. Pada setiap persimpangan koridor terdapat tanda lokasi kamar dari urutan sekian ke urutan sekian. Aku lalu mencari arah menuju kamar 108. Sambil berjalan dan memperhatikan nomor-nomor yang terpasang pada pintu kamar. Kemudian aku berbelok ke arah kanan, ternyata kamarku ada di paling ujung koridor dan bersebelahan dengan pintu jendela yang mengarah ke jalanan. Sudah pasti di dalam kamar juga ada jendelanya.

 Aku masih berdiri di depan pintu kamar, sambil memperhatikan sebuah alat yang terpasang di handle pintu. Pada alat itu ada tulisan "Insert Card" dengan tanda panah ke bawah. Aku lalu meletakkan kartu itu di sana. Lampu alatnya pun menyala, setelah itu, aku pun menekan handle pintu dan membukanya. Ruang kamar tampak gelap, aku lalu masuk dan mencoba menyalakan lampu. Namun saklar tidak berfungsi, ternyata di sebelahnya juga ada alat yang sama. Yaitu Card Reader yang juga terpasang di dalam kamar. Aku pun kembali mengambil kartu yang ada di luar pintu, lalu meletakkannya pada alat yang ada di dalam. Seketika semua lampu kamar menyala, beserta suara kipas angin yang menderu di dalam kamar mandi.

 Aku akhirnya merasakan enaknya berada di kamar hotel. Setelah merapikan tas, aku melepas baju dan menyalakan TV, ruangan terasa pengap dan bau, ditambah aroma dari kaos kaki dan bau keringat yang menyengat, aku akhirnya mengambil remote AC dan menyalakannya juga.

 "Mandi dulu ah" batinku. Aku pun melepas semua baju dan mengambil handuk yang sudah dilipat di atas tempat tidur, lalu berjalan masuk ke kamar mandi. Pandanganku tertuju pada dua titik berwarna merah dan biru pada kran shower. Aku sudah menduga kalau yang warna merah pasti air hangat. Aku pun menekan kran itu ke sebelah kanan, sesuai arah warna yang ditunjukkan. Air pun keluar deras, masih terasa dingin, namun perlahan berubah menjadi rasa hangat. Karna belum terbiasa, aku pun mengangkat sedikit ke atas kran tersebut, air pun kemudian keluar sedikit lebih pelan.

 Selesai mandi, aku mengganti baju dan langsung merebahkan tubuh di kasur yang keras itu. Aku mengambil satu bantal, ternyata sama juga kerasnya.

 "Ya ampun, ini bantal apa batu sih?" Batinku sambil menekan-nekan bantal yang ada di tanganku.

 Sambil menonton TV yang siarannya tidak jelas, aku menyempatkan diri untuk melepon Ayunda sebentar. Ku lihat jam di layar HP sudah menunjukkan hampir jam 8 malam. Tanpa berfikir panjang, aku langsung menelpon Ayunda. Entah kenapa, setelah mendengar suara Ayunda yang lembut, membuat rasa lelahku terasa terlupakan.

 Sedang asik-asik menelpon, tiba-tiba ada suara seseorang mengetuk pintu. Aku akhirnya menghentikan panggilan. Lalu berjalan perlahan ke arah pintu. Aku mengintip sebentar dari balik teropong kaca kecil yang terpasang pada pintu.

"Kok kaya kenal ya?"Batinku, sambil terus memperhatikan wajahnya dari balik kaca kecil itu.

 "Tok Tok Tok" Orang itu kembali mengetuk pintu. Aku pun segera membukanya. Ternyata dia adalah seseorang yang memang ku kenal. Seseorang yang dulu pernah satu pelatihan denganku. Dia adalah Darwin.

Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 26-06-2021 16:06
Menthog
Menthog memberi reputasi
1