- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Supranatural
Kisah Gaib Nyata - Akibat Pesugihan Kandang Bubrah
TS
cherlevi
Kisah Gaib Nyata - Akibat Pesugihan Kandang Bubrah
Melakukan suatu pesugihan, banyak yang menyangka pelakunya akan begitu saja dengan mudah mendapatkan kekayaan. Ibaratnya kekayaan itu seperti jatuh dari langit begitu saja. Padahal tidak semua pesugihan sifatnya seperti itu. Kekayaan itu bisa diperoleh dari segala macam cara. Demikian juga dengan jenis pesugihan Kandang Bubrah yang pernah Ibu Anggraini dan suami anut. Bisa lewat usaha dagang laris, order ramai, atau tiba-tiba mendapatkan pesanan besar dalam berdagang yang tidak disangka-disangka sebelumnya.
Mulanya, yang Ibu Anggraini dengar sebelumnya, pesugihan itu selalu minta tumbal nyawa manusia. Jika tidak diri sendiri ya sanak keluarganya. Karena kepercayaan itu, Ibu Anggraini lantas tidak berani untuk coba-coba mencari pesugihan.
Tapi, suatu saat sedang dililit masalah keuangan, sebab saudara dan tetangga tidak bisa memberikan pinjaman, akhirnya Ibu Anggraini dan suami mendatangi sebuah tempat yang ada di Desa Mutian, Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah, yang katanya bisa melancarkan rejeki. Ibu Anggraini dan suami mendatangi tempat ini, sebab katanya pesugihan yang ada disini tidak membutuhkan tumbal nyawa. Konon, untuk memperoleh kekayaan tersebut, Ibu Anggraini dan suami cukup menggelar sesaji dan berperilaku seperti yang disyaratkan juru kunci tempat keramat tersebut.
Ibu Anggraini masih ingat betul, saat suatu malam yang gerimis, Ibu Anggraini dan suami mendatangi tempat itu dari kota tempat tinggalnya yang berada di Semarang. Sebelum ke punden keramat tersebut, Ibu Anggraini terlebih dahulu diharuskan mendatangi rumah juru kunci yang ada di desa itu. mereka diterima dengan baik oleh seorang lelaki setengah baya yang ternyata sebagai juru kunci di tempat keramat tersebut. Untuk sowan ke tempat tersebut, menurut juru kunci, maka harus ada sesaji yang dipersembahkan. Sesaji itu berupa beberapa bunga, kemenyan, dan sebuah telor, yang entah telor apa itu.
Mereka ternyata tidak perlu susah-susah cari, sebab juru kunci sudah menyediakan dan orang yang berziarah tinggal mengganti biayanya saja. Di tengah rintik gerimis yang mulai reda, mereka bertiga akhirnya mendatangi tempat keramat yang dipercaya bisa melancarkan rejeki tersebut. Rumah juru kunci dan punden keramat tersebut letaknya sekitar 300 meter. Untuk sampai ke lokasi, mereka melewati jalan kebun dan persawahan yang cukup sepi. Waktu masih sekitar pukul 21:00 saat itu. Tapi di lokasi yang sepi itu suasana sudah seperti tengah malam.
Sampai di punden yang berupa pohon besar, dibawahnya ada sebuah makam, juru kunci yang mengantar mereka memberikan sesaji yang dibawanya. Setelah semuanya siap, termasuk menyalakan kemenyan, juru kunci membaca doa-doa dalam bahasa Jawa yang artinya tidak begitu jelas. Ibu Anggraini dan suami hanya diminta mendengarkan dan mengungkapkan apa yang mereka inginkan cukup dalam hati saja.
Tiba-tiba di tengah keheningan malam, sesuatu terjatuh mengagetkan mereka. Bunyinya krosak-krosak, gedebuk!!! Seperti buah mangga yang terjatuh dari pohonnya. Ibu Anggraini dan suami tidak tahu pohon apa yang ada diatas mereka. Juru kunci yang mengantar mereka berdiri dan mendekati asal benda jatuh tadi. Ibu Anggraini dan suami hanya terdiam di tempat, sebab tidak ada perintah untuk mengikutinya.
Juru kunci kembali mendekati mereka sambil berkata bahwa apa yang menjadi keinginan mereka telah didengar dan dikabulkan oleh penguasa gaib tempat itu. Dia lalu memberikan sebuah benda, yang ternyata itu adalah buah mengkudu. mereka berdua diminta memakan mentah-mentah buah itu, saat itu juga.
Ibu Anggraini dan suami, di tengah malam yang gelap itu, saling pandang seperti ada rasa ketidakpercayaan terhadap perintah tersebut. Meski begitu, Ibu Anggraini dan suami akhirnya berusaha memakan buah mengkudu itu sampai habis. Baunya lumayan menyengat sehingga Ibu Anggraini hampir muntah dibuatnya. Bijinya yang lumayan banyak terkadang terpaksa ikut tertelan ke perutku.
Malam itu, Ibu Anggraini dan suami, serta juru kunci mengakhiri ritual entah jam berapa. Di akhir perpisahan juru kunci mengatakan beberapa hal. Di antara mereka jika sudah hidup enak, jangan lupa pada setiap tahun memberikan sesaji di tempat yang mereka datangi tadi.
Dan pesan yang terakhir sungguh membuatnya heran, yakni Ibu Anggraini dan suami dilarang sering-sering membersihkan rumah dan diri mereka. Selain itu sebagai persyaratan, katanya bisa membuat pergi datangnya rejeki. mereka juga diminta sering-sering merenovasi rumah, walaupun rumah dalam keadaan tidak ada yang rusak. Yang Ibu Anggraini tahu, Ibu Anggraini dan suami menurut juru kunci tempat tersebut, sebenarnya telah menganut jenis pesugihan yang namanya Kandang Bubrah.
Singkat cerita, apa yang menjadi keinginan mereka akhirnya terkabulkan. Usaha toko yang Ibu Anggraini jalani dengan suami mudah sekali berkembangnya. Toko yang awalnya kecil, berkembang dan berkembang hingga besar sekali.
Semua pesan yang mereka dengar dari juru kunci mereka lakukan dan tidak berani mereka melanggarnya. Dengan harta yang mereka miliki, mereka setiap saat bisa merenovasi rumah ini dan itu. Meski bisa merenovasi rumah, tapi rumah mereka rasanya tampilannya kurang asri. Ya mereka memang dilarang sering-sering membersihkan rumah, mungkin itu yang membuat rumah mereka kelihatan kurang asri dan kurang enak dipandang mata.
Akibat mereka jarang membersihkan rumah, anak tunggal mereka yang kelas 6 SD jadi sering protes. Bahkan dia terkadang berinisiatif melakukan pembersihan rumah seorang diri.
Mereka terkadang melarangnya dengan alasan yang masuk akal atau menyuruh melakukan pekerjaan lain. Biar pekerjaan itu nanti Ibu Anggraini atau suami yang mengerjakan. Soal pakaian, Ibu Anggraini dan suami juga tidak terlalu memikirkan. Padahal dengan uang yang mereka miliki, mereka sebenarnya bisa membeli baju merk apa saja yang mereka inginkan. Dengan uang yang mereka miliki pula, mereka sebenarnya bisa menyuruh pembantu membersihkan rumah, tapi pembantu mereka juga terlalu sibuk untuk mengurusi toko dengan aneka macam kebutuhan rumah tangga itu. Satu dua tetangga tidak sedikit yang heran melihat perilaku mereka yang jorok tersebut. Tapi tidak sedikit yang maklum, setelah melihat kesibukan mereka mengurusi toko yang memang luar biasa melelahkan.
Setelah berhasil, pada waktu tertentu Ibu Anggraini dan suami tidak lupa memberi sesaji di punden keramat yang dulu sempat mereka datangi. Tak hanya itu, setiap setahun sekali, Ibu Anggraini dan suami juga selalu menggelar acara kenduri di tempat itu yang segala sesuatunya telah disiapkan dan mereka serahkan kepada juru kunci.
Semua seperti berjalan normal-normal saja. Sampai suatu saat, anak mereka yang semata wayang tiba-tiba mengalami kecelakaan yang akhirnya membuat jiwanya tidak tertolong lagi. Dia yang sedang pergi ke sekolah ditabrak sepeda motor yang sedang melaju kencang. mereka terpukul sekali terhadap peristiwa itu. mereka memang telah memiliki segalanya. Tapi hilangnya anak mereka yang semata wayang itu, jelas membuat mereka seperti kehilangan sesuatu yang tidak ternilai.
Mereka seperti tersadar bahwa selama ini sebenarnya ada sesuatu yang hilang pada diri mereka, yaitu ingatan mereka pada Tuhan Yang Maha Esa, yang selama ini telah memberikan mereka hidup. Setelah kehilangan anak tunggal mereka, hidup mereka benar-benar merasa kosong. Ibu Anggraini dan suami tidak tahu pasti, apakah kematian anak mereka yang semata wayang itu memang sudah ajalnya digariskan sampai disitu ataukah memang ada sebab lain, yakni ada hubungannya dengan pesugihan yang mereka lakukan? mereka tidak tahu pasti.
Ketika hal itu mereka tanyakan kepada juru kunci punden Kandang Bubrah, lelaki setengah baya itu tidak bisa memberikan jawaban. Dia hanya mengatakan bahwa sepengetahuannya, penguasa gaib punden Kandang Bubrah tidaklah jahat sampai meminta tumbal nyawa anak manusia.
Jawaban yang tidak pasti itu membuat mereka semakin penasaran. Beberapa orang pintar dan penjelajahan di internet pun Ibu Anggraini lakukan. Diantara banyak pendapat itu, rata-rata memang mengatakan bahwa tidak ada kerjasama dengan makhluk gaib atau memuja pesugihan yang sifatnya gratis di dunia ini. Semua pesugihan kekayaan mendadak pasti diminta imbalan nyawa. Sebab makhluk gaib itu bisa saja memperbudak manusia, bahkan melakukan sesuatu yang jahat, meski perjanjian awalnya tidak akan meminta tumbal nyawa manusia.
Karena itu, sebelum semuanya terjadi, Ibu Anggraini mengingatkan kepada pembaca sekalian bahwa jangan sekali-sekali melakukan pesugihan apapun, biarpun itu katanya tidak menimbulkan tumbal. Sebab yang terjadi adalah menyesal di kemudian hari. Tumbal itu bisa saja datang sewaktu-waktu tanpa bisa dicegah oleh manusia yang melakukan pesugihan tersebut.
Kasus Gaib Tahun 2013, Ibu Anggraini meminta tolong kepada saya untuk melepaskan keluarganya dari perjanjian pesugihan Kandang Bubrah.
Wassalam.
Mulanya, yang Ibu Anggraini dengar sebelumnya, pesugihan itu selalu minta tumbal nyawa manusia. Jika tidak diri sendiri ya sanak keluarganya. Karena kepercayaan itu, Ibu Anggraini lantas tidak berani untuk coba-coba mencari pesugihan.
Tapi, suatu saat sedang dililit masalah keuangan, sebab saudara dan tetangga tidak bisa memberikan pinjaman, akhirnya Ibu Anggraini dan suami mendatangi sebuah tempat yang ada di Desa Mutian, Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah, yang katanya bisa melancarkan rejeki. Ibu Anggraini dan suami mendatangi tempat ini, sebab katanya pesugihan yang ada disini tidak membutuhkan tumbal nyawa. Konon, untuk memperoleh kekayaan tersebut, Ibu Anggraini dan suami cukup menggelar sesaji dan berperilaku seperti yang disyaratkan juru kunci tempat keramat tersebut.
Ibu Anggraini masih ingat betul, saat suatu malam yang gerimis, Ibu Anggraini dan suami mendatangi tempat itu dari kota tempat tinggalnya yang berada di Semarang. Sebelum ke punden keramat tersebut, Ibu Anggraini terlebih dahulu diharuskan mendatangi rumah juru kunci yang ada di desa itu. mereka diterima dengan baik oleh seorang lelaki setengah baya yang ternyata sebagai juru kunci di tempat keramat tersebut. Untuk sowan ke tempat tersebut, menurut juru kunci, maka harus ada sesaji yang dipersembahkan. Sesaji itu berupa beberapa bunga, kemenyan, dan sebuah telor, yang entah telor apa itu.
Mereka ternyata tidak perlu susah-susah cari, sebab juru kunci sudah menyediakan dan orang yang berziarah tinggal mengganti biayanya saja. Di tengah rintik gerimis yang mulai reda, mereka bertiga akhirnya mendatangi tempat keramat yang dipercaya bisa melancarkan rejeki tersebut. Rumah juru kunci dan punden keramat tersebut letaknya sekitar 300 meter. Untuk sampai ke lokasi, mereka melewati jalan kebun dan persawahan yang cukup sepi. Waktu masih sekitar pukul 21:00 saat itu. Tapi di lokasi yang sepi itu suasana sudah seperti tengah malam.
Sampai di punden yang berupa pohon besar, dibawahnya ada sebuah makam, juru kunci yang mengantar mereka memberikan sesaji yang dibawanya. Setelah semuanya siap, termasuk menyalakan kemenyan, juru kunci membaca doa-doa dalam bahasa Jawa yang artinya tidak begitu jelas. Ibu Anggraini dan suami hanya diminta mendengarkan dan mengungkapkan apa yang mereka inginkan cukup dalam hati saja.
Tiba-tiba di tengah keheningan malam, sesuatu terjatuh mengagetkan mereka. Bunyinya krosak-krosak, gedebuk!!! Seperti buah mangga yang terjatuh dari pohonnya. Ibu Anggraini dan suami tidak tahu pohon apa yang ada diatas mereka. Juru kunci yang mengantar mereka berdiri dan mendekati asal benda jatuh tadi. Ibu Anggraini dan suami hanya terdiam di tempat, sebab tidak ada perintah untuk mengikutinya.
Juru kunci kembali mendekati mereka sambil berkata bahwa apa yang menjadi keinginan mereka telah didengar dan dikabulkan oleh penguasa gaib tempat itu. Dia lalu memberikan sebuah benda, yang ternyata itu adalah buah mengkudu. mereka berdua diminta memakan mentah-mentah buah itu, saat itu juga.
Ibu Anggraini dan suami, di tengah malam yang gelap itu, saling pandang seperti ada rasa ketidakpercayaan terhadap perintah tersebut. Meski begitu, Ibu Anggraini dan suami akhirnya berusaha memakan buah mengkudu itu sampai habis. Baunya lumayan menyengat sehingga Ibu Anggraini hampir muntah dibuatnya. Bijinya yang lumayan banyak terkadang terpaksa ikut tertelan ke perutku.
Malam itu, Ibu Anggraini dan suami, serta juru kunci mengakhiri ritual entah jam berapa. Di akhir perpisahan juru kunci mengatakan beberapa hal. Di antara mereka jika sudah hidup enak, jangan lupa pada setiap tahun memberikan sesaji di tempat yang mereka datangi tadi.
Dan pesan yang terakhir sungguh membuatnya heran, yakni Ibu Anggraini dan suami dilarang sering-sering membersihkan rumah dan diri mereka. Selain itu sebagai persyaratan, katanya bisa membuat pergi datangnya rejeki. mereka juga diminta sering-sering merenovasi rumah, walaupun rumah dalam keadaan tidak ada yang rusak. Yang Ibu Anggraini tahu, Ibu Anggraini dan suami menurut juru kunci tempat tersebut, sebenarnya telah menganut jenis pesugihan yang namanya Kandang Bubrah.
Singkat cerita, apa yang menjadi keinginan mereka akhirnya terkabulkan. Usaha toko yang Ibu Anggraini jalani dengan suami mudah sekali berkembangnya. Toko yang awalnya kecil, berkembang dan berkembang hingga besar sekali.
Semua pesan yang mereka dengar dari juru kunci mereka lakukan dan tidak berani mereka melanggarnya. Dengan harta yang mereka miliki, mereka setiap saat bisa merenovasi rumah ini dan itu. Meski bisa merenovasi rumah, tapi rumah mereka rasanya tampilannya kurang asri. Ya mereka memang dilarang sering-sering membersihkan rumah, mungkin itu yang membuat rumah mereka kelihatan kurang asri dan kurang enak dipandang mata.
Akibat mereka jarang membersihkan rumah, anak tunggal mereka yang kelas 6 SD jadi sering protes. Bahkan dia terkadang berinisiatif melakukan pembersihan rumah seorang diri.
Mereka terkadang melarangnya dengan alasan yang masuk akal atau menyuruh melakukan pekerjaan lain. Biar pekerjaan itu nanti Ibu Anggraini atau suami yang mengerjakan. Soal pakaian, Ibu Anggraini dan suami juga tidak terlalu memikirkan. Padahal dengan uang yang mereka miliki, mereka sebenarnya bisa membeli baju merk apa saja yang mereka inginkan. Dengan uang yang mereka miliki pula, mereka sebenarnya bisa menyuruh pembantu membersihkan rumah, tapi pembantu mereka juga terlalu sibuk untuk mengurusi toko dengan aneka macam kebutuhan rumah tangga itu. Satu dua tetangga tidak sedikit yang heran melihat perilaku mereka yang jorok tersebut. Tapi tidak sedikit yang maklum, setelah melihat kesibukan mereka mengurusi toko yang memang luar biasa melelahkan.
Setelah berhasil, pada waktu tertentu Ibu Anggraini dan suami tidak lupa memberi sesaji di punden keramat yang dulu sempat mereka datangi. Tak hanya itu, setiap setahun sekali, Ibu Anggraini dan suami juga selalu menggelar acara kenduri di tempat itu yang segala sesuatunya telah disiapkan dan mereka serahkan kepada juru kunci.
Semua seperti berjalan normal-normal saja. Sampai suatu saat, anak mereka yang semata wayang tiba-tiba mengalami kecelakaan yang akhirnya membuat jiwanya tidak tertolong lagi. Dia yang sedang pergi ke sekolah ditabrak sepeda motor yang sedang melaju kencang. mereka terpukul sekali terhadap peristiwa itu. mereka memang telah memiliki segalanya. Tapi hilangnya anak mereka yang semata wayang itu, jelas membuat mereka seperti kehilangan sesuatu yang tidak ternilai.
Mereka seperti tersadar bahwa selama ini sebenarnya ada sesuatu yang hilang pada diri mereka, yaitu ingatan mereka pada Tuhan Yang Maha Esa, yang selama ini telah memberikan mereka hidup. Setelah kehilangan anak tunggal mereka, hidup mereka benar-benar merasa kosong. Ibu Anggraini dan suami tidak tahu pasti, apakah kematian anak mereka yang semata wayang itu memang sudah ajalnya digariskan sampai disitu ataukah memang ada sebab lain, yakni ada hubungannya dengan pesugihan yang mereka lakukan? mereka tidak tahu pasti.
Ketika hal itu mereka tanyakan kepada juru kunci punden Kandang Bubrah, lelaki setengah baya itu tidak bisa memberikan jawaban. Dia hanya mengatakan bahwa sepengetahuannya, penguasa gaib punden Kandang Bubrah tidaklah jahat sampai meminta tumbal nyawa anak manusia.
Jawaban yang tidak pasti itu membuat mereka semakin penasaran. Beberapa orang pintar dan penjelajahan di internet pun Ibu Anggraini lakukan. Diantara banyak pendapat itu, rata-rata memang mengatakan bahwa tidak ada kerjasama dengan makhluk gaib atau memuja pesugihan yang sifatnya gratis di dunia ini. Semua pesugihan kekayaan mendadak pasti diminta imbalan nyawa. Sebab makhluk gaib itu bisa saja memperbudak manusia, bahkan melakukan sesuatu yang jahat, meski perjanjian awalnya tidak akan meminta tumbal nyawa manusia.
Karena itu, sebelum semuanya terjadi, Ibu Anggraini mengingatkan kepada pembaca sekalian bahwa jangan sekali-sekali melakukan pesugihan apapun, biarpun itu katanya tidak menimbulkan tumbal. Sebab yang terjadi adalah menyesal di kemudian hari. Tumbal itu bisa saja datang sewaktu-waktu tanpa bisa dicegah oleh manusia yang melakukan pesugihan tersebut.
Kasus Gaib Tahun 2013, Ibu Anggraini meminta tolong kepada saya untuk melepaskan keluarganya dari perjanjian pesugihan Kandang Bubrah.
Wassalam.
saaans dan 9 lainnya memberi reputasi
10
10.5K
21
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
arsitekkediri
#6
fiktif atau nyata nih?
0
Tutup