Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dispenserrAvatar border
TS
dispenserr
Studi: Orang yang Suka Posting Kata-Kata Bijak Punya IQ Lebih Rendah
Studi: Orang yang Suka Posting Kata-Kata Bijak Punya IQ Lebih Rendah

Di media sosial seperti Instagram, sering kita temui banyak bertebaran kutipan (quote) inspirasional atau kata-kata bijak. Namun tahukah Anda, sebuah penelitian menemukan bahwa orang yang menyukainya dan senang membagikannya di media sosial sebenarnya memiliki tingkat kecerdasan atau Intelligence quotient (IQ) lebih rendah.

Mengutip dari Independent.ie, studi berjudul On the Reception and Detection of Pseudo-Profound Bull**it menemukan bahwa mereka yang merasa 'terangkat' oleh kutipan motivasi mendapat skor lebih rendah dalam tes IQ secara keseluruhan.

Selain itu, dalam penelitian ditemukan pencinta kutipan inspirasional atau kata-kata bijak juga lebih cenderung percaya pada paranormal dan teori konspirasi.


Studi: Orang yang Suka Posting Kata-Kata Bijak Punya IQ Lebih Rendah

Studi yang dipublikasikan di jurnal Judgment and Decision Making tahun 2015 ini melibatkan lebih dari 845 peserta. Mereka diminta untuk menilai seberapa dalam mempercayai serangkaian kutipan bijak itu.

Banyak dari kutipan yang ditunjukkan kepada peserta adalah asli, namun peneliti juga memasukkan kutipan yang dibuat-buat menggunakan kosa kata positif dan afirmatif yang kemudian mereka minta peserta untuk menilai seberapa dalam mereka percaya itu.


Setelah itu, setiap peserta menjalani tes kognitif untuk menilai kecerdasan mereka.

Mengutip Indiatoday.in, para peneliti menggunakan kutipan kalimat yang dibuat secara acak dari New Age Bull**it Generator dan situs lain yang disebut Wisdom of Chopra.

Beberapa kutipan kalimat tidak ada artinya, seperti "alam adalah ekosistem kesadaran yang mengatur dirinya sendiri" dan "hidup ini tidak lain adalah oasis yang mulia dari keyakinan yang sadar diri."

Hasilnya, beberapa orang gagal untuk membedakan antara kutipan yang bermakna dan yang benar-benar mendalam. Dan orang-orang itulah yang membagikan banyak kutipan atau kata-kata bijak secara online.

Peneliti pun melihat individu yang tidak dapat membedakan pernyataan "omong kosong" dan menilainya sebagai suatu yang bijak adalah kurang cerdas dan tidak mungkin terlibat dalam pemikiran reflektif.

"Mereka yang lebih mudah menerima omong kosong kurang reflektif, lebih rendah dalam kemampuan kognitif - berhitung, kecerdasan verbal dan cairan, lebih rentan terhadap kebingungan ontologis dan ide konspirasi, lebih cenderung menganut keyakinan agama dan paranormal,
dan lebih cenderung mendukung pengobatan komplementer dan alternatif," ungkap Gordan Pennycook, peneliti utama sekaligus seorang psikolog kognitif di University of Waterloo di Ontario Kanada.

Studi: Orang yang Suka Posting Kata-Kata Bijak Punya IQ Lebih Rendah

Dengan demikian, ada baiknya untuk tidak langsung menelan mentah-mentah kutipan atau kata-kata bijak di media sosial. Cobalah untuk baca dengan seksama terlebih dahulu dan berpikir kritis atas makna kata-kata bijak sebelum ikut membagikannya.

https://www.suara.com/health/2021/02...q-lebih-rendah


yg suka posting kata2 bijak dr ayat kitab suci... emoticon-Embarrassment

Sinkhole
aloha.duarr
jokopengkor
jokopengkor dan 11 lainnya memberi reputasi
12
4.4K
87
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
akuanakgembala9Avatar border
akuanakgembala9
#53
Studi yang gak sepenuhnya bisa me representasi kan keadaan yang ada,
karena orang post kata-kata bijak biasanya itu pelarian bagi mereka-mereka yang galau karena punya masalah pribadi, dan semua orang juga pernah galau dan semua orang juga punya cara tersendiri untuk lari dari masalah mereka atau sekedar menenangkan diri atau hati mereka, salah satunya dengan kata-kata bijak.
Post kata-kata bijak salah satu cara buat manusia "menenangkan hati mereka" selain curhat misal, atau sekedar berkeluh kesah misal, dan itu manusiawi, gak mesti hanya karena dia post kata-kata mutiara lalu dia dicap bodoh, ya gak sesimpel itu...

Dan masalah status kepercayaan seseorang yang Atheist atau Theist juga gak bisa sepenuhnya me representasi kan tingkat intelijensi orang tersebut, apalagi cap bahwa Theist adalah orang-orang bodoh.
Karena banyak faktor yang membuat orang tersebut jadi Theist, doktrin agama dilingkungan atau keluarganya yang sangat kuat misal, masalah ekonomi misal (karena dangan konsep agama yang selalu ada reward and punishment, konsep tersebut cenderung laris manis didaerah yang dengan status ekonomi menangah kebawah), yah meskipun rendahnya tingkat pendidikan dan wawasan serta minimnya literasi juga ada berpengaruh kenapa orang tersebut bisa jadi Theist.
Jadi untuk jadi Theist gak bisa dilihat dari satu faktor, banyak kok orang Theist dari kalangan pendidikan tinggi atau juga dari kalangan ekonomi atas, biasanya orang seperti itu menjadi Theist karena pengaruh doktrin agama dari orang tua atau lingkunyannya yang kuat.
Jadi untuk menjadi Theist itu pilihan, dan bukan hanya berlandaskan satu faktor saja termasuk tingkat intelijensi.
Begitu juga dengan Atheist, banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi Atheist, mereka yang pendidikannya rendah atau dari kalangan ekonomi menangah kebawah pun ada yang jadi Atheis.

Ya karena itu tadi, untuk menjadi Theist atau Atheist itu pilihan, mau dia pendidikan tinggi sekalipun kalau dia memilih untuk tetap menjadi Theist ya tetap jadi Theist.
Mau dia di kasih tau tentang evolusi bagaimanapun caranya kalau dia memilih yakin bahwa dia asal usulnya dari tanah ya tetap dari tanah...
Diubah oleh akuanakgembala9 27-02-2021 19:52
0
Tutup