Grojogan Sewu, Tawangmangu 2005. Kala gerimis itu saya memutuskan untuk kembali ke bus pariwisataku, ditengah perjalanan aku berjumpa dengan "dia" dan aku putuskan berjalan dibelakangnya menaiki satu per satu anak tangga. Namun di tengah perjalanan langkahnya terhenti, karena takut akan kawanan monyet yg kebetulan bergerombol disalah satu anak tangga, tak mungkin rasanya aku ikut berhenti karena memang kita tak saling mengenal apalagi dia bersama dengan keluarganya. Aku tak punya nyali untuk sekedar menyapanya maupun mengajaknya berkenalan disana, akhirnya kuputuskan melanjutkan langkah namun ketika tepat disampingnya dalam hatiku berkata "aku yakin akan berjumpa denganmu lagi".

Setengah tahun berlalu, aku melanjutkan kehidupan anak SMA ku yg memang seringkali menyia-nyiakan waktu. Rental PS adalah tempatku berkumpul bersama sahabat-sahabatku, namun disana juga dimulai kisah yg tidak pernah aku sangka, pertemuan kembali dengannya.

Masih teringat aku akan gerak tubuhnya dan aroma yg seakan mengingatkanku di Grojogan Sewu. Dasar aku yg pemalu, harus dengan bantuan sahabat-sahabatku akhirnya aku dapat nomor hp yg selama ini aku tunggu-tunggu. Setelah menyapa dengan dalih salah kirim sms, akhirnya terjadi komunikasi yg cukup intens diantara kita. Sempat aku ceritakan padanya pertemuan di Tawangmangu itu, anehnya sekalipun dia belum pernah menginjakkan kaki ditempat itu. Meski begitu hatiku yakin dialah sosok yg aku lihat saat itu, siluetnya begitu membekas dan aroma juga rasa saat melihatnya seakan masih sama.

Hari berganti, kita berjumpa hanya ketika libur sekolah saja. Kebetulan dia adalah keponakan yg empunya rental PS yg sekolahnya di lain Kabupaten tempatku tinggal saat itu. Ada hal yg tidak biasa terjadi, meski dia tidak bercerita akan hari kedatangannya seakan aku tau tiap kali dia baru saja sampai disana, dan benar tebakanku tidak pernah meleset seakan alam semesta ikut berbicara.

Singkat cerita 2007 kami menjalin cinta seperti anak muda lainnya, meski jarak memisah namun semua berjalan cukup lancar. Hingga 2009 dia harus menyusul orang tuanya di Ibu Kota. Malam sebelum keberangkatannya baru dia bercerita, tak terlupa betapa gundahnya aku malam itu. Pagi harinya aku memutuskan untuk menyusulnya, mencegatnya di terminal busnya akan dioper. Meski dia awalnya tak memperbolehkan karena kebetulan Paman yg mengantarnya kurang bersahabat pada setiap lelaki yg mencoba mendekatinya.

Tiga jam aku menunggu di Terminal akhirnya bus yg dia kendarai pun tiba, disaat bersamaan aku melihatnya turun berjalan di belakang Pamannya. Buru2 aq melewati Pamannya yg mungkin memang belum begitu mengenalku, kuraih tangan gadisku lalu langsung kukecup keningnya. Aku tak berkata apapun, tak pula membuang banyak waktu, karena segera ia harus berganti bus dan memang kita sudah berkomitmen Pamannya jangan sampai tau atau dia harus dimarahi nanti dan aku tak mau itu sampai terjadi.

Selepas keberangkatannya, masih aku ingat turun gerimis, yg sampai saat ini ketika kami mengingatnya menyebutnya "langit pun menangis". Setelah tiga tahun berpisah, usai kuliah aku menyusulnya. Kini kami sudah berkumpul kembali sebagai keluarga, meski perjalanan tak mudah ya itulah yg namanya kehidupan yg tak akan jauh dari yg namanya cobaan. Namun bersamanya, aku yakin akan bisa saling menguatkan dan bersama menemukan bahagia.

*true story*