Malam setelah aku dan Raka ke solo aku menuju ke Rumah Kyai di Demak dan bertanya banyak hal dan sampailah tanya ke persoalan Gibran itu....

"lha mas yan mungkin lali saya suruh apa ?"
"nemui gibran, agar dicintai rakyat khan mbah ?" kataku sambil balik tanya ke mbah kyai...
"bukan"
"lha dos pundi ? Saya tak tau bagaimana ?"
"sebelum nemui gibran harus ke senori dulu "
"oooo saya minta maaf lupa mbah..."
" ya harus ke sana dulu soean mbah sunan kalijaga baru nemui gibran"
"ooooh"
" lha bagaimana mbah, nanti kita berdua pripun?"
"ora papa, nggak usah surva survey, langsung budhal"
"inggih mbah, ngestoaken"
"bagaimana ke pengging kemaren ?"
"ya ke makam ini" kataku sambil menyodorkan foto di hapeku...
"itu bukan makam ki ageng pengging"
"lhah"
"makamnya di pinggir sungai"
"lho lah"
"itu makamnya kyaine ki ageng pengging, itu bukan kayak kyai sekarang yang hobinya maen mikropon trus pidato, jadi kyai itu membuat gong dan dipakai untuk melemahkan pasukan lawan ketika perang sehingga mudah dikalahkan"
"weeh, trus bagaimana ini mbah?"
"sing penting ke senori sowan ke mbah kyai sunan kalijaga, kamu itu kalo ke makam leluhur ya jangan hanya sekali tapi berulang kali, masak ke mbah jaka tarub cuman sekali thok, ya kadang sowan kesana lah ,"
"inggih mbah"
"kamu harus ingat perjalanan leluhurmu dulu, harus ingat perdikan tarub, perdikan yang luasnya dari grobogan sampai blora, dan berani dengan demak, perdikan yang berdiri dari era majapahit sampai akhirnya surut diganti oleh perdikan selo"
"inggih mbah"

"itu om dolip yang orang india itu tulus menolong kamu " tiba tiba mbah kyai dialognya meloncat..
"iya mbah, om dolip itu yang punya penjahit nusantara samping balai kota solo mbah, ya teman teman solo kalo njahit baju di solo ya ke penjahit nusantara itu"
"lha kok mas yan bisa kenal ?"
"dibawa teman saya yang gondrong itu mbah"
"ooo mas yan kok tau banyak tentang solo?"
"ya dulu pernah dinas disana sebentar"
"wo mulane..."

Malam itu larut dalam pekatnya gelap, mendung tebal tapi tak hujan, rumah mbah kyai seperti oven panas, udara pepat dan padat, kami berdua kegerahan menahan rasa, kulihat mbah kyai kurang suka malam ini, entah karena aku atau karena gibran, atau karena belum sowan sunan kalijaga di senori...

Yang aku tau adalah aku sudah berusaha, itu namanya tawakal, tawakal dalam mencari jalan kembali, menolong rakyat , dengan mendampingi pemimpinnya, tak ada maksud cari untung, hanya berjalan saja menuju takdir, ingat !!! Ini perintah panembahan, para sesepuh tanah jawa, siapa dekat dan dibimbingnya pasti jadi raja dan aku seperti arjuna wiwaha dan mbah kyai adalah batara guru-nya.....

Note :

Masyarakat sekitar menyebutnya makam Sunan Kalijaga Moroteko atau dikenal Raden Sahid Moroteko. Sebagian masyarakat juga ada yang menamakan makam Ploso Medalem. Tempat tersebut diyakini sebagai makam Kanjeng Sunan Kalijaga yang ada di Tuban.

Makam Kanjeng Sunan Kalijaga terletak di Dusun Soko, Desa Medalem, Senori. Dari pusat kota Tuban menuju lokasi makam, diperkirakan sekitar kurang lebih 65 km. Menuju lokasi Kanjeng Sunan Kalijaga Ploso Medalem

Gus Dur berziarah ke makam Sunan Kalijaga Kadilangu, Demak. Dalam pengalaman batin Gus Dur, akhirnya mendapat firasat untuk ziarah ke makam Kanjeng Sunan Kalijaga yang ada di Medalem, Ploso Tuban.