papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
REUNI



Prolog




Quote:


Daftar isi :


Quote:




Tamat




*
Diubah oleh papahmuda099 17-10-2021 15:28
dewiyulli07
bebyzha
ferist123
ferist123 dan 74 lainnya memberi reputasi
69
49.8K
889
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#120
Reksodono, si Kocheng Oren






"Bukaaa pintunyaaa..., Hihihihihi...,"

Terdengar suara perempuan yang sangat familiar dari balik pintu. Aku yakin, itu adalah suara Inas.

"Kampret, pasti ini Inas yang lagi dirasuki,"kataku pelan.

Aku panik.

Bingung harus berbuat apa. Mataku berkeliling memandangi seluruh kamar ini. Berusaha mencari cara untuk bisa meloloskan diri dari kamar ini.

Hanya ada satu jendela yang mengarah keluar. Tapi itu mustahil aku lewati. Karena disana ada teralis besi yang menghalangi kita untuk bisa melompat keluar.

Aku menghela nafas.

Buntu.

Satu-satunya cara untuk bisa keluar dari dalam kamar ini hanyalah lewat pintu ini saja. Tapi didepan pintu itu, aku yakin, sangat yakin, bahwa ada sosok yang menakutkan sedang berdiri tepat didepan pintu. Meskipun aku tahu kalau itu adalah Inas, tapi didalam situasi seperti ini, bertemu dengannya masih terasa menakutkan.

"hey...," Ucapku pelan. Berusaha untuk berkomunikasi dengan siluman harimau milik bapak yang katanya ada didalam kamar ini.

"....,"

"Datuk...,"

"....,"

"Jin harimau...,"

"....,"

"Kampret! Jin gak guna. Buat apa dikirim kesini,"
kesalku dalam hati.

"Brak!"

Aku terkejut.
emoticon-Wow

Pintu lemari didalam kamar seperti ada yang memukulnya dengan keras.

Jantungku berdetak kencang.

Mataku jelalatan mencari keberadaan sesuatu yang tidak terlihat tapi ada nyatanya itu.

"M..mmaaf..., Maaf kalau sudah membuatmu marah, bro. Tapi tolong, bantu aku agar bisa keluar dari sini," kataku tergagap saking kagetnya.

"Grrr...,"

Terdengar ada suara menggeram persis didepanku. Dan itu membuatku spontan berjalan mundur sampai tubuhku terhenti karena punggungku menyentuh tembok kamar.

"Gila...," Desisku.

"Ternyata dia ada tepat didepan mukaku, edaannn...," Kataku dalam hati.

Lalu, saat keadaan mulai hening. Pintu kamarku berbunyi seperti ada yang mencakar-cakarnya.

"Krret..krret...kreet,"

Lalu hening kembali.

Tiba-tiba, muncul sebuah suara berat yang seperti berasal dari dalam tubuhku. Suara itu berkata.

"Buka pintunya sekarang. Diluar sudah aman,"

Aku mencari-cari sumber suara. Tapi tak berhasil menebak darimana datangnya suara itu. Tapi aku yakin, bahwa suara itu adalah milik dari siluman harimau milik bapak.


mulustrasi



Tapi aku juga sedikit ragu untuk melaksanakannya. Karena belum pasti juga sipemilik suara tadi adalah jin milik bapak. Bisa jadi itu adalah jebakan yang bisa membuatku celaka.

Maka dari itu aku malah berdiri diam dan berpikir, untuk keluar atau tidak.

Tapi sebuah suara bernada berat tiba-tiba saja membentakku.

"CEPAT KELUAR BODOH!"

"Eh...iiya, iya,"

Aku lalu berjalan dengan terburu-buru untuk membuka pintu kamar. Sampai aku melupakan hp yang kuletakan diatas kasur.

Dengan perlahan aku bergerak mendekati pintu.

"Bissmilah...,"Ucapku dalam hati sambil sedikit memejamkan mata. Takut kena jumpscare, hehehe.

"ceklek...,"

Kunci kamar kubuka, dengan perlahan aku membuka pintu kamar. Jantungku berdegup kencang dengan susana yang hening ini. Tak ada suara atau penampakan apapun diluar.



Gelap dan remang-remang saja.

"Dug...dug...dug...dug," jantungku tak henti-hentinya berdenyut dengan kencang.

Aku mulai melangkahkan kakiku.

"Tuk,"

Kakiku terantuk oleh sesuatu, yang hampir menyebabkan aku terjatuh. Segera aku berjalan mundur kembali masuk kedalam kamar.

Kupandangi tempat kakiku terantuk tadi. Melalui cahaya lampu kamar, aku bisa melihat kalau ada sesuatu yang berbaring tepat didepan pintu. Saat kuperhatikan dengan teliti, ternyata itu adalah sesosok tubuh manusia?

Mungkin...

Setelah menimbang beberapa saat, aku lalu memberanikan diri untuk mendekatinya.

Awalnya aku agak kesulitan untuk bisa mengenali sosok itu. Tapi setelah memperhatikan dengan seksama, aku langsung tahu, kalau itu adalah Inas.

Kalian tahu kenapa?

Itu karena tubuhnya yang masih hanya mengenakan pakaian dalam saja.

Aku langsung mendekati dan berusaha membuatnya tersadar.

Aku menepuk-nepuk pipinya pelan sambil menyebut namanya.

"Nas...Inas...hey, bangun,"

Aku pangku kepalanya. Segera kulihat area sekitar ruangan tengah itu. Dan, aku sungguh terkejut saat melihat pemandangan yang tersaji disana.

Aku segera menajamkan penglihatanku. Berusaha agar mataku secepat mungkin terbiasa dengan cahaya yang minim diruangan itu.

Dan benar saja apa yang kulihat tadi. Bahkan bukan hanya satu. Melainkan banyak sosok yang ada disitu.

Sosok teman-temanku yang tergelak tak sadarkan diri. Mereka semua terhampar disekitar sofa yang ada disitu.

"Ada apa ini?" Tanyaku dalam hati.

Tiba-tiba ada suara yang menjawab pertanyaanku.

"Mereka semua sudah sadar. Karena kesaktianku ini, para makhluk gaib yang tadi sempat merasuki mereka pada kabur. Muhahahaha...,"

"Anjir...sombong bener ini Kocheng Oren," kataku dalam hati.

Tapi jujur, berkatnya. Alhamdulillah, teman-temanku berhasil terselamatkan. Kini, aku harus mencari cara agar bisa membuat mereka bangun dengan cepat. Karena aku merasa, jika aku terlalu lama berada disini, maka lambat laun akan ada sesuatu yang berbahaya akan datang. Tak menutup kemungkinan bosnya sendiri yang datang. Yakni si ular buntung itu.

Aku dengan cepat berdiri dan berjalan cepat kesamping kamarku. Disana ada kamar mandi juga (lihat gambar denah villa). Meskipun dengan perasaan was-was, takutnya masih ada anggota blekping disana.

Sebelum melangkah, aku berbisik pada diriku sendiri.

"tolong jagain saya, ya...,"

Setelah berucap demikian, dengan mengucapkan bissmilah aku lalu melangkahkan kaki.

Didalam keremangan malam, semua bayangan terlihat menakutkan dimata ini. Mataku jelalatan melihat kesana-kemari. Takut ada sesuatu yang mengintip dibalik gelapnya ruangan.

Sampai dikamar mandi, aku segera menyalakan lampu.

"Ctak!"

Aman...

Tidak ada anggota blekping didalam kamar mandi.

Aku segera mengambil ember plastik disana dan mengisinya dengan air dari dalam bak mandi.

Setelah penuh, aku segera mengangkatnya dan hendak berbalik badan.

Namun, tubuhku tidak bisa kubalikkan. Seperti ada sesuatu yang menahanku agar aku tak bisa membalikkan badan.

"Waduh...apa lagi ini," keluhku dalam hati.

Tiba-tiba, kembali terdengar suara seperti cakaran kuku yang menggores lantai. Bunyinya membuatku bergidik ngeri.

"Zreet...zreet...zreet,"

Aku menahan nafasku dengan tak sadar.

Lalu hening.

"Dah aman...," Suara siluman harimau tiba-tiba terdengar. Tentu dengan nada sombongnya.

Aku langsung bisa membalikkan badan setelah ia berkata demikian.

"Mana rasa hormatmu manusia?!" Tegurnya tiba-tiba.

"Eh, iiya...maaf. terima kasih banyak, can...," Kataku kaget.

"Panggil aku tuan Reksodono, manusia!" Bentaknya.

"Iya...," Kataku pelan.

Tak ada jawaban...

Aku tak mengindahkannya lagi. Karena sepertinya apa yang bapak katakan bahwa aku belum bisa berkomunikasi dengannya adalah karena ini. Sifatnya yang sombong didepan yang lemah. Jadi aku harus banyak-banyak bersabar menghadapinya.



Sambil mengangkat ember berisi air, aku bergegas berjalan kearah Inas terbaring. Kuletakan ember itu disampingnya. Aku lalu mendekati teman-temanku yang tergeletak di ruang tamu.

Dengan hati-hati, aku menyeret mereka satu persatu dan menjejerkannya disamping tubuh Inas. Mereka adalah Ikhwan, Slamet, Nova, dan juga Sri.

Mata celingukan mencari keberadaan Yusuf.

"Kemana itu anak?" Tanyaku dalam hati. Tapi aku sendiri lalu tak memikirkan hal itu lebih lanjut.

Aku lalu kembali mendekati tubuh teman-temanku itu. Karena aku tak memiliki kekuatan untuk bisa menyembuhkan mereka. Maka aku berinisiatif untuk menyiram mereka dengan air saja.

Satu persatu mereka berhasil kusadarkan saat air dingin yang berasal dari bak mandi itu menyiram wajah mereka.

Hampir semuanya menatapku dengan tatapan mata kebingungan saat mereka tersadar didalam ruangan yang temaram itu.

"Ndra, ada apa ini?"

"Kok bisa aku disini?"

"Ndra, kok gelap...,"

"Mana anak-anak yang lain?"


Dan sebagainya.

Aku berusaha untuk menenangkan mereka lebih dulu. Lalu dengan cepat, aku meminta mereka untuk segera berdiri dan mengikuti langkahku.

"Sambil jalan nanti aku jelasin semuanya. Sekarang ayo, sebaiknya kita lekas pergi dari villa ini. Kita harus mencari Gatot dan yang lainnya juga," kataku seraya membantu Inas berdiri.

Lalu, tanpa menunggu jawaban dari mereka. Aku segera berjalan kearah dapur. Aku ingin mencari HP milik Gatot.

Aku mencari saklar lampu di ruang tengah.

"Ctak...,"

Tidak ada lampu yang menyala.

Aku kembali berjalan dengan perlahan menuju dapur. Sedangkan teman-temanku berjalan mengekor dibelakang.

Sesampainya di dapur, aku kembali berusaha mencari saklar lampu. Saat kutemukan, aku menekannya.

"Ctak...,"

Gagal.

Lampu masih tetap tidak menyala.

Tiba-tiba, aku mendengar suara Sri yang memanggilku.

"Ndra, sini dulu. Ini hp punya Gatot bukan?" Ujarnya sambil menyodorkan sebuah HP.

Aku mengambilnya.

"Mudah-mudahan dia gak pakai sandi di HPnya," kataku.

Dengan dikerubungi oleh teman-temanku, aku menyalakan hp itu.

Dan... hasilnya hp itu ternyata diberikan sandi.
emoticon-Ngakak

Mau tak mau, aku harus menemukan Gatot terlebih dahulu.

Tiba-tiba, dari arah ruang tengah, terdengar suara seperti sapi yang melenguh.

"Apa itu, ndra?" Kata Nova memandangku dengan tatapan mata bingung.

Akupun tak tahu harus menjawab apa. Karena memang, aku tak tahu apa itu. Hanya saja, instingku mengatakan bahwa aku harus sesegera mungkin keluar dari villa ini.

"Lewat depan sudah tidak mungkin. Satu-satunya jalan aku harus melewati halaman belakang lagi," kataku dalam hati setelah menimbang beberapa saat.

Maka, aku segera mengajak mereka semua untuk keluar dari dalam villa menggunakan isyarat.

Aku berjalan terlebih dahulu, disusul oleh para perempuan, kemudian baru anak laki-laki.

Saat kami semua sudah berada diluar villa. Tepatnya diteras belakang, Sri tiba-tiba terpekik pelan. Tangannya menunjuk kearah daun jendela dapur.

Otomatis kami semua melihat kearah yang Sri tunjuk.

Kalian tahu apa yang kami lihat?



Sebuah wajah pucat dengan area mata yang gelap! Matanya yang putih tak memiliki titik hitam disana. Dimana seharusnya ada bola mata. Rambutnya yang panjang gimbal menghiasi wajah seramnya.

Melihat hal itu, Nova tiba-tiba saja berteriak.

"Kuntilanak!"

Akibatnya, semua teman-temanku langsung berlari berhamburan keluar teras villa. Semuanya berlari semau mereka. Tanpa mereka tahu, kalau didepan mereka ada sebuah tebing yang lumayan dalam.

"Stooop!"

Aku berusaha berteriak menahan mereka. Aku sendiri saat itu tengah menggenggam erat tangan Inas dan juga Sri.

Mendengar teriakanku, hanya Slamet dan Ikhwan yang berhenti. Sedangkan Nova yang masih histeris terus berlari. Untung baginya, ia berlari menyamping. Bukan berlari lurus kebelakang villa.

Dengan terus menggenggam tangan Inas dan juga Sri, aku berjalan cepat kearah halaman dimana Slamet dan juga Ikhwan berhenti.

Aku berjalan cepat juga sebenarnya karena takut dengan wajah kuntilanak yang muncul mengintip kami dari dalam villa.

Setelah kami berkumpul kembali, aku segera mengajak mereka untuk segera menyusul kearah Nova berlari.

Sambil berjalan, aku lalu menceritakan tentang kondisi yang kami semua alami saat ini dengan singkat.

"Aaaaahhhhh...!"

Sayup-sayup aku masih mendengar suara teriakan dari Nova.

Mendengar teriakannya itu, sepertinya Nova berlari memutar villa. Dan ia sekarang mengarah kedepan villa lagi.

Saat kami berjalan menyusul Nova itulah, kami berlima berpapasan dengan Gatot!

Dia sendirian!

Kemana Wulan dan Sofi?





***
Diubah oleh papahmuda099 08-05-2021 21:32
piripiripuru
mas444
sulkhan1981
sulkhan1981 dan 29 lainnya memberi reputasi
30
Tutup