Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Aku Mencintaimu Tapi Tak Ingin Memilikimu
Aku Mencintaimu Tapi Tak Ingin Memilikimu

Aku Mencintaimu Tapi Tak Ingin Memilikimu

PROLOG

Hidup adalah pilihan.
Tapi tak semua orang berani memilih jika dihadapkan pada 2 atau beberapa pilihan.

Dan ketika kita berada dalam sebuah ruangan yang gelap, maka yang terlihat hanyalah warna hitam, meskipun pada kenyataannya, disana banyak terdapat warna yang bisa kita pilih.

Cinta, kasih sayang, kesetiaan, bagi setiap orang pasti berbeda. Ada yang bisa memberi hanya pada satu orang, tapi ada yang tak bisa hanya memberi pada satu orang, meskipun dihadapkan pada konsekwensi yang berat. Dan ketika saatnya datang, maka kita harus bisa menentukan, apakah kita tetap setia pada satu orang, ataukah kita harus membaginya karena sebuah kenyataan yang ada.

Love is blind. Cinta itu buta. Tapi dia tak pernah bisa membutakan sebuah rasa yang ada. Karena cinta bukan hanya sebuah kata-kata, tapi dari tatapan mata saja, sebuah cinta bisa tergambar nyata.

Aku Mencintaimu Tapi Tak Ingin Memilikimu

Episode 1

Meliana, Gadis Belia Yang Bertubuh Bongsor


Gw kenal dia saat kawan gw memanggil gw untuk datang kerumahnya. Itu terjadi sekitar 5 tahun lalu, saat dia masih duduk di bangku SMP kelas 3 di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

"Ente bisa kerumah gak?" tanya kawan gw melalui hp.
"Kapan?" gw balik tanya.
"Sore deh, ba'da Ashar," jawab kawan gw.
"Ok, siap. Ngapain?" tanya gw lagi.
"Cek laptop. Punya tetangga. Error OSnya. Banyak datanya. Kalau perlu install ulang, install aja," jelas kawan gw.
"Ok."

Sore jam 4 gw meluncur kerumah kawan gw. Kawan gw ini orang Betawi yang kalau ngomong ceplas ceplos aja. Dia pemilik sebuah website berita dengan banyak wartawan. Memang selama itu urusan komputernya sejak dulu, gw yang nanganin.

Gak lama gw sampai. Langsung aja gw menuju rumahnya. Ketok pintu. Begitu nongol, bukannya dia ajak gw masuk rumahnya, malah ngajak gw ke sebuah rumah dan duduk di terasnya. Gak berapa lama, akhirnya muncullah 2 orang dari dalam rumah. Seorang ibu usia sekitar 30an tahun dan anak cewek usia belasan tahun. Dia tersenyum malu-malu. Sekilas gw melihatnya. Manis juga, kata gw dalam hati.

"Ini Om Hendra. Dia yang akan nanganin laptop kamu. Ceritain aja masalahnya apa," kawan gw membuka pembicaraan.

Lalu gak lama dengan sikap malu-malu, cewek manis yang masih ABG itu bercerita soal laptopnya. Gw hanya mendengarkan. Gak lama gw mulai mengecek kondisi laptopnya.

Hmmm, OSnya pakai Windows 8, yang bagi gw Windows paling buruk. Banyak bugnya. Dan kasusnya bukan bluedeath, tapi error di startup, kasus yang umum pada Windows 8. Gak lama gw mulai nanganin laptop itu. Sambil ngobrol tentunya, dan sejam kemudian laptop selesai. Gw tune up semua sistemnya. Gw rapihin datanya dan gw buat 2 partisi di harddisknya agar kalau nantinya OSnya bermasalah, data tetap aman.

"Makasih ya Om," katanya sambil tersenyum manis. Sumpah, masih SMP padahal, tapi udah kayak anak SMA perawakannya.

Gw cuma mengangguk sambil balas senyumnya Gak lama gw pamit. Dia cium tangan gw. Lalu gw pergi dengan kawan gw.

Semua biasa aja. Gak ada yang istimewa. Gak ada perasaan apa-apa.

Hingga suatu ketika dia menghubungi gw. Gw yang gak tau itu nomor siapa lantas nanya. gak taunya itu nomor dia, dapat dari kawan gw. Dia lalu cerita, hp Samsul nya bermasalah. E buset. Gw jadi kayak teknisi hp. Nanganin segalanya. Gw iyain. Sorenya gw kerumah dia. Itu selang waktu lumayan lama. Dan kini dia udah kelas 1 SMK. Makin manis!

Akhirnya gw dengan teliti memeriksa kondisi hpnya. Gak ada masalah di OSnya ,tapi emang berat banget jalannya. Yaudah, gw mulai periksa masalahnya. Ditemani dia disamping gw, gw mulai nanganin hpnya sambil ngobrol. Cewek kelas 1 SMK ini lumayan enak diajak ngobrol. Nyambung.
Dan ketika semuanya udah selesai, gw pamit. Dia cium tangan. Gw cuma bilang ke dia, sekolah yang benar. Kasihan orangtua yang susah payah cari biaya untuk sekolah.

Seiring berjalannya waktu, gw semakin dekat dengan keluarganya. Dengan ayah dan ibunya. Dan selama gw kenal sejak awal, gw gak tau sama sekali mengenai dirinya. Baru setelah ibunya yang dipanggil Mama bercerita, pahamlah gw. Ternyata sejak berumur 1 bulan, cewek manis ini sudah ditinggal pergi orangtuanya. Bukan meninggal, tapi pergi begitu aja dari Mamanya tanpa kabar. Sepertinya tergoda oleh wanita lain. Dan sekitar 1 tahun umurnya, Mamanya menikah lagi.

Dia yang mendengarkan hanya terdiam. Gw tatap dia. Ada rasa kasihan. Dan gw berpikir.Tapi sebatas pemikiran bahwa dia gw anggap sebagai keponakan. Hanya keponakan angkat. Status yang pada akhirnya jadi bergeser drastis! Mungkin karena seringnya bertemu dan dia mengadu, semua berubah total meskipun banyak proses.

Dalam kurun waktu kelas 1 SMK hingga kelas 3 SMK, dia sesekali menghubungi gw, ngobrol biasa. Kadang dia cerita soal sekolahnya. Semua masih biasa aja.

Suatu ketika ada notif WA masuk. Gw geser layar hp kebawah. Dia, gumam gw. Gw buka WA, lantas gw jawab.

"Om, bisa bantu aku gak?" katanya dalam chat.
"Ada apa Mel?" tanya gw.
"Nomor 3 ku bermasalah Om. Masa gak bisa 4G. Padahal kan hp ku 4G. Kenapa ya Om?"
Gw mahfum masalahnya. Kalau gak karena setingan di hpnya, pasti karena kartunya belum diupgrade ke 4G, masih 3G. Soalnya setau gw, nomornya masih yang lama.
Akhirnya gw janjian ketemu di sekolahnya, pas dia pulang sekolah. Kebetulan ada teman ceweknya yang minta benerin laptopnya. Yaudah, gw akhirnya janjian esoknya.

Siang besoknya, gw ketemu dia dan temannya. Sama-sama manis. Setelah gw berkenalan, dia cerita soal laptopnya yang gak bisa nyala. Akhirnya dia minta dicek semuanya. Ketika gw tanya kemana ngabarinnya, Meliana mendadak memotong pembicaraan.

"Ke aku aja Om ngabarinnya. Nanti biar aku kabarin Ika," katanya cepat.
Gw mengangguk. "Oke deh," jawab gw singkat.
Gak ada terbersit apapun juga saat itu, karena semuanya gw anggap biasa-biasa aja.

Akhirnya, setelah urusan dengan temannya selesai, gw dan Meliana pergi berdua meninggalkan Ika yang katanya mau dijemput pulang oleh temannya.

"Ika pulang sama siapa Mel?" tanya gw kuatir, soalnya dia sendiri di depan sekolah.
"Biarin aja Om. Nanti juga ada yang jemput," katanya seolah tak peduli.
"Pacarnya?" tanya gw penasaran.
"Tau deh. Pacarnya banyak. Jadi Om gak usah kuatirin dia."
E buset. Ketus amat dia.
"Udah ayo jalan Om. Mau bahas Ika apa mau antar aku ke gerai 3?" katanya dengan tatapan seolah gak suka kalau gw terlalu banyak bicara soal temannya.

"Ayo." Gw langsung nyalakan motor, lalu memberi helm ke dia. Dengan cepat dia naik dibelakang gw dengan posisi duduk biasa, bukan kesamping.

"Aku pakai basic Om." katanya ketika gw menoleh kebelakang melihat posisi duduknya.

Gak lama gw dan dia melaju membelah keramaian jalan, berbaur dengan kendaraan lain yang macet karena pembangunan underpass, menuju gerai 3.

Aku Mencintaimu Tapi Tak Ingin Memilikimu

Episode 2

Erika, Teman Meliana Yang Ternyata Nakal


Laptop Ika sudah selesai. Ternyata ada yang korslet di regulatornya, sehingga tegangan 19v nya gak masuk. Cuma ganti 2 kapasitor, akhirnya bisa normal. Keyboard juga error harus ganti. Ya sudah, gw eksekusi semuanya.

Beberapa hari kemudian, gw janjian lagi di depan sekolahnya. Tapi karena gw terlambat, akhirnya Meliana pulang duluan. Tinggallah Ika sendiri menunggu gw. Sampai dihadapanya, gw serahin laptopnya. Gw suruh cek. Sesaat gw nyalakan laptopnya. Dekat sekolahnya ada bangku taman yang biasa dipakai untuk duduk anak-anak sekolah jajan. Disanalah gw dan Ika duduk.

"Ada yang hilang Ka?" tanya gw.
Ika menggeleng. Tapi raut wajahnya sedih. Gw jelas bingung, takut ada file dia yang luput gw pindah.
"Koq sedih? Kenapa?" tanya gw lagi.
Ika bukannya menjawab, dia malah menitikan air mata, mulai menangis.
Gw makin bingung. Kenapa nih anak?
"Hei, cerita dong. Kamu kenapa?" paksa gw.
"Gak apa-apa Om," jawabnya pelan.
"Soal pacar" selidik gw kepo.
Dia akhirnya mengangguk.
"Dia menghina aku Om. Aku dikatain lon**, pela***, macam-macam." Dia menangis. Gw jelas iba.
bodoh banget cowok yang nyia-nyiain dia. Cewek semanis ini disia-sia? Pikir gw.
"Koq bisa seenaknya gitu dia ngata-ngatain kamu? Cowok macam apa yang bisa seenaknya ngomong kotor ke cewek?" kata gw gak suka dengan ucapan cowoknya di hp.
Ika cuma diam menunduk, masih sesengukan.
"Hmm, terus sama siapa sekarang kamu pulang?" tanya gw.
Dia menggeleng. "Gak tau," katanya pelan.
Hh, repot deh. Serba salah. Gw mau antar, helm cuma 1. Sementara ****** dimana jalur yang gw lalui sering banget ngerazia. Mau pesan ojek online, gw gak install appnya di hp gw. Dia juga katanya gak ada.
Melia! Mungkin dia punya appnya.
"Sebentar ya Ka," kata gw, lalu gw beranjak menjauh dari Ika.
Gak lama panggilan telepon gw diangkat.
"Halo Mel. Kamu punya aplikasi Go*** atau Gr** gak? Ika gak bisa pulang nih. Dia masih didepan sekolah sama saya. Saya mau antar, gak bawa helm lain. Bisa pesenin ojeknya?" kata gw panjang lebar.
"Yeee, si bambang. Katanya dia tadi langsung pulang. Dia masih disana Om? Modus aja dia. Bilang aja mau ambil ayah aku. Gak. Om gak boleh antar dia. Awas aja kalau Om berani antar dia. Aku labrak dia di sekolah!" Melia ngegas di hp.
"Biar aku yang pesenin ojeknya Om. Suruh tunggu disitu aja dia. Aku yang bayar pakai **pay. Jangan kasih uang ke dia Om. Awas aja, pokoknya aku marah kalau Om kasih uang ke dia. Aku gak mau kenal Om lagi," ancam dia.

Gw mulai bingung. Ada apa sih sebenarnya ini?

"Sebentar Om, aku pesenin ojeknya buat antar dia pulang ke rumah," lalu sambungan terputus.

Gak lama kemudian, Meliana menghubungi gw.

"Udah Om. Ika suruh tunggu aja. Om pulang aja langsung. Awas aja kalau Om sampai berani kasih uang ke Ika. Aku beneran marah sampai kapanpun." Sambungan terputus.

Gw diam. Sumpah baru kali ini Meliana begitu. Selama ini dia biasa-biasa aja. Paling terakhir manja pas urus kartu 3 ke Gerainya. Di motor juga maunya meluk aja, tapi gak seperti sekarang ini kata-katanya. Ngancam eui.

"Sebentar ya Ka, ojeknya udah dipesenin Mel. Udah dibayar juga. Kamu tinggal naik," kata gw pelan.
Dan gak lama driver ojek online datang. Setelah basa-basi tanya nama dan tujuan, akhirnya Ika naik motor itu. Dia sempat cium tangan gw dan menatap gw dengan tatapan yang terkesan aneh.

Gak lama, dia pergi dari hadapan gw.

Dan, hp gw berdering lagi.
Meliana!
"Ya Mel."
"Udah jalan kan si bambang?" tanya dia asal aja.
"Ika, Mel. Enak aja kamu ganti nama orang." protes gw.
Disana Meliana ketawa.
"Iya ayah.... Om kan ayah aku. Jangan dekat-dekat sama Ika. Nanti ayah aku diambil dia," katanya kenes.
"Yaudah Om pulang aja. Aku juga mau bobo sebentar. Dadah Om... Aku sayang sama Om," kata dia, lalu suara itu menghilang.

Hhhhhh....
Ayah... Om... Anak... Keponakan..
Mana yang benar.
Ah au ah..

--------


Malam, gw coba menghubungi Erika, nama panjang Ika. Tanpa sepengetahuan Meliana, gw sempat minta nomor Ika tadi siang itu. Gak ada niat apa-apa sebenarnya, cuma untuk mastiin kalau laptopnya baik-baik aja. Andai ada masalah atau ada yang ingin dia tanya kan jadi gampang.

Tapi karena kejadian tadi siang itu, gw malah penasaran. Ada apa sih sebenarnya?

Gw hubungi Ika melalui WA. Eh, aktif ternyata.
"Hai, Ika. Om Hendra nih." sapa gw di WA.
Gak lama chat gw dibalas.
"Ya Om." katanya singkat.
"Maaf ya, saya gak bisa antar kamu tadi siang." gw meminta maaf.
Gak ada balasan.
Tapi kemudian gw lihat dia ngetik.
"Iya Om. Gpp. Ika ngerti koq."
"Hmm, ada apa sih sebenarnya kamu? Koq bisa sampai segitunya pacar kamu memaki-maki kamu seperti itu?" Gw mulai membuka pembicaraan penting.
"Gpp Om. Aku emang pantas dihina koq. Bahkan andai aku matipun gak akan ada yang menangisi aku."
Beuh... Berat kata-katanya.
"Koq gitu. Ya adalah pasti. Orangtua kamu pasti sedihlah," kata gw coba menghibur.
"Mama sibuk sama urusannya Om. Aku gak dekat sama Mama," katanya.
"Lalu ayah kamu?" tanya gw.
Gak ada jawaban.
Sesaat kemudian dia menjawab, "Papa udah meninggal lama Om."
Deg. Ternyata Erika anak yatim!
"Maaf ya Erika. Saya gak tau kalau Papa kamu udah gak ada. Maaf banget," kata gw merasa gak enak.
"Gak perlu minta maaf Om. B aja," Ika membalas.
"Om dekat banget sama Mel ya. Iri deh ngeliat Mel sama Om sedekat itu."
Gw cuma bisa senyum membaca chat Erika.
"Saya sama Mel sebatas anggap Mel keponakan angkat saya. Selama ini saya sama Mel emang dekat sih. Kenapa emang?" gw pancing dia.
"Ah, gpp Om. Aku juga dulu punya Om yang dekat aku. Tapi dia sekarang udah pergi ninggalin aku."
Lama gak ada tulisan dia lagi. Gw coba melanjutkan pembicaraan.
"Om kandung?" tanya gw.
Eit, centang 1.
Udah offline dia.

------


Beberapa hari kemudian, telpon gw berdering. Panggilan dari Mel!
"Om bisa kerumah Mel gak?" tanyanya dari seberang sana.
"Ada apa Mel?"
"Hp ku yang Vi** Y15 jatuh. Sekarang mati gak nyala sama sekali. Benerin dong Om. Om sayang aku kan?" katanya merayu.
Hhhhh, selalu aja ada masalah soal barangnya.
"Kamu tuh gak hati-hati banget sih Mel," omel gw.
"Yaudah kalau Om gak mau bantuin Mel. Mel gak mau telpon Om lagi."
Hening disana, tapi telpon gak dimatikan.
"Iya iya..Nanti saya mampir kesana. Saya lagi pasang jaringan wifi di Gatot Subroto. Nanti saya kabarin," gw akhirnya ngalah.
"Makasih Om sayang. Mel tunggu ya. Dadah.."
Sambungan terputus.
Ini anak maunya apa ya? kata gw dalam hati.

Setelah selesai dengan pekerjaan gw, gw bilang sama teman kerja gw untuk buru-buru pulang.
"Ada apa sih?" tanya kawan gw.
"Gak. Ada perlu sedikit aja," kata gw gak banyak omong.
"Tapi gw masih urus tagihan dulu. Kalau lu mau pulang duluan, naik Go*** aja. Bisa kan," pintanya.
"Ok deh," kata gw.
"Peralatan bawa aja ke mobil dulu," kata dia sambil ngasih kunci mobil ke gw. Gw jalan ke arah parkiran untuk naruh peralatan kerja. Setelah selesai, gw balik ke kawan gw untuk nyerahin kunci mobilnya. Setelah itu gw pesan ojek online untuk segera datang ke rumah Mel.

Sampai disana, Mel udah nunggu gw. Wajahnya sumringah banget. Padahal hpnya katanya rusak.

"Mana hp kamu," tanya gw lembut.
"Udah nyala Om. Gak taunya baterenya habis banget." Dia senyum seakan gak ada beban.
Ampun dah nih anak. Buru-buru gw kesini, gak taunya hpnya cuma kehabisan batere?
"Om marah?" tanyanya lucu.
Gw ketawa. Bener-bener deh nih anak.
"Mama sama Papa kemana?" tanya gw, soalnya gw gak ngeliat mereka berdua.
"Lagi kondangan Om. Malas aku ikut. Mendingan sama Om disini." Senyum lagi dia.
Gw tatap matanya, lama-lama dia nunduk.
"Ohya. Erika anak yatim ya?" tanya gw memecah kebisuan diantara gw berdua.
Dia nampak terkejut.
"Koq Om tau? Tau darimana?" tanyanya penuh selidik.
Duh begonya. Kenapa juga gw mesti ngomong sama Mel. Padahal diam aja bisa.
"Om punya nomornya ya? Dikasih Ika atau minta?" nadanya terkesan gak suka.
Saya diam sejenak.
"Saya minta untuk urusan laptop." terang gw pada akhirnya.
"Hmmm. Gitu ya." Dia diam.
Gw pun diam.
"Kalau Mel minta Om hapus nomornya, Om mau penuhin permintaan Mel gak?" katanya pelan. Matanya berharap gw memberi jawaban sesuai kemauannya.
"Kasih saya alasan dulu, kenapa saya harus hapus nomor Erika," protes gw.
"Nanti Mel kasih tau. Mel janji."
Gw lihat matanya penuh harap.
"Ok..Saya hapus didepan kamu, termasuk WAnya."
Dia tersenyum senang.
Gak lama gw hapus nomor Erika. Gw hapus juga nomor WAnya dari WA langsung. Lalu gw geletakin hp di meja.
"Sekarang, kasih tau alasannya ke saya." pinta gw.
Mel menghela nafas. Lalu dia bicara yang membuat gw seakan gak percaya.
"Erika cewek nakal Om. Dia suka main dengan banyak cowok demi uang. Bahkan Guru TU aja diporotin uangnya. Aku pernah antar dia ke TU waktu sepi. Aku disuruh tunggu diluar, lama banget. Gak lama dia keluar sambil senyum-senyum, tapi bajunya rada kusut." Mel terdiam sejenak.

"Kamu cerita benar?" tanya gw gak percaya.
"Ya benarlah Om. Kan aku teman dekatnya. Bahkan aku pernah diajak dia cari uang dari aplikasi untuk dipesan gitu deh. Tapi aku nolak mentah-mentah."
"Open BO?" tanya gw cepat.
"Iya, itu." jawabnya.
"Koq Om tau?" tanyanya heran.
"Yeeee, cuma tau doang. Emang kalau tau terus pasti ngelakuin?" sanggah gw.
"Nah itulah Om. Aku gak mau kalau Om jatuh ke Erika. Gak boleh." Dia tatap mata gw. Ada tatapan penuh harap disana.
"Aku gak mau ayahku, Omku diambil Erika." Dia memainkan jarinya, lalu menggigit kukunya. Kebiasaan buruk. Tapi ada airmata sedikit disudut matanya.
Hei, dia menangis!

Gw bangkit dari duduk gw, lalu bersimpuh didepannya. Gw pegang kedua tangannya.

"Dengar Mel. Saya gak akan pernah ninggalin kamu. Selama ini apa yang saya bisa bantu buat kamu, akan saya lakukan. Saya juga minta nomor ke Erika cuma untuk urusan pekerjaan, bukan yang lain. Toh saya juga baru tahu soal Erika dari kamu. Dan nomornya sudah saya hapus."

Sejenak gw diam.

"Kamu boleh anggap saya siapa aja. Ayah, Om, teman, bebas. Terserah kamu. Dan saya gak pernah peduli kamu anggap saya apa aja."

"Kamu masih muda. Jalan kamu masih panjang. Pilih jalan yang kamu suka, yang kamu mau. Saya bantu kamu untuk meraihnya, semampu saya."

"Paham ya Meliana." kata gw akhirnya.
Dia mengangguk dan tersenyum.

(2tahun berjalan kemudian barulah gw paham kenapa dia sampai menangis gak mau gw dekat dengan Erika. Ternyata meskipun Meliana dan Erika terlihat dekat, mereka punya rahasia yang mereka simpan sendiri seolah-olah tidak saling tahu. Pacar Meliana ternyata sudah diajak tidur oleh Erika, dan sudah sering. Bahkan Meliana sempat melihat video Erika saat mandi, yang direkam sendiri, dan dikirim ke hp pacar Meliana. Itulah sebabnya Meliana memutuskan pacarnya, dan membuat pacar Meliana berang lalu memaki-maki Erika. Ternyata yang memaki-maki Erika saat gw berdua dia didepan sekolah melalui hp itu adalah Eky, pacar Meliana yang diputusin Meliana. Eky menganggap Erika ngadu ke Meliana, padahal Meliana tanpa sengaja membaca semua chat Eky dan Erika di hp Eky. Padahal sehari-harinya Erika ini berhij**. Tak pernah lepas dari hij**nya. Dan kebetulan SMK tempat Meliana dan Erika bersekolah adalah SMK Yayasan Is***).

Begitulah.
Semenjak itu, gw gak pernah lagi berhubungan dengan Erika, karena janji gw pada Mel. Bagi gw, selama Mel membutuhkan gw, gw akan selalu ada buat dia. Pun andai Mel udah gak ngebutuhin gw, gw akan ikhlas pergi. Toh selama ini bukan gw yang butuh Mel, tapi Mel yang butuh gw.

Dan selama hubungan terus berjalan, gw tetap anggap Mel adalah keponakan angkat gw. Sementara Mel tetap menganggap gw adalah ayah, Om, dan apalah sebutannya lagi yang gw gak pernah peduli.

Lantas apakah selama itu gw memanfaatkan posisi gw terhadap Mel? Gak sama sekali. Bahkan meskipun Mel manja kepada gw, gw gak pernah sekalipun memeluk dia. Cuma sesekali aja mengacak-acak rambutnya yang lebat. Benar-benar tulus buat membantu dia. Gak ada perasaan apapun juga. Cuma rasa sayang yang tulus. Gak ada nafsu sama sekali.

Bahkan meskipun gw tahu kehidupan Erika, gw gak pernah berusaha menghubungi Erika untuk macam-macam. Itu karena gw menjaga benar janji gw pada Meliana.


Aku Mencintaimu Tapi Tak Ingin Memilikimu

Aku Mencintaimu Tapi Tak Ingin Memilikimu

Episode 3 : Konflik di Dalam Keluarga Meliana (Post #1)
Episode 4 : Mel Ada di Lampung Selatan (Post #1)
Episode 5 : Rahasia Kawan Gw Yang Gw Pegang Sampai Sekarang! (Post #1)
Episode 6 : Rahasia Terbesar Mel Mulai Terkuak. Sedih! (Post #17)
Episode 7 : Mel Seperti Barang Jaminan Oleh Mamanya (Post #17)
Episode 8 : Mel Akhirnya Membuka Diri, dan Gw Gak Nyangka! (Post #22)
Episode 9 : Mel Akhirnya Menyatakan Perasaannya Selama Ini Ke Gw (Post #25)
Episode 10 : Ide Gila Yang Diminta Meliana Kepada Gw Untuk Mamanya (Post #28)



Diubah oleh i.am.legend. 01-05-2021 17:09
bukhorigan
aml2103
shibasamurai623
shibasamurai623 dan 32 lainnya memberi reputasi
33
11.8K
154
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
#1
Aku Mencintaimu Tapi Tak Ingin Memilikimu

Episode 3

Konflik di Dalam Keluarga Meliana


Meliana menghubungi gw. Dia terdengar panik. Katanya dia dan Mamanya keluar dari rumah.
"Mama sama Papa ribut Om. Sekarang aku nemenin Mama. Belum tau mau kemana," kata dia lirih dari suara di telpon.
"Masalahnya apa? Kamu dimana sekarang?" tanya gw kuatir.
"Ini lagi diluar. Kayaknya aku mau nginap di hotel aja Om yang murah-murah. Dimana ya." tanyanya.
Dimana ya? Gw mikir. Gw bingung.
"Gak usah ke hotel Mel. Coba kamu pakai Redd**** aja ya. Lebih murah. Buat sama Mama aja kan? Cari yang disekitaran sini aja," kata gw akhirnya.
"Kamu dimana sekarang?" Gw penasaran. Dimana nih anak sekarang. Tapi gak dijawab.
Lama akhirnya ada chat.
"Nanti aku kabarin Om," katanya singkat.

Gw ingat beberapa waktu lalu. Hubungan antara Mamanya dengan Papanya emang sedikit bermasalah. Mel sebenarnya punya 1 adik perempuan hasil pernikahan Mamanya dengan Papa tirinya. Dan sekarang Papanya bersama adiknya ada dirumah.

Dia cerita bahwa Mamanya dicurigai berselingkuh dengan seorang laki-laki. Tapi Mamanya bersikeras gak melakukan hal yang dituduhkan oleh Papanya. Dan Mel selalu membela Mamanya karena dia percaya dengan pengakuan Mamanya.

Bahkan gw juga hampir dicurigai ada hubungan dengan Mamanya. Tapi akhirnya Papanya minta maaf ke Meliana. Kalau sebenarnya gw emang gak ada hubungan apa-apa dengan Mamanya. Selama ini gw dekat dengan Meliana hanya sebatas hubungan baik antara keponakan angkat dengan Om angkat. Hehehe... Dan itu gak lebih.

Tapi ternyata justru Mel salah. Apa yang diyakininya ternyata salah besar. Hal itu bermula ketika Mel menemukan foto-foto Mamanya dengan seorang laki-laki bertelanjang dada dalam sebuah kamar, dan Mamanya tak berjilbab, sementara rambutnya terlihat basah.

Mel sempat menanyakan hal ini pada Mamanya. Tapi Mamanya justru marah dan mengatakan bahwa didalam kamar itu ada beberapa orang lain, bukan hanya dia dan laki-laki itu.

Karena Mel sangat menyayangi Mamanya, maka Mel mengalah. Dia hanya diam tak mau membahas soal itu lagi.

Dan sekarang saat Mamanya ribut dengan Papanya, alhasil Mel ikut Mamanya.

------


Dari pertama Mel menghubungi gw kabur dari rumah bersama Mamanya, itu sekitar jam 5 sore..Dan sekarang udah jam 11 malam. Mel gak bisa dihubungi. Hpnya mati. Gw udah coba menghubungi beberapa kali, tetap gak bisa.

Selang beberapa lama, saat gw lagi bikin trit buat BP Kaskus, suara notif WA berbunyi. Gw geser kebawah layar hp. Mel.
Langsung gw buka WA.
"Om," sapanya singkat.
"Ya Mel. Dimana kamu?" tanya gw kuatir.
"Aku dirumah saudara, Om, di daerah Tebet."
Ah, syukurlah. Berarti mereka baik-baik aja.
"Terus gimana keadaan Mama," tanya gw.
"Baik Om. Cuma tadi nangis terus. Sekarang sih udah diam."
Hmm, wajarlah. Namanya juga cewek, kalau ada masalah pasti gak jauh dari nangis.
"Lantas kapan kamu pulang ke rumah?"
Diam sebentar, lalu terlihat Mel sedang menulis sesuatu.
"Gak tau Om. Lihat nanti aja."
"Maaf ya Om, Mel selalu merepotkan Om." katanya lagi.
"Hush. Jangan bicara begitu Mel. Saya gak merasa terbebani koq. Yang penting kamu baik-baik aja disana," jawab gw berusaha menghibur dia.
"Yaudah Om. Nanti Mel kabarin lagi ya. Dadah Om sayang."
"Bye Mel." Dan pembicaraanpun berakhir.

Perasaan gw tenang. Yang penting Mel dan Mamanya baik-baik aja. Jadi malam ini gw bisa lalui tanpa mengkhawatirkan keadaan dia.

------


Siang hari, Mel menghubungi gw. Ini hari Sabtu.
"Om, aku udah balik ke rumah," katanya.
Gw bingung. Kemarin kabur. Sekarang udah pulang lagi ke rumah. Wkwkwwk..
"Lha, gimana ceritanya? Tiba-tiba kamu udah dirumah lagi?" tanya gw bingung.
"Iya Om. Papa jemput aku sama Mama. Papa minta Mama untuk pulang. Papa minta maaf ke Mama. Yaudah akhirnya Mama mau juga pulang."
Ooo, pantas.
"Berarti sekarang Mama udah akur sama Papa?"
"Ya gitu deh. Tapi Mama masih banyak diam. Dari tadi main hp aja. Gak tau chat sama siapa, soalnya aku lihat di statusnya online."
"Yaudah, biarin aja. Yang penting masala udah selesai. Biarin mereka nyelesain masalahnya, kamu gak usah ikut campur," kata gw mengingatkan.
"Ya Om." jawab Mel singkat.
Lama chat berhenti, sampai Mel kirim pesan lagi.
"Om," panggilnya.
"Ya," jawab gw.
"Makasih ya Om selalu membantu Mel," katanya.
"Udah jangan pikirin itu. Selama saya bisa bantu kamu, saya akan bantu Mel."
"Dah Om. Luv U."

Hhh..
Dan semenjak kejadian itu, gw dan Mel hampir gak pernah berkomunikasi. Dan kasus Covid-19 mulai merebak. Alhasil semua fokus pada keamanan diri masing-masing. Kehidupan bermasyarakat berubah drastis dengan adanya wabah Covid-19. Gw sendiri merasakan dampaknya. Benar-benar memukul ekonomi keluarga.

Aku Mencintaimu Tapi Tak Ingin Memilikimu

Episode 4

Mel Ada di Lampung Selatan


Beberapa bulan kemudian Meliana lulus dari SMK. Kelulusan yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dimana setiap acara kelulusan pasti dibarengi dengan event tahunan. Kali ini tidak. Dia bercerita jika lulusnya dia tanpa greget sama sekali. Covid-19 Effect.

Dan 2 bulan berikutnya dia mengatakan akan pergi ke Lampung Selatan, tanah kelahirannya. Meliana memang lahir disana. Setelah sebulan kelahirannya, ayahnya pergi meninggalkan mereka begitu saja. Tinggallah Meliana hidup dengan Mamanya. Dan karena Meliana memang termasuk dari keturunan keluarga berada, maka hidupnya tak kurang apapun juga. Namun Mamanya yang tak mau berhutang budi pada keluarga besarnya memutuskan merantau ke Jakarta begitu Meliana berusia 10 bulan. Hal itu dilakukan untuk menghindari omongan orang sekitar perihal kepergian suaminya yang ditengarai jatuh ke pelukan wanita lain.

Dan ketika Meliana berusia sekitar 1 tahun, Mamanya menikah siri dengan seorang laki-laki yang jatuh cinta padanya dan berjanji akan merawat Meliana hingga besar.

Rencana kepergian Meliana ke Lampung Selatan tempat kelahirannya adalah untuk menemui Kakeknya. Namun Kakek yang dimaksud ini bukanlah ayah dari Mamanya, namun adik dari ayah kandung Mamanya. Meliana sebenarnya kurang suka dengan Kakeknya ini karena sifatnya yang angkuh dan suka merendahkan orang lain. Berbeda jauh dengan kakek kandungnya yang berperangai santun. Itulah sebabnya Meliana suka merindukan sosok kakek kandungnya yang sudah meninggal kala Meliana masih duduk di sekolah dasar kelas 6.

Singkat cerita akhirnya Meliana sudah ada di Lampung Selatan. Dia menghubungi gw lewat WA.
"Om, aku lagi di Lampung Selatan sekarang," katanya kala itu.
Gw yang memang sudah tahu rencana kepergiannya gak kaget lagi. Cuma entah kenapa tiba-tiba ada perasaan aneh yang datang kedalam diri gw. Gw tiba-tiba takut merasa kehilangan Meliana. Perasaan yang selama ini sama sekali gak pernah ada dalam diri gw selama kenal dan dekat dengan Mel.

Kenapa gw tiba-tiba merasa takut kehilangan? Ini karena Mel berencana kuliah Keperawatan disana atas biaya kakeknya yang sombong itu. Namun entah kenapa, dari sekian banyak cerita Meliana mengenai kakeknya ini, gw menilai cuma omdo. Ya, kakeknya omdo mengenai niatnya untuk membiayai kuliah Meliana.

Logikanya begini. Jika benar dia tulus ingin membantu Meliana kuliah, seharusnya dia membebaskan Meliana untuk kuliah dimana Mel bisa hidup nyaman, yaitu di Jakarta. Sementara kampus Keperawatan begitu banyak di Jakarta ini. Kenapa harus di Lampung Selatan?

Dan waktu Meliana hanya terbuang percuma, karena Mel hanya disibukan dengan mencari kampus Keperawatan disana namun selalu saja ada perdebatan diantara keluarga kakeknya. Dan soal rencana kuliah Meliana disana sebenarnya tidak disetujui 100% oleh keluarga adik dari kakeknya. Hal itulah yang membuat Mel tidak nyaman. Hingga pada akhirnya gw marah dan menyuruh Mel untuk segera pulang.

"Kakek kamu cuma omdo. Kalau benar dia mau membiayain kamu kuliah dengan tulus, gak perlu pakai syarat harus disana. Toh di Jakarta banyak Akademi Keperawatan dan Universitas yang punya jurusan keperawatan yang bagus, grade A atau B. Kenapa harus disana?" Emosi banget gw.
"Gak tau Om. Kakek mintanya Aku kuliah disini. Kalau di kota lain katanya dia gak mau biayain," kata Mel dengan nada sedih.

"Yaudah kamu pulang aja. Kita cari keperawatan di Jakarta. Kamu kan punya KIP. Kenapa gak pakai itu aja. Biar nanti kita urus KIP Kuliahnya. Kamu pulang," saran gw.

"Iya Om. Nanti aku bilang Mama." Mel mengakhiri chatnya di WA.

Beberapa hari WA Mel gak aktif. Semua chat gw centang 1. Seennya hanya terlihat 1 hari dari terakhir gw chat. Ada rasa kangen dihati gw. Candaan-candaannya yang bikin gw ketawa lepas. Binar matanya yang indah. Alisnya yang melengkung bagus, khas orang melayu. Asli gw kangen!

Seminggu lebih Mel diluar sana, dan akhirnya kabar dari Mel datang juga. Telp WA berdering. Mel menghubungi gw.

"Halo Mel. Kemana aja kamu gak ada kabar?" kata gw penuh rasa kangen.
"Maaf Om. Aku baru bisa hubungi Om. Sekarang Mel udah dirumah. Kapan Om bisa kerumah?" katanya kemudian.
"Serius kamu udah dirumah?" tanya gw gak percaya.
"Iya Om. Mama mau ngobrol sama Om," katanya lagi.
"Kapan ya. Besok deh saya kerumah." Gw menyanggupi untuk datang besok.
"Ok Om. Mel tunggu ya."
"Siap Tuan Puteri."
Sepi. Hubungan terputus. Gw cek WA. Semua chat gw udah ceklist 2 dan dibaca Mel.
Eh gw lihat Mel lagi nulis. Sesaat kemudian chat masuk.
"Om...," tulisnya singkat.
Gw langsung jawab, "Ya Mel."
"Mel sayang Om," katanya.
Hhhh.... Sesak dada gw.
Gw tau persis, dia nulis itu bukan cuma buat baper gw.
"Saya juga sayang kamu Mel," kata gw tulus.
Dia lalu kirim emot senyum dan lambang hati.
Gw balas dengan emot pelukan.

Ah, Meliana.
Kamu tetap saya anggap sebagai keponakan angkat, gak lebih. Jangan sampai hal ini bergeser, sebab saya akan sulit menempatkan hati.

------


Gw udah dirumah Mel bersama Mamanya. Mamanya yang juga cantik seperti anaknya duduk disisi Mel. Me sendiri duduk disamping kiri gw.
"Gimana Om. Kira-kira bisa diurus gak untuk Mel kuliah?" tanya Mamanya penuh harap.
"Bisa Mbak. Emang sekolah Mel gak ngurusin murid-muridnya ya?" gw balik tanya.
"Gak tau Om. Orang kartu KIPnya aja dikasih gurunya pas Mel udah lulus."
Gw heran sih. Seharusnya kan kartu KIP diberikan oleh pihak sekolah ke siswa yang berhak. Ini justru dipegang oleh pihak sekolah tanpa diketahui siswa yang mendapatkan KIP. Aneh kan? Bahkan ketika gw dan Mel memeriksa saldo KIPnya, nol.
Akhirnya gw bantu Mel untuk mengurus KIP Kuliah. Semua pertanyaan di form isian KIP Kuliah gw tanyakan ke Mamanya Mel. Gw juga minta berkas-berkas yang diperlukan untuk diupload ke form isian KIP Kuliah.

Setelah selesai dan lengkap, pendaftaran KIP kuliah gw download. Lengkap sudah. Disana tercatat Desil>4. Tapi gak masalah. Nantinya andai Del diterima di sebuah Universitas, pihak kampus akan mengkroscek isian form Del dengan keadaan sebenarnya.

Namun ada hal sedih setelahnya. Gw yang gak tau sama sekali jadwal UTBK terpukul banget. Ternyata pendaftaran UTBK udah tutup. Alhasil Mel gak bisa ikut UTBK. Kesempatan tinggal ikut jalur Mandiri.

Sayangnya ketika Mel tengah menunggu jadwal tes jalur Mandiri, Mamanya meminta Mel untuk bekerja. Mel bimbang antara melepas keinginannya untuk kuliah, atau bekerja untuk menopang ekonomi keluarga yang porak poranda akibat wabah Covid-19.

Berat sebenarnya keputusan yang harus diambil. Tapi akhirnya Mel berbesar hati. Dia akhirnya melamar pada sebuah Restaurant sebagai waitress dan diterima.

Disini pupus udah harapan gw untuk melihat Mel kuliah dan menunjukan pada keluarganya di Lampung Selatan bahwa Mel bisa kuliah tanpa bantuan mereka.

Akhirnya gw dengan berat hati mendengar Mel mulai bekerja.
Banyak cerita Mel yang menyesakkan dada. Ditempatnya bekerja, pemilik Restaurant bersikap arogan dan mau menang sendiri. Sebagai Waitress, Mel ternyata juga harus mengerjakan banyak pekerjaan yang gak sesuai dengan tugasnya. Kadang dia menjadi Kasir. Kadang menjadi Cook. Sampai Mel stress dan tangannya luka terkena pecahan gelas yang tak sengaja tersenggol dan pecah. Namun karena tak mau menganggur, Mel tetap menjalaninya dengan ikhlas.

Namun beberapa bulan kemudian, Mel berubah pikiran. Dia ingin kuliah. Gw jelas mendukung.
Sayangnya jalur Mandiripun sudah ditutup. Ada beberapa yang masih berjalan dan dibuka, namun mengajukan syarat nilai UTBK, sementara Mel sendiri gak ikut UTBK.
Setelah mencari-cari, cuma ada jalur Reguler. Itu artinya KIP Kuliah gak bisa dipakai, sebab ketika mendaftar, maka biaya pendaftaran harus dibayar terlebih dahulu. Ada yang tak mensyaratkan biaya pendaftaran online. Namun ketika mendaftar, tiba-tiba saja datang SMS dan WA bahwa Mel sudah diterima di sebuah Universitas Swasta dengan jurusan Keperawatan di bilangan Kalibata-Cawang. Penasaran Mel kesana bersama Mamanya. Dan ketika bertemu dengan pihak Administrasi Kampus, Mel diharuskan membayar biaya ini itu, sementara KIP Kuliah tidak berlaku. Alhasil Mel mundur karena tak sanggup membayar biaya yang jutaan.

Sedih sih. Gw sendiri gak bisa membantu lebih jauh.
Dan lenyap sudah kesempatan Mel untuk kuliah ditahun 2020. Tutup buku.

Namun Mel tetap tersenyum dengan manisnya.
"Gak apa-apa Om. Udah takdir aku gak bisa kuliah. Biar aku bantu Mama aja dengan tetap bekerja," ujarnya suatu ketika.
Gw tatap gadis manis dihadapan gw.
"Tapi kamu tetap punya keinginan untuk kuliah kan Mel?" tanya gw.
"Masih sih Om. Tapi apa bisa?" katanya bimbang.
"Masihlah. Masih ada kesempatan kamu 2 tahun pakai KIP Kuliah," terang gw. "Kalau tahun ini kamu gagal kuliah, masih ada tahun besok sampai tahun 2022." "Kita coba tahun depan ya Mel." kata gw mencoba menghibur dirinya.
"Iya Om. Makasih ya Om udah banyak bantu Mel selama ini. Jangan bosan bantu Mel ya," katanya lirih sambil mencoba untuk tetap tersenyum.
Gw kucek-kucek rambutnya sambil tertawa.
"Gak usah pikirin hal itu Mel," gw membalas kata-katanya.


Aku Mencintaimu Tapi Tak Ingin Memilikimu

Episode 5

Rahasia Kawan Gw Yang Gw Pegang Sampai Sekarang!


"Mel, saya mau ngomong sesuatu yang penting tentang kamu, tapi jangan marah ya." kata gw suatu hari dengan hati-hati banget.
"Apa Om? Ngomong aja." jawab Mel.
Gw ragu. Tapi akhirnya gw tulis juga sebuah kalimat buat dia di WA.
"Saya pernah jalan sama Abi Farhan waktu itu. Dia bahas soal kamu, kayaknya kesal banget. Ada apa sih?" gw mulai dengan pertanyaan mengenai pembicaraan gw dengan kawan gw yang pertama kali mengenalkan gw dengan Mel.
"Emang Abi Farhan ngomong apa Om?" balasnya.
"Abi ngomongin kamu, katanya kamu kerjaannya pacaran aja kesana kemari sama cowok kamu. Emang kamu udah punya cowok?"
Mel gak langsung menjawab. Namun akhirnya dia membalas.
"Koq Abi Farhan gitu sih Om. Padahal aku hormati Abi lho Om. Abi baik sama aku. Ummi Ina juga baik ke aku. Tapi koq Abi ngomongin aku dibelakang aku," katanya.
"Terus Abi Farhan ngomong apa lagi Om?" tanyanya kemudian.
"Iya, katanya kamu gak mikirin sekolah. Mikirinnya pacaran aja. Pulang malam. Paling-paling kamu udah gak virgin katanya."
Hening. Lama. Gw mulai gak enak hati.
Ada rasa kuatir dia marah dengan kata-kata gw. Tapi akhirnya Mel terlihat sedang menulis.
"Om masih suka ketemu Abi Farhan gak? Ngobrol gitu," tanyanya.
"Udah lama gak pernah ketemu Mel. Kenapa?" gw balik tanya.
"Aku mau cerita, tapi janji ya Om jangan pernah cerita lagi ke Abi Farhan," pintanya.
"Ok, saya janji. (Dan janji gw ini sampai sekarang gw tepati. Gw gak pernah bahas hal ini meskipun gw kini tau busuknya kawan gw yang selalu bicara tentang agama).
Gw tunggu Mel mengetik kata-kata. Lumayan lama. Akhirnya...
"Waktu itu Mel nginap dirumah Abi Farhan. Mel tidur disamping Ummi Ina. Tadinya Mel tidur di kasur berdua. Mel gak tau sejak kapan Abi Farhan tidur disamping Ummi Ina, berseberangan dibatasi badan Ummi Ina. Nah, tiba-tiba aku merasa dada aku ada yang meraba. Aku kaget Om. Aku reflek bangun. Ternyata tangan Abi Farhan ada diatas dada aku. Aku langsung tepis tangannya. Tapi aku gak berani menegur langsung, takut Ummi Ina bangun. Dia kaget. Lalu dia pergi Om."
"Nah siangnya dia minta maaf bilang ke aku kalau dia gak sengaja. Dia mau meluk Ummi Ina katanya, tapi tangannya gak sengaja nyentuh dada aku."
Hmmm… Setan juga lu Farhan. Muka lu doang yang ditumbuhi jenggot. Tetap aja nafsu lu bikin kepala elu bertanduk!
"Om jangan cerita lagi atau menegur Abi Farhan ya," pintanya.
"Iya Mel. Saya janji. Percayalah."
Diam sejenak.
Lalu gw mulai bertanya lagi.
"Emang kamu benar udah punya pacar? Yang mana sih?' tanya gw.
"Ada sih Om. Tapi Mel cuma gitu-gitu aja koq pacarannya. Jalan-jalan, ngobrol. Cuma gitu aja. Paling dia cuma berani cium pipi," kata Mel.
Hmmm…
"Om pernah koq ngeliat pacar aku. Cuma Om gak terlalu merhatiin soalnya lagi cek laptop aku."
"Koq tega banget ya Abi Farhan sampai bilang kamu udah gak virgin gitu," kata gw.
"Om mau bawa aku ke dokter? Biar Om tau aku masih virgin?" tantangnya.
"Hush, gak gitu juga kali," kata gw jengah.
"Yaudah, yang penting sekarang saya tahu dari mulut kamu langsung."
"Om…," Mel manggil gw singkat.
"Ya Mel," balas gw.
"Jangan tinggalin Mel ya. Mel udah anggap Om sebagai ayah Mel. Om Mel. Mel sayang banget sama Om," katanya.
"Iya, saya janji Mel. Gak akan. Apapun yang terjadi, saya akan tetap disamping kamu." kata gw meyakini dirinya.

Dan pembicaraan itu berakhir.
Gw geleng kepala dengan kelakuan kawan gw. Bukti, bahwa nafsu ada dimana aja. Gak peduli dia berjenggot atau gak. Doyan ngomong agama atau gak. Dan munafik itu selalu ada tanpa pilih tempat.

------


Gw jarang berkomunikasi dengan Mel, sebab urusan kuliah Mel ditunda. Dia juga sibuk kerja.
Dan suatu hari Mel menghubungi gw, bilang katanya hp Vi** Y15nya pecah layarnya. Dia minta tolong gw untuk memperbaiki. Gw iyain aja. Malamnya dia datang bersama teman kerjanya, cowok. Sikap keduanya biasa aja. Bahkan ketika dia gw tanya siapa cowok itu, dia cuma bilang Fakboy. Gw sih biasa-biasa aja. Bahkan gw bilang ke dia kalau cowok itu ganteng. Pantaslah jadi pacar dia. Dia malah ketawa.

Akhirnya hpnya gw pegang. Lumayan mahal layarnya, hampir 500 ribu. Gw tanya ke dia, kapan mau beli layar. Dia bilang nunggu gajian. Ok deh. Gak masalah.

Dan setelah dia pulang, gw chatan dengan dia.

"Gimana Om tanggapan Om sama cowok tadi?" katanya enteng.
"Keren sih. Ganteng. Cocok sama kamu," kata gw jujur tanpa pretensi apa-apa.
"Ah, dia fakboi Om. Mukanya aja kelihatan keren. Padahal gak gitu Om," kata dia membalas chat gw.
"Yaudah, kalau dia fakboi, tinggalinlah. Cari yang lain yang benar," saran gw.
"Cariin," balas dia.
"Halah. Kamu yang mau pacaran masa saya yang harus cariin," tolak gw. Ngaco aja nih anak.
"Cariin yang kayak Om," katanya lagi.
Gw ketawa. Ada-ada aja.
"Carilah Mel yang sesuai dengan pilihan kamu. Yang bisa bimbing kamu. Yang bisa jaga kamu. Yang minimal ada saat kamu butuh dia," gw mencoba memberi kriteria buat dia.
"Susah Om. Mana ada. Rata-rata semua fakboi. Didepan aku aja kayak baik-baik, dibelakang tidur sama yang lain," jawabnya enteng.
"Gimana Om sama Erika? Suka chatan gak?" tanyanya, entah serius atau bercanda.
"Gak. Saya kan gak tau nomornya. Kan saya hapus didepan kamu Mel," jelas gw jujur.
"Oh, kirain. Kan Erika jago tuh Om. Om pasti suka," kata dia lagi.
"Hei, udah. Jangan ngomongin orang lain. Jalani aja hidup kita baik-baik. Karena belum tentu kita lebih baik dari orang yang kita omongin." ingat gw ke Mel.
Hening. Gak ada chatan.
"Kenapa Mel?" tanya gw hati-hati.
Diam.
"Gak Om," balasnya kemudian.
"Oh ya Om. Aku mau cerita. Tapi cuma Om yang boleh tau. Janji ya," pintanya.
"Ok, seperti biasa. Saya janji."
"Sebentar ya Om. Nanti aku chat lagi. Jangan kemana-mana Om."
Weleh. Katanya mau cerita, tapi malah nyuruh gw nunggu.

Aku Mencintaimu Tapi Tak Ingin Memilikimu



Aku Mencintaimu Tapi Tak Ingin Memilikimu
Diubah oleh i.am.legend. 01-05-2021 21:22
knoopy
rinandya
g3nk_24
g3nk_24 dan 6 lainnya memberi reputasi
7