Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Hubungan ku dengan Ayunda hampir tidak pernah ada masalah, hubungan kami justru semakin dekat. Namun di sisi lain, aku masih bingung dengan perasaan apa yang aku miliki terhadapnya. Apakah ini benar cinta, atau hanya sekedar pelarian nafsu duniawi saja. Entah lah.
Meski begitu, aku masih terus menjalani hubungan ini dengan dia.


 Pagi itu aku terbangun karna suara kicau burung gereja yang saling bercanda di atap rumah. Aku pun bangkit dari tempat tidur dan membuka jendela kamar. Seperti melihat negeri yang bersembunyi di dalam kabut.

 Putih, sejauh mata memandang. Bukan embun pagi, melainkan asap tebal akibat kebakaran hutan yang sedang melanda hampir setiap tahun terjadi di daerah ku. Eh bukan, mungkin seluruh pulau ini sering mengalaminya ya.

 Aku pun keluar kamar dan memandang jam dinding yang tergantung di depan pintu kamarku. Ternyata baru jam setengah tujuh.


 Siang itu, cahaya matahari sangat kemerahan akibat tertutup asap kebakaran hutan. Hujan abu pun terlihat seperti butiran salju yang berjatuhan. Sambil asik memandikan motor kesayangan, tiba-tiba ada suara yang memanggilku.

 "Rul, masuk ke dalam sebentar" seorang laki-laki paruh baya, dengan kepala sulah dan kumis tebal melintang di wajahnya. Ya, itu adalah sang pemilik bengkel, alias bos aku.

 Terpaksa aku menghentikan pekerjaan dan masuk ke dalam. Di sana, beliau sudah duduk di kursi favoritnya dan aku pun dipersilahkan duduk di sofa.

 "Ada apa pak?" sambil duduk dan menghadap ke arah beliau.

 "kamu kan sudah saya daftarkan secara resmi sebagai mekanik baru di Astra. Nah, rencananya kamu akan saya kirim pelatihan mekanik level 1 di Pontianak, kira" kamu siap engga?"

 Jujur saja aku masih belum pernah ke luar kota, rasanya sedikit bingung.

To be continue...