Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Kasus Dayana Dan Gothamchess, Kenapa Netizen Indonesia Banyak Bacot Dan Kasar?




Netizen adalah segalanya buat pelaku media sosial, netizen bisa menjadi pundi rupiah bila kita dapat memanagenya dengan benar. Namun netizen juga bisa menjadi musibah ketika kamu berbuat kesalahan.

Tapi ada yang unik kenapa netizen Indonesia di ranah media sosial cenderung banyak bacot dan kasar, sukanya bikin rusuh? Apalagi ketika kita melihat kasus Dayana dan GothamChess yang akun mereka diserang oleh netizen dengan bully dan kata-kata tak pantas.



Sebenarnya bukan banyak bacot dan kasar juga sih, tapi netizen Indonesia itu unik apalagi kalau sudah bawa nama negara alamat mereka akan menjadi satu kesatuan. Gak peduli deh mau lo siapa, tapi kalau netizen Indonesia dah bergerak bisa runyam akun orang-orang yang bikin perkara dengan orang Indonesia.

Contoh kecil kasus Dayana dimana ia di follow oleh netizen Indonesia hingga jadi artis selebgram di negaranya, ujungnya ada sifatnya yang membuat netizen marah dan gerakan unfollow pun berkibar bahkan serangan netizen cukup luar biasa dari 2,2 juta followers bisa berkurang hingga 1,3 juta followers Dayana.



Kasus Penghinaan warga korea terhadap wanita Indobesia di media online tv, membuat netizen geram hingga akun sang pelaku pun karam karena serangan netizen.

Dan yang rame sampai Deddy Corbuzier turun tangan adalah kasus Dewa Kipas vs GothamChess hingga akun Dewa Kipas alias Pak Dadang di banned, maka GothamChess yang bernama Levy Rozman harus kena serangan netizen hingga akun youtubenya langsung memblok regional Indonesia.

Padahal apa yang diungkao Levy terlihat ketika Dewa Kipas rating konsistensi langkahnya downgrade parah, dan netizen yang membela dewa kipas tersentak ternyata berbeda ketika tangguh di permainan online.



Bahkan microsoft juga mengeluarkan data yang mengerikan, netizen Indonesia paling bar-bar kalau sudah benci ya bisa benci banget sampai melakukan doxing dan scamming. Dari 32 negara yang dikeluarkan oleh microsoft netizen Indonesia termasuk kurang beradab dan buruk bahasa alusnya tak sopan.

Sebenarnya apa sih yang melatari netizen Indonesia sampai seperti itu?

Banyak faktor menurut penerawangan ane aja nih gan, dimasa pandemi banyak kaum rebahan yang semakin banyak maka mereka ini gabut. Aslinya dalam dunia nyata baik pisan, tapi di dunia maya seperti macan garang apapun dikomentari kata-katanya pun pedas.



Jadi kalau ada publik figure yang salah sedikit langsung deh rame yang kepo, itu semua dilakukan karena mereka gabut. Apalagi banyak anak-anak yang dibekali smartphone, makin berwarna saja itu kehidupan media sosial yang rata-rata dengan nama anonim.

Mengeluarkan ekspresi dengan kegabutannya itu memang seakan tak beradab, apalagi kalau ada musuh yang sama netizen akan senang berbalas pantun.

Maka tak heran dunia digital saat ini dipegang oleh orang yang bisa memanfaatkan peluang, bahkan masyarakat kota besar lebih banyak menghabiskan waktunya di medsos dibandingkan di dunia nyata. Tanpa internet mereka seperti ikan tanpa air, untuk itu buat netizen yang saya hormati pikirkanlah apa yang ditulis dan dilontarkan akan ada konsekuensinya.



Jangan terlalu banyak baper, banyak emosi bisa stroke nanti sama sakit jiwa yang kasian orang tua kalian yang kasih makan sampean. Tapi kalau ternyata kuota beli dari hasil kerja sendiri, bahkan bisa kaya karena menghujat di medsos ane tutup mata dunia ini harus realistis karena idealis akan tersingkir oleh orang yang hidupnya realistis.

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, semoga bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.

emoticon-I Love Indonesia



"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2021
referensi : klik, klik, klik,klik
Pic : google

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star



galigulagalu
karawangportal
tien212700
tien212700 dan 37 lainnya memberi reputasi
38
13K
244
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
lonelylontongAvatar border
lonelylontong
#125
Kasusnya mirip peristiwa main hakim sendiri sih gan (ane pikir ya), proses psikologis-nya kurleb kayaknya gitu.

Ada yg kurang di kehidupan sehari2nya dan ketika ada satu pencetus, langsung meletup dijadikan saluran pelampiasan dan pemuasan.

Bedanya kalau main hakim di duta, karena resiko-nya cukup gede dan efek fisiknya itu terlihat langsung oleh mata, maka rem-nya kebanyakan orang masih jalan. Itu pun kan sudah lumayan banyak yang ke-trigger perilakunya.

Nah kalau di dumay, identitas dianggap anonim, efek dari caci maki ke korban tidak terlihat (sama mayanya), kabarnya ter-ekspos lebih luas, dll. Maka dah ga ada rem lagi. Shg jumlah pelakunya lebih masif dibandingkan jumlah pelaku main hakim sendiri di duta di masy.

Ane pikir lebih ngeri yang main hakim sih (dituduh zinah, terus diarak rame2, dituduh copet, rame2 dipukulin, dsb).

Padahal kadang bener memang begitu, itupun hukuman masy belum tentu sesuai dgn perbuatan (baru sekalinya nyopet krn kepepet, dihajar habis2an vs koruptor yg korupsi M, tapi ditonjok sekali aja nggak).

Dan kadang kejadiannya gak bener kayak gitu, kayak yang tukang service dituduh nyolong ampli itu, sampai dibakar, padahal itu yg dibawa perangkat audio yang mau diservis.

Menurut ane sih, mestinya ini bukan masalah ringan. Ini masalah berat.

Pemerintah harus mikir itu, kenapa, ada apa, bagaimana supaya bisa diperbaiki, dst.
0
Tutup