Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
AMOR & DOLOR (TRUE STORY)
Selamat Datang di Trit Kami

私のスレッドへようこそ


AMOR & DOLOR (TRUE STORY)


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI TIGA TRIT GUE DAN EMI SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT INI, KAMI DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK (LAGI) DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DI SINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR!


Quote:


Spoiler for MUARA SEBUAH PENCARIAN (TAMAT):


Spoiler for AKHIR PENANTIANKU (ONGOING):


Spoiler for PERATURAN:


Spoiler for FAQ, INDEX, MULUSTRASI, TEASER:



HAPPY READING! emoticon-Cendol Gan


Quote:
Diubah oleh yanagi92055 01-10-2020 14:23
sotokoyaaa
santet72
al.galauwi
al.galauwi dan 90 lainnya memberi reputasi
81
175.2K
3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#307
Kehilangan_Part 2
“Siapa shiroihana?” tanya dia langsung to the point.

“………” Tentu saja ini sangat mengejutkan untuk gue. Bagaimana tidak? Dia tahu ada Hana! Hana loh, bukan Arasti ataupun Tifani!

Hampir saja gue membuka mulut gue tetapi gue urungkan niat tersebut. Gue diam tanpa kata. Gue bingung, gue harus menjawab apa. Soalnya gue tidak mempersiapkan jawaban untuk pertanyaannya yang ini.

Gue hanya berpikir kalau Emi akan menanyakan mengenai Arasti dan Tifani, bukan Hana. KOK BISA-BISANYA DIA BISA TAHU HANA? Ketika dia membuat Arasti hingga mengirimkan chat perpisahan tersebut semalam dan ngambek seharian kemarin karena Tifani? Gue skipdimana sampai gue tidak sadar kalo Emi ternyata tau juga tentang Hana???

Tapi ada yang gue bingung di sini. “Kenapa dia nanyain nama shiroihana. Apakah yang dimaksud nama Shiroi Hana atau shiroihana sebagai username? Nanti kalo gue jawab tapi ternyata kami ngebahas orang yang beda, bikin perkara baru nggak sih?” tanya gue dalam hati. Hanya saja gue sangat amat yakin kalo nama shiroihana itu adalah ID Line dia. “Terus kalo gitu, gimana dia bisa tau ID Line Hana yang notabene-nya dia lagi di Bali sana? Dia bisa akses Line gue jarak jauh gitu? SEJAK KAPAN DIA BISA SECANGGIH ITU???”

“Halo? Kok diem aja? Bingung ya mau jawab apaan?”

“Gue nggak diem aja kok. Gue nggak bingung.” Crossed my finger for this shitty white lies. “Gue cuma butuh clue lainnya aja.”

Clue apa lagi yang lo butuhin? Kita udah sehati banget. Kayaknya nggak mungkin kita ngebahas shiroihana yang lain lagi. Gue tau banget, Zy. Lo paham siapa shiroihana yang gue maksud.”

Gue bingung mau jawab gimana. Tapi hati gue berkata kalo Emi ini tidak membicarakan tentang ID Line Hana. Emi memang pernah membuka chat gue, tetapi dia tidak seposesif itu hingga mengontrol chat gue dari jarak jauh. Kalopun iya, dia pasti sudah menegur gue sejak awal gue membuka obrolan dengan Ana, Hana, Arasti, maupun Edna sekalipun.

Lebih baik gue jawab setau gue saja. “Lo buka-buka Line gue dari sana hah?”

“Kok Line?”

Oops.

Pilihannya sekarang antara kami membahas shiroihana yang sama tetapi di media sosial yang berbeda atau kami membahas orang lain dengan nama Shiroi Hana. “Iya, Line gue. Lo buka-buka Line gue lagi dari sana? Lo segitu nggak percayanya sama gue?” Gue nggak berniat blame on her, tetapi gue hanya kurang suka dengan kelakuan Emi yang satu ini. Dia cukup lancang kalo sampai benar-benar mengontrol akun-akun gue di luar sana.

“Sekarang lo jadinya mau playing victim?”

“Jangan nanya yang ngerembet jauh kemana-mana dulu deh. Jawab dulu… Lo buka-buka Line gue?”

“APAAN SIH DARI TADI LINE TERUS, ZY? Ya Alloh… Jadi di dalem Line lo itu MAU ADA APA LAGI? Ada banyak ya yang kayak shiroihana bangs*t ini? Iya? Masih ada banyak rahasia lagi di sana? Iya hah?” Kali ini suaranya bener-bener bergetar. Gue paham Emi. Dia paling sulit buat ungkapin perasaan dia ini, apalagi sama gue. SItuasi kayak begini, pasti bikin tekanan tersendiri bagi dia. “Kalo begitu fix berarti di sana ada shiroihana juga!”

“Siapa yang bilang kalo masih banyak rahasia di Line gue? Gue nggak bilang gitu, Mi!”

“GUE NGGAK SETOLOL CEWEK-CEWEK LO YANG LAINNYA, ZY! GUE EMANG NGGAK SECANTIK HANA DAN ARASTI! NGGAK SESEKSI TIFANI! TAPI GUE PASTIIN KALO GUE NGGAK SETOLOL ITU! KALO LO SEKHAWATIR ITU SAMA LINE LO! BERARTI UDAH JELAS ADA SESUATU DI SANA!” Dia menjeda omongan dia. Fix dia sudah tau tentang Arasti dan Tifani. Sekarang apakah Hana yang dia maksud adalah Hana yang sama? Karena dia tidak membahas mengenai Line gue sedangkan Hana yang gue kenal ya hanya Hana yang ada di Line dan Beetalk. “Oh bukan! Gue yakin bukan hanya SESUATU, tapi SEBANYAK apa rahasia di sana!”

Gue kurang suka ketika dia menuduh gue kalo di Line gue ada ‘banyak rahasia’ alias ‘banyak cewek’ yang gue simpen di sana. Karena nggak seperti itu. Gue hanya ngobrol dengan Arasti dan Hana di Line. Tidak ada cinta-cintaan atau lainnya. Kenapa dia menuduh seakan-akan gue mengumpulkan banyak cewek seperti dulu? Fix pikiran dia sudah kemana-mana.

“Nggak bisa jawab kan lo?”

“Bener berarti lo udah buka-buka Line gue kan?”

“Zy, kalo mereka SANGAT BERARTI BAHKAN LEBIH BERARTI DARI GUE, mending batalin aja semua rencana—”

“DIEM LO! JANGAN LO LANJUTIN OMONGAN LO! NGGAK ADA TUH NAMANYA LEBIH BERARTI ANJ*NG ITU! GUE CUMA NANYA DOANG! BANGS*T!”

“Gue nggak lagi ngebahas urusan Line lo dan PACAR-PACAR LO DI SANA! Tapi…” Dia sepertinya kembali mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskannya pada gue.

Di sini gue agak clueless. Emi yang seperti ini adalah Emi yang gue kenal. Kalo dia terus bilang dia tidak menyentuh Line gue, berarti dia memang tidak mengaksesnya sama sekali. Lalu bagaimana dia tau username Line shiroihana? Darimana lagi dia tahu nama itu? Atau malah ini adalah username di media sosial lain yang gue tidak tahu? See? Gue bahkan tidak pernah tahu akun media sosial Hana yang lain selain Beetalk dan Line dia! Ya kemungkinan lain (yang agak melegakan) adalah kami tidak membicarakan cewek yang sama.

“Arasti dan Tifani bukan pacar gue!”

“………” Dia tidak menjawab omongan gue ini. Gue tidak membahas Hana karena gue masih ragu kalo kami membahas Hana yang sama. Hana memang tidak chat gue lagi sejak semalam. Tapi sebelumnya dia masih chat gue seperti biasa, tanpa ada menyentil tentang Emi sedikitpun.

“Buka Instagram sama Facebook gue aja. Biar lo paham siapa shiroihana yang gue maksud.”

“Gimana bisa? Gue nggak pernah tau apa password Instagram dan Facebook lo.”

“Oke lo deketin cewek-cewek yang gampang lo bodohin. Tapi gue yakin kok kalo lo nggak akan sebodoh itu, Zy.”

“Apaan sih?”

“Nggak terima kalo gue bilang Arasti, Tifani, dan Hana itu bodoh?”

“BODO AMAT LO MAU NGATAIN MEREKA APA JUGA! MEREKA BUKAN SIAPA-SIAPA GUE!”

“Kalo lo beneran lagi di rumah gue, kan lo bisa buka laptop gue sekarang. Buka Instagram dan Facebook gue dari sana!”

“………” Gue langsung membuka Google Chrome dia. Saat itu gue memang sedang membuka laptop dia untuk menulis blog gue. Entah kenapa gue tidak kepikiran untuk membuka Facebook dan Instagram dia sedari tadi.

“Udah?”

“Terus kenapa?”

“Lo nggak liat notifikasi di sana ada banyak notif dari akun shiroihana? Di Facebook gue dibombardir sama akun nama Bunga? Mereka orang yang sama dan dia nge-Likes posting-an yang spesifik ada hubungannya sama lo doang. Jelas dia bukan mau stalking gue, Zy. Dia mau stalking lo!”

“………”

“Jadi lo ngakuin ada Arasti sama Tifani?”

“Mereka udah pergi kok. Udah nggak akan ngehubungi gue lagi. Hubungi aja—”

“Nggak usah nyuruh gue ngehubungi mereka. Gue udah berhubungan sama Arasti bahkan. Gue udah nggak mau ngerebut lo dari cewek macem Tifani. Kalo lo emang pingin wanita karir yang tajir dan seksi, mending lo kejar dia aja sebelum dia direbut orang lain—”

“Dia temen gue di SMA, Mi! Nggak lebih dari itu!”

“………”

“Masih nggak percaya sama omongan gue? Makanya hubungi mereka! Buru! Lo kan bisa akses Google Contact gue? Nomor mereka ada di sana kok—” Entah karena adrenaline kami atau memang kami yang keburu emosional. Kami terus menerus memotong omongan satu sama lain.

“Jadi siapa Hana? Kalo kata lo Arasti dan Tifani udah nggak ngehubungi lo lagi, jadi Hana mah dikekepin terus? Mau sampe kapan? Sampe Akad Nikah?”

“………” Sebenernya gue bisa ngejawab pertanyaan Emi ini. Tapi entah kenapa gue masih enggan menjawab pertanyaan dia ini.

Gue masih fokus pada sosial media dengan nama shiroihana ini. Iya, Emi nggak salah. Dia adalah Hana. Ini adalah Hana yang sama dengan gue. Hana yang chat dengan gue di Line. Hana yang gue kenal via Beetalk. Ini Hana yang sama. So, what should I do now?

Berarti benar feeling gue kali ini, Hana duluan yang tahu urusan hubungan gue dengan Emi. Pasti karena kekepoan ala Gen Z yang memicu dia untuk terus mencoba mencari tahu lebih dalam tentang gue hingga dia menemukan fakta kalo gue sudah memiliki Emi.

Dia memberikan tons of Likes di semua foto yang ada hubungannya dengan Emi dan gue. Gimana Emi tidak risih? Belum lagi… Wow. Dia menulis banyak hate speech yang (sudah sangat jelas) ditujukan pada gue, si cowok buaya lah atau si cowok pemberi harapan palsu. Gue menanyakan kembali, kapan ya gue pernah memberikan harapan pada mereka? Mengapa Hana dan Edna memiliki pemikiran yang sama?

“Apa ini artinya gue harus kehilangan Hana juga?” tanya gue dalam hati. Wait. Kehilangan? Gue tidak merasa kehilangan mereka. Gue tidak dirugikan sama sekali jika gue harus melepas mereka. Gue sama sekali tidak ambil pusing. Hanya saja, mengapa waktunya kok bisa berbarengan seperti ini? Mengapa semalam gue baru saja menyelesaikan urusan gue dan Arasti eh sekarang Hana juga?

Ini adalah satu bukti. Tuhan sangat mencintai Emi. Tuhan sangat menyayangi hamba-Nya yang selalu penuh dengan kesabaran ini. Tuhan memberikan jalan pada Emi untuk menemukan petunjuk tentang cewek-cewek ini.

“Kenapa? Nggak bisa jawab? Bingung caranya biar nggak kehilangan Hana ini? Takut kehilangan pacar cantik lo itu? Gila, makin muda aja ya inceran lo makin lama, Zy? Kenapa? Gue udah terlalu tua ya buat ngedampingin lo?”

“Lo itu kenapa sih, Mi? Pikiran lo nggak pernah bener tentang gue? Emang gue pernah selicik itu apa ke lo?”

“Pernah selicik itu? MENURUT LO… Dengerin gue! Dengerin sekali lagi! MENURUT LO DENGAN LO NUTUPIN ITU CEWEK BANGS*T 3 ORANG, ITU BUKAN LICIK ZY? TERUS APAAN? PRESTASI? IYA?”

“………”

“Gue nggak nutupin. Gue cuma nunggu waktu yang tepat buat cerita sama lo.”

“Kapan emang WAKTU YANG TEPAT buat lo? Abis Akad Nikah? Atau abis lo gantian yang Perkenalan Keluarga sama salah satu dari mereka di belakang gue?”

“HEH! ENAK AJA LO!” Gue sangat nggak terima dengan omongan dia yang satu itu! “Gue nggak sebrengs*k itu! Gue nggak mau nutupin atau ngekepin mereka! DEMI TUHAN GUE NGGAK PERNAH KEPIKIRAN BEGITU! KALAU LO MINTA GUE JELASIN TENTANG MEREKA JUGA GUE BAKALAN CERITA! RIBET BANGET SIH! ANJ*NG!”

“………”

“KENAPA LAGI INI? YA TUHAAAN! MENDING GUE BUNUH DIRI AJA DEH LAMA-LAMA!”

Entah dia lagi ngapain, hanya terdengar suara ramai sekitarnya. Kayaknya dia sudah di Bandara. “Lo yang ketauan selingkuh, lo yang marah, dan sekarang lo yang mau bunuh diri, Zy? Gue yang sakit karena diselingkuhin, gue NGGAK BOLEH marah, dan gue yang bakalan disalahin sama SELURUH DUNIA karena jadi penyebab lo bunuh diri? Zy, lo itu sangat amat benci sama gue ya? Kalau lo emang pingin gue pergi dari hidup lo, bilang aja.”

“Gue nggak pernah bilang begitu!”

“Zy… Gue lagi cape banget.”

“EMI!”

“………”

“HEH!”

“Jangan jemput gue. Gue lagi nggak mau ketemu sama lo dulu.”

“Ini gue di rumah lo! Masa iya lo balik sendiri terus gue nungguin doang di rumah lo?”

“Lo balik ke rumah lo aja, Zy. Gue mohon…”

“Nggak mau! Gue berangkat ke Bandara sekarang!”

“Tau darimana lo kalau gue—”

Perhatian, para penumpang pesawat Tupai Air dengan nomor penerbangan XZ000 tujuan Jakarta dipersilakan naik ke pesawat udara melalui pintu Y01.

“EMI AYO!” Di antara keramaian orang di sekitar Emi, gue bisa mendengar kalau ada suara orang yang memanggil nama Emi.

“Nggak usah jemput gue!”

“Gue berangkat sekarang!”

“Gue nanti balik sendiri!”

“Gue pasti bakalan nemuin lo sebelum lo naik taksi!”

“Kalau lo sayang sama gue. Lo pasti kasih gue ruang buat napas dulu, Zy—”

“Dia kenalan gue di sosmed!” Dia mendadak diem dan tidak melanjutkan kembali omongan dia. “Dia bukan siapa-siapa gue! Kalo lo mau gue ngejauhin dia, gue jauhin sekarang juga! Apa lagi? Mau siapa lagi yang perlu gue jauhin sekarang?”

“Lo itu… Lo itu nggak ngerti maksud gue selama ini ya, Zy? Lo nggak paham apa yang gue minta pas lo mau ngelamar gue? Ini bukan tentang mutus silaturahmi lo… Ini tentang… Ah udahlah. Gue lagi SUPER DUPER CAPE, Zy. Kalo lo punya waktu, sedikiiit aja. Coba lo introspeksi diri lo dan keadaan kita ini, Zy. Biar lo bisa paham, apa yang lagi gue rasain sekarang.” Kalimat terakhir dia sebelum dia nutup teleponnya.

Gue paling benci ribut dalam kondisi kayak begini. Iya gue paham kalau kali ini gue yang salah karena tidak bisa menjawab kenapa gue menutupi mereka terutama ketika Emi sedang mempertanyakan Hana. Tapi gue mau Emi menunggu jawaban gue. Gue tidak mau Emi malah meminta gue untuk menjauhinya.

Gue merebahkan badan gue di tempat tidur Emi. Gue menatap langit-langit kamar Emi. “Semua emang salah dari awal…” gumam gue perlahan. Gue paham kok sama perasaan Emi saat ini. Dia lelah sama semua kelakuan gue, yang bagi dia pasti, nggak pernah berubah sama sekali. Gue masih jadi cowok brengs*k yang ngumpulin cewek di belakang dia. Bahkan gue masih juga emosi ketika dia meluapkan emosi dia.

“G*BLOK EMANG LO, JA!” Gue menutup mata gue dengan bantal. Gue nggak tau kenapa gue merespon Emi demikian ketika Emi membeberkan fakta-fakta yang sangat tidak gue duga.

Tidak pernah ada seorang pun yang bisa membeberkan kesalahan gue. Tidak pernah ada seorang pun yang bisa menjelaskan apa saja yang telah gue lakukan. Tidak pernah ada seorang pun yang bisa memaksa gue untuk mengakui apa yang telah gue lakukan. Tidak pernah. Hanya Emi yang bisa melakukan itu semua. Apa mungkin itu yang menjadi penyebab gue menjadi merespon dia seperti itu? Apa gue merasa takut? Tapi takut karena apa? Gue takut karena Emi? Kenapa gue harus takut pada Emi?
jiyanq
kaduruk
caporangtua259
caporangtua259 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
Tutup