sumber gambar

Peusijuek, salah satu tradisi masyarakat Aceh yang masih dilakukan hingga sekarang.

Hai Agan dan Sista sekaskus raya! Welcome back to my thread. Semoga hari Agansis menyenangkan ya. Oiya, selamat hari lahir pancasila ya. Semoga kita semua bisa menjadikan pancasila sebagai cerminan hukum negera, bukan sekadar kata-kata yang sering kita dengarkan saat upacara bendera.

Salam Pancasila, Agansis!

Oke, kali ini ane akan menulis tentang sebuah tradisi Islam di Tanah Rencong, tempat kelahiran ane sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa Aceh dijuluki sebagai tanah Serambi Mekah, jadi setiap tradisi dan budaya itu didasarkan dari hukum Islam. Artinya tidak boleh ada adat budaya yang bertentangan dengan Islam. Salah satu tradisi yang secara turun temurun dan masih dilakukan hingga sekarang adalah tradisi Peusijuk

Peusijuk dalam bahasa Aceh terdiri dari dua kata, yaitu peudan sijuek yang berarti dingin. Sedangkan peu adalah awalan untuk kata sijuek yang tidak bisa dipisahkan. Jika digabungkan, Peusijuk berarti menjadi sesuatu yang mendinginkan, karena pada dasarnya peusijuk ini dilakukan untuk menengahi orang-orang yang sedang bertikai sehingga memperoleh kedamaian dan dingin.

Tradisi Peusijuk dilakukan hampir di semua adat masyarakat Aceh. Misal orang yang akan menikah akan dipeusijuk, orang yang kena musibah, orang yang ingin pindah ke rumah baru, orang mau naik haji, orang yang membeli kendaraan baru, keluarga duka setelah ada orang meninggal, dan masih banyak lagi. Intinya di Aceh tradisi Peusijuk ini sangat sering dijumpai hampir di semua aspek kehidupan.

Tujuan dari Peusijuk ini adalah mendoakan keberkahan dan kebaikan untuk mereka yang dipeusijuk. Contohnya orang yang mau pindah rumah baru, mereka akan dipeusijuk untuk mendoakan keberkahan atas rezeki, dan mereka yang melakukan peusijuek akan mengundang saudara dan tetangga untuk mendoakan. Di sinilah nilai-nilai silaturahmi akan muncul, rasa syukur, dan nilai keberkahan lainnya.

Peusijuek ini semacam tradisi tepung tawar. Peusijuk akan dipimpin atau dilakukan oleh orang yang dituakan, orang alim atau Teungku yang diundang oleh pelaku peusijuk.

Oiya, ane pengen jelasin dikit tentang perbedaan pemakaian nama Teuku dan Teungku di Aceh yang mungkin masih sering salah diartikan.

Teuku adalah sematan untuk orang-orang Aceh yang mempunyai gelar keturunan raja/pahlawan atau dari kalangan bangsawan. Teuku disematkan untuk anak laki-laki. Sedangkan untuk anak perempuan akan disandang gelar Cut.

Teungku adalah sematan untuk orang-orang yang mempunyai ilmu agama yang tinggi/pemuka agama. Orang-orang yang dimuliakan di kalangan masyarakat karena keilmuannya. Ada beberapa sematan untuk orang-orang alim, ada Teungku, Abu, Abuya, Abati, dll, seperti sematan untuk ulama kharismatik Aceh Abuya Djamaludin Waly, dll.

Oke, back to topic!

Peusijuk termasuk tradisi sakral dalam masyarakat Aceh, maka tidak boleh dilakukan oleh sembarangan orang. Ada aturan dan bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan tradisi Peusijuk.

Ada beberapa bahan yang digunakan untuk proses peusijuk, dan bahan-bahan itu semua banyakan dari tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar, dan mempunyai filosofi tersendiri, gan.


Keseluruhan bahan-bahan Peusijuk yang sudah ditaruh dalam talam.
sumber gambar

1. Dedaunan dan rerumputan (daun pacar, naleung sambo, on sineujuek atau daun cocor bebek, on manek mano) mohon, maaf, gan, sebagiannya ane gak tau apa nama Bahasa Indonesianya, hehe. Maaf ya!


Daun cocor bebek
sumber gambar

Dedaunan dan rerumputan ini melambangkan keharmonisan, kerukunan, dan keindahan. Daun-daun itu diikat dalam satu ikatan sebagai lambang dari kekuatan.

2. Beras dan padi yang melambangkan kemakmuran dan kesuburan.

3. Air dan tepung yang melambangkan kesabaran dan ketenangan.

4. Nasi ketan beserta unti kelapa atau tumpo, melambangkan pengikat persaudaraan sebagaimana lengketnya si nasi ketan itu sendiri, maka diharapkan persaudaraan akan sedekat itu.

Semua bahan-bahan itu dimasukkan dalam piring, kecuali air tepung yang dimasukkan ke mangkuk beserta ikatan daun-daun tadi.


sumber gambar

Cara melakukan peusijuk, pertama Teungku menaburkan beras padi, kedua menaburkan air tepung tawar, dan selanjutnya menyunting nasi ketan pada telinga sebelah kanan. Yang terakhir adalah teumutuek (semacam salam tempel) saat orang yang dipeusijuek bersalaman dengan saudara-saudaranya. Urutan itu semua dilakukan setelah Teungku membaca doa-doa khusus Peusijuk.

Itulah sedikit pembahasan tentang peusijuk. Ada banyak sekali budaya Indonesia ya, Gan. Karena memang Indonesia dikenal dengan ragam adat dan budaya, dan kita selaku warga negara sudah sepatutnya perlu melestarikan.

Di zaman digital, pelestarian budaya semakin mudah dilakukan. Karena zaman modern ini pelestarian budaya bisa dibantu oleh media sosial, dengan cara itu kita juga bisa mengenalkan budaya daerah kita pada orang lain. Nah, untuk menunjang unggahan-unggahan di sosial media, Smartfren Unlimited MAXI ini sangat boleh diandalkan. Apalagi nih buat yang tinggal di desa macam ane, yang gak semua kartu internet bisa beroperasi dengan baik. Smartfren Unlimited MAXI bisa menemukan sinyal kapanpun dan di mana pun. Jadi untuk hal upload meng-upload, siaran langsung, dan lainnya, pakai Smartfren ini bisa diandalkan banget.



Smartfren Unlimited MAXI berperan penting dalam pelestarian budaya daerah, karena sinyal yang kuat dan available sekali. Tentu hal ini akan lebih mudah dengan cara promo atau pelestarian di sosial media, karena lebih efektif dan tidak memakan banyak waktu. Dan, Smartfren Unlimited MAXI bisa diandalkan dengan kualitas sinyal yang gak muter-muter.

Well, sekian thread ane kali ini. Semoga bermanfaat ya. Janga luoa tinggalkan jejak berupa cendol, komentar, rate dan share ya. See you :terimakasih:terimakasih:terimakasih

Ditulis oleh @ElviHusna
Opini pribadi