Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
Cerita Waras (untold story)
Setelah sekian lama vakum dalam dunia perceritaan, aku kembali terniat ingin berbagi cerita dan kisah hidupku.

Sebenarnya sebelum ini aku sudah pernah membuat sebuah cerita di sini. Tapi sepertinya aku tidak bisa untuk melanjutkan cerita tersebut. Maaf ya.

Jika seandainya tulisanku ini kurang menarik. Harap maklum ya gan, aku cuma lulusan TSM (teknik sepeda motor).

Tapi aku akan mencoba menyampaikan kisah ini semaksimal mungkin.

Jangan berharap ada hal menarik dari kisah ini, karena ini hanya perjalanan hidupku. Aku hanya menceritakan apa adanya saja.

Status : On going


Quote:


Spoiler for Q&A:


Spoiler for INDEX:


Quote:

Quote:
Diubah oleh irulfm24 11-07-2022 01:19
aryanti.story
Menthog
wong.tanpo.aran
wong.tanpo.aran dan 10 lainnya memberi reputasi
9
15.7K
243
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
irulfm24Avatar border
TS
irulfm24
#54
Chapter 43 : Sempit Sekali Dunia
 Jalanan yang awalnya beraspal mulus, perlahan berubah menjadi jalanan bebatuan kerikil dan berbungkus pasir. Debu-debu jalanan mulai beterbangan memenuhi seisi jalan. Pemandangan di depan seketika berubah, udara yang awalnya bersih, kini menjadi keruh, penuh akan polusi debu. Aku pun menutup visor helmku semakin rapat. Untung saja, kami berdua mempersiapkan masker dan sarung tangan. Sementara, di sekeliling jalan. Rumah-rumah warga juga semakin sedikit, lalu menghilang. Tak ada lagi pemukiman, kini kami seperti melewati "negeri" entah berantah, "negeri" yang tidak berpenghuni. Sejauh mata memandang hanya hamparan ilalang, dan pepohonan yang mati sisa kebakaran hutan. Entah sudah berapa puluh kilometer kami menyusuri jalan selebar 8 meter ini. Namun belum juga menemukan pemukiman. Meski begitu, jalanan ini dipenuhi banyak kendaraan sepeda motor yang datang menyerbu, dari satu arah yang sama menuju Desa Wisata Temajuk. Aku lalu mengalihkan pandanganku ke arah speedometer, sepertinya bensinku yang tersisa sudah tidak banyak lagi. Aku sedikit khawatir, takut tidak sempat menemukan pedagang bensin enceran, bensin ku keburu habis. Masalahnya, tangki sepeda motor matic ku ini hanya berkapasitas 3,5 liter. Jadi, sebentar saja, jarum bensin sudah mengarah ke warna merah, membuatnya terkesan boros.

"Nettt!!! Nettt!!!" Aku membunyikan klakson, berharap Idam yang ada di depan bisa mendengarkan.

 Aku lalu menambah laju sepeda motor, mencoba pergi lebih dekat ke arah mereka.

"Nettt!!! Nettt!!" Sekali lagi, aku membunyikan klakson. Akhirnya Idam menoleh ke arah kami, lalu membuka visor helmnya.

 "Ada apa?" Meskipun tidak terdengar jelas, namun aku tau dia mengucapkan kata itu dari gerakan mulutnya.

 "Masih jauh engga?" Teriak ku, agar dia bisa jelas mendengar. Dia yang sepertinya masih kebingungan, lalu memperlambat laju kendaraan dan berhenti. Aku pun akhirnya ikut berhenti di sebelah mereka.

 "Masih jauh engga? Bensinku tinggal sedikit lagi" Aku mengulangi perkataan tadi. Dia pun memandang ke arah speedometer motorku lalu menjawab.

 "Boros bener motor lu?"

 "Bukan boros, tangkinya kecil" jawabku, mencoba meluruskan.

 "Kurang lebih 2 km lagi, nanti ada pemukiman" ujarnya. Aku sedikit lega mendengarnya, lalu kami kembali melanjutkan perjalanan. "Semoga aja bisa sampai" batinku.

***

 Akhirnya kami pun sampai di "chek point"pertama. Sudah ada beberapa pengendara yang ikut berhenti dan beristirahat sebentar. Mau dibilang pemukiman, namun hanya ada beberapa buah rumah saja di sini, bahkan bisa dihitung jari. Terdapat beberapa buah warung yang menjual bensin enceran, satu buah rumah makan dan satu buah bengkel, sedangkan sisanya adalah rumah penduduk. Aku kemudian mengisi bensin full tank kembali, namun kelihatannya beberapa warung sudah ada yang kehabisan pasokan BBM. Sambil istirahat sebentar, kami minum dan membeli cemilan, serta beberapa air mineral untuk dibawa di perjalanan nanti.

 Singkat cerita, akhirnya kami kembali melanjutkan perjalanan yang sepertinya masih jauh. Di tengah perjalanan, sekeliling kembali terlihat sepi, tidak ada lagi pemukiman. Bahkan di beberapa lokasi, kami menemukan orang-orang yang kerusakan kendaraan. Ada juga yang sekedar berteduh di bawah pohon yang ada di pinggir jalan. Kurang lebih satu jam. Akhirnya kami sampai di sebuah Tugu Garuda yang belum selesai dibangun. Tak jauh dari sana, terdapat Gapura bertuliskan "Selamat datang di Desa Wisata Temajuk."

 "Akhirnya, kami sampai juga" Aku pun mengucap syukur dalam hati.

***

 Jalanan yang awalnya berdebu, kini kembali bersih dan beraspal. Rumah-rumah penduduk juga semakin banyak. Tanpa membuang waktu, kami langsung menuju lokasi wisata pantai.

 Tiba di lokasi, kami beristirahat sejenak sambil merapikan diri dan mencuci muka. Tak jauh dari lokasi kami, ada sebuah jembatan kayu yang mengarah ke laut. Ayunda lalu mengajakku ke sana, dan berfoto-foto.

 "Yank, fotoin dong" Pinta Ayunda, sambil berdiri sedikit menjauh di hadapan, kemudian berpose. Aku lalu mengarahkan kamera, mengatur fokus. Namun, pandanganku malah terfokus ke seseorang yang ada di background, tak jauh dari belakang Ayunda. Tidak, itu dua orang. Itu adalah Nadiah dengan pacarnya. Tidak ingin menghiraukan mereka, aku lalu bergeser sedikit ke kiri, agar tidak ada seorang pun yang masuk ke backgroundfoto.

 "cekrek, cekrek" Aku mengabadikan beberapa foto Ayunda. Setelah itu kami lanjut ke tempat seterusnya.

 Ternyata masih banyak tempat lain lagi, yang bahkan lebih bagus dari tempat sebelumnya. Kami lalu melanjutkan perjalanan, menyusuri jalan setapak, semakin jauh ke ujung. Ternyata, di sana banyak sekali bebatuan besar yang bertaburan di pantai bahkan sampai ke laut. Air lautnya benar-benar jernih. Sampai-sampai kamu bisa melihat ikan yang berenang di antara bebatuan dan pasir bawah laut.

***

 Waktu sudah menunjukkan hampir jam 2 siang, kami berencana pulang setelah shalat Ashar. Namun, sebelum itu masih ada satu lokasi terakhir yang wajib kami kunjungi, yaitu perbatasan antar negara. Indonesia dan Malaysia. Awalnya aku fikir, kami harus mempunyai passportjika ingin ke sana. Ternyata dugaanku salah.

 Beberapa tanjakan dan turunan kami lewati untuk sampai ke gerbang perbatasan. Tak lama kemudian, tampak post penjagaan yang dikawal oleh anggota TNI. Kami lalu memperlambat laju kendaraan, sedikit ada rasa berdebar saat melewati post penjagaan. Ternyata, kami hanya diberikan senyuman oleh anggota TNI di sana. Sepertinya mereka sudah tau kalau kami hanya sekedar datang untuk berwisata. Namun, setelah melewati post penjagaan, kami terpaksa harus berhenti di post selanjutnya. Yaitu post dari negara Malaysia. Kami diwajibkan untuk menunjukkan kartu identitas dan mengisi daftar tamu.

 Kami pun berhenti sebentar, mengisi lembar kertas yang tersedia di meja. Menuliskan alamat serta tujuan kami, tak lupa menunjukkan kartu identitas. Usai mengisi daftar tamu, kami lanjut dan akhirnya sampai di Teluk Melano. Aku sedikit bingung dengan tempat ini. Beberapa informasi mengklaim bahwa ini masih wilayah Indonesia, namun nyatanya aku masih melihat banyak sekali bendera Malaysia dan Sarawak berjejer terpasang di sisi jalan. Bahkan di kantor-kantor yang ada di sana. Ku dengar, pantai ini akan terlihat lebih indah saat laut sedang surut. Kamu bisa melihat deretan bebatuan yang terhampar di dasar laut sejauh mata memandang. Namun sayang seribu sayang, saat kami tiba, air laut sedang pasang. Sehingga kami tidak bisa menyaksikan pemandangan yang "katanya" sangat indah itu.

***

 Hari pun mulai sore, azan Ashar telah berkumandang. Hari yang begitu singkat ini akan segera berakhir. Karna tidak ada persiapan untuk bermalam, mau tidak mau kami harus memaksakan diri untuk pulang.

 Saat perjalanan pulang, kami berdua tidak perlu lagi mengikuti Idam dan pacarnya. Kami sengaja berpisah, dan menuju tujuan masing-masing. Karna, perjalanan pulang aku tidak perlu kebingungan lagi. Sebelum meninggalkan Desa Temajuk, aku kembali mengisi bensin full tank. Entah kenapa akhirnya aku seperti mengakui kalau motorku ini benar-benar boros.

 Baru lima menit setelah mengisi bensin, tiba-tiba ada seorang pengendara yang menyapaku untuk berhenti. Aku yang menyadari langsung berhenti dan memperhatikan pengendara itu. Tampak dia sedang membonceng seorang wanita. Orang itu lalu membuka visor helmnyayang berwarna gelap. Ternyata itu Mardi, dan juga pacarnya tentunya.

 "Woi, Rul. Kalian mau ke mana?" Tanya dia.

 "Mau pulang" jawabku.

 "Lah, kami malah belum nyampai. Gak nginap kalian?" Tanyanya lagi

 "Engga bawa bekal" jawabku lagi sambil memperhatikan bawaan mereka yang penuh di bagasi depan sepeda motornya.

 "Gapapa, kamu bisa pinjem bajuku, aku bawa banyak" kata dia.

 "Ya engga bisa lah, pacarku ini gimana?" Aku balas bertanya. Dia pun hanya diam lalu menjawab "Pacarmu pakai baju itu lagi aja, hahaha" sambil tertawa. Aku jadi ikutan tertawa.

 "Dah, kami langsung pulang aja. Lagipula aku udah janji sama orang tuanya mau pulang sore ini" ujarku beralasan. Dia pun hanya bisa bilang "ya udah lah, hati-hati" lalu kembali melanjutkan perjalanan mereka.

***

 Di perjalanan pulang, agar tidak bosan aku pun mengajak Ayunda mengobrol.

 "Yank, nanti kita istirahat sebentar ya. Pantatku penat nih" aku memulai obrolan, sambil sedikit memperlambat kendaraan.

 "Mau istirahat di mana?" Jawab dia. Aku pun mengingat-ingat lokasi yang kami lewati saat pergi berangkat tadi.

 "Tadi aku liat ada tuh pantai yang bagus, gak jauh dari lokasi jalan" ujarku.

 "Hmmm, terserah kamu aja" jawab dia, lalu memelukku erat.

 Hari pun semakin sore, matahari sudah turun ke barat membuat suasana jalanan redup oleh bayangan pepohonan yang tumbuh di sekeliling jalan. Aku membelokkan sepeda motorku ke arah pantai yang tadi aku maksud. Sedikit melewati setapak yang sekelilingnya ditumbuhi ilalang, lalu berhenti dan memarkirkan sepeda motor di bawah pohon yang ada di tebing pantai.

 Suasana pantainya sangat sepi. Terlihat hanya ada kami berdua saja. Aku pun mengambil satu botol air mineral yang aku taruh di saku bagasi motorku, minum sejenak menghilangkan rasa haus sambil memandangi lautan yang tenang di saat sore.

 "Yank, jangan dihabisin" suara Ayunda memecah kesunyian.

 "Nih" Aku menyerahkan minuman tadi, dia pun langsung meneguknya.

 "Haus yank? Ciuman tanpa langsung tuh" ujarku bercanda.

 "Ih, kamu ada-ada aja" Dia memukulkan pelan botol yang sudah kosong itu ke bahu ku sambil tersenyum manis sedikit malu.

 "Yuk turun ke pantai" ajakku sambil menarik tangannya.

 Kami lalu berjalan bergandengan tangan menuruni tebing pantai yang tidak terlalu tinggi. Tak jauh dari sana, ada sebongkah kayu besar yang terdampar di pinggir pantai.

 "Duduk di sana yuk" Aku mengajak Ayunda sambil berjalan menuju kayu itu tanpa melepaskan gandengan tanganku. Dia hanya diam mengikuti. Kami berdua pun duduk, menghadap ke laut. Saling terdiam menikmati matahari yang sebentar lagi akan terbenam.

 Sebenarnya yang ku tunggu-tunggu adalah setelah matahari terbenam, suasana yang semakin gelap adalah saat yang tepat untuk- Tiba-Tiba saja ada suara sepeda motor mendekat ke arah pantai. Ada tamu tak diundang. Aku yang sedang asik memeluk Ayunda sambil menggenggam "gunung" langsung menoleh ke belakang. Meskipun pandangan sudah sedikit gelap karna hari mulai malam. Tapi aku bisa dengan jelas melihat siluet dari salah seorang yang berjalan turun dari motor. Tidak tidak, itu dua orang. Mereka adalah Nadiah dan pacarnya.

 "Ya ampun, sempit sekali dunia ini" batinku.

Bersambung...
Diubah oleh irulfm24 24-06-2021 00:41
Menthog
Menthog memberi reputasi
1
Tutup