Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

indpolitikAvatar border
TS
indpolitik
Ridwan Kamil: Daripada Impor, Mending Beli Beras Jabar yang Surplus
Ridwan Kamil: Daripada Impor, Mending Beli Beras Jabar yang Surplus

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta pemerintah pusat untuk untuk menunda atau membatalkan impor 1 juta ton beras.

Ridwan menyatakan, saat ini Jabar sudah mengalami surplus beras. Apalagi sebentar lagi akan memasuki raya hingga April 2021.

“Kalau tiba-tiba impor beras, maka bisa kebayang kan harganya kebanting. Petani yang berjuang untuk mencari kesejahteraan jadi hilang, maka kami memberikan usulan agar impor beras ditunda atau ditiadakan, sehubungan dengan surplus panen kita," kata Ridwan Kamil seperti dikutip dari Kompas.com, (17/03/2021).

Permintaan pria yang biasa disebut Kang Emil ini, juga berdasarkan keluhan gabungan kelompok tani Jabar, dalam pertemuan hari ini di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat.

Ia menjelaskan, surplus beras di Jabar mencapai 322.000 ton pada April 2021.

"Daripada impor beras, mending beli produk dari Jabar yang berlimpah lebih dari 300.000 ton," tambahnya.

Menurut Ridwan Kamil, selama ini Pemprov Jabar sudah berusaha mengangkat kesejahteraan petani dengan berbagai program. Ia tidak ingin kebijakan pemerintah pusat justru membuat hidup petani kembali sulit.

Ia pun mendapat masukan dari para petani Cirebon, tentang serapan Bulog yang kian menurun. Biasanya Bulog membeli 120.000 ton hingga 130.000 ton dari petani, tapi sekarang hanya 21.000 ton. Sehingga petani bingung mau menjual berasnya kemana.

"Masa sudah beras banyak, impor pula kan begitu. Kalau posisinya krisis beras, saya kira masuk akal ya, tapi ini surplus di Jabar," terangnya.

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Musdhalifah Machmud menyatakan, impor beras perlu dilakukan untuk menjaga ketersediaan pangan sepanjang 2021. Sehingga, tidak menimbulkan gejolak sosial dan politik.

Musdhalifah membenarkan adanya surplus beras. Namun, surplus beras tidak merata di semua daerah.

”Surplus memang ada. Namun, surplus hanya berada di 6-7 provinsi (sentra produksi) dan ada yang defisit. Belum lagi wilayah di pulau-pulau," kata Musdhalifah seperti dikutip dari Harian Kompas, lewat Kompas.com, (17/03/2021).

Nantinya, Bulog yang akan menyerap beras petani di daerah yang surplus dan menyalurkan nya ke daerah yang defisit beras.

Sumber: https://www.kompas.tv/amp/article/15...rplus?page=all
pulaukapok
uthin
tien212700
tien212700 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
2.6K
65
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
youser.baruAvatar border
youser.baru
#18
banyak orang sekolah2 tinggi2 tapi sok tahu dibukan bidangnya, termasuk si RK
atau si RK tahu soal ini, tapi hanya mau menjilat seakan2 perduli petani di jabar


bicara impor beras bukan hanya karena soal beli beras emoticon-Ngakak


impor itu bukan hanya soal beli barang dari luar negri,
tapi soal barter dgn negara lain untuk menutupi defisit perdagangan


jika sekarang kita export ke negara lain 1 juta USD,
maka negara lain juga menuntut kita import ~ 1 juta USD, sehingga tidak ada defisit perdagangan diantara 2 negara


jadi pemerintah import beras, belum tentu karena negara butuh beras,
tapi karena untuk menutupi defisit neraca perdagangan 2 negara


Diubah oleh youser.baru 18-03-2021 14:00
Kepala.Jenggot
dafitdivad
masgembus
masgembus dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Tutup