Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

islamisdeviAvatar border
TS
islamisdevi
Tarai Bulan, Tradisi Menyambut Ramadan Sebagai Rasa Syukur Kami!
Tarai Bulan, Tradisi Menyambut Ramadan Sebagai Rasa Syukur Kami!

Assalamualaikum, Gansis! Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga kita semua masih dalam keadaan sehat dan bahagia serta pastinya masih kuat puasa! Aamiin.


GanSis! Tidak terasa ya kita sudah melewati enam hari bulan Ramadan dan enam hari pula kita menjalankan puasa.

Nah, Kaskus mengadakan event kreator tentang tradisi setiap daerah dalam menyambut bulan #RamadanBerkah.
Menelisik enam hari ke belakang, di tempat saya juga ada loh tradisi menyambut bulan Ramadan.

Sebuah tradisi di kampung saya yang sampai sekarang masih dilestarikan dan waktu kecil tradisi ini yang ane tunggu-tunggu. Hehee.

Tradisi yang saya maksud adalah Tarai Bulan. Berasal dari bahasa Konjo yang berarti Menadah bulan atau menunggu bulan.

Kita tahu sendiri kalau bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah. Nah, sebagai wujud tidak sabarnya kami menunggu bulan penuh berkah ini, maka sebelum kita bangun sahur kita melakukan tradisi Tarai Bulan.

Sebagai rasa syukur karena masih bisa bertemu bulan Ramadan, maka di daerah tempat tinggal saya, beberapa orang di sekitar, terutama nenek saya menyembelih ayam dan juga membuat 2 jenis bubur.
Bubur merah dan putih.

Quote:




Well, di Jawa juga ada ya. Bedanya, di Jawa kan untuk acara Bancakan, sementara di sini untuk menyambut bulan suci. Nah penataan buburnya juga beda. Di Jawa buburnya dicampur jadinya namanya bubur merah putih, beda lagi kalau di sini, kedua bubur itu dipisahkan.

Oke, setelah ayam dan segala tetek bengeknya dimasak, maka orang yang dianggap pintar akan melakukan ritual.
Kalau di sini bahasanya Abbaca.

Setelah itu, mari kita santap!

Well, tradisi ini nggak ada kaitannya dengan syirik. Kita gak nyembah apapun itu. Walaupun makin ke sini ada saja orang-orang mengaku cerdas dalam agama yang mengatakan kalau Bulan Ramadan itu biarpun tidak disambut akan datang sendiri.

Well, memang benar. Namun, apa salahnya jika kita meneruskan tradisi?
Kan tradisi kalau tidak diteruskan hanya akan jadi sejarah yang dibicarakan mulut ke mulut, turun temurun. Nah, takutnya akan ada pengurangan dan penambahan cerita. Kan kita tahu sendiri zaman sekarang ini kayak apa. Hehee.

Saya tidak mencari pembenaran tentang tradisi di desa saya ini sebab orang-orang bebas berpendapat.
Jelas dari dulu kami tidak pernah sekalipun menyembah apapun selain yang berhak disembah. Sekali lagi, ini bentuk rasa syukur kami karena masih dipertemukan dengan bulan suci Ramadan.

Untuk membaca tradisi-tradisi yang ada di seluruh Indonesia saat menyambut bulan Ramadan penuh berkah ini, yuk ke The Lounge!

Okelah. Sekian dulu thread saya hari ini. Semoga menambah ilmu.
Wassalamualaikum.

Kalau ada sumur di ladang
Boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Bolehlah kita bertemu kembali


Sumber: opini pribadi dan dokumentasi pribadi
Diubah oleh islamisdevi 28-06-2021 05:14
Minlian
Minlian memberi reputasi
1
494
11
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
MinlianAvatar border
Minlian
#3
Ternyata namanya terai bulan kalo di saya jenang abang(merah)
islamisdevi
islamisdevi memberi reputasi
1
Tutup