Tak tahan dengan pandemi yang belum berakhir? Tak sabar ingin segera beraktivitas normal? Ingin liburan, tapi masih ditakuti rasa khawatir? Sekarang ada
yang masih berseliweran ini, Gan Sist. Sudah satu tahun berlalu sejak
pertama ditemukan di dunia di tengah ketidakpastian yang ditimbulkan. Kedatangan vaksin jadi ditunggu banyak orang. Namun, saat ini vaksin telah tersedia dan akan segera diberikan secara bertahap sesuai prioritas penerima. Harusnya ini merupakan hal menggembirakan sebagai upaya mengakhiri pandemi. Namun faktanya, tak sedikit orang yang menaruh keraguan terhadap vaksin ini.
Keamanan, keefektifan, dan kehalalan menjadi alasan utama sebagai pertimbangan banyak orang untuk bersedia menerima vaksin. Vaksinasi memang bukan kewajiban, sehingga setiap orang berhak menerima atau menolaknya. Keraguan yang kini menyelimuti hati sebagian orang tidak berarti menolak divaksinasi mentah-mentah, bukan? Banyak juga yang sedang mematangkan pertimbangan dan meyakinkan hatinya untuk menerima vaksin. Selagi proses itu, meyakinkan hati untuk divaksinasi pun tentunya membutuhkan pemahaman mengenai vaksin itu sendiri. Sesuai istilah klasik: tak kenal maka tak sayang. Jadi, untuk bisa 'sayang' terhadap vaksin sebagai upaya bersama mengakhiri pandemi. Yuk, selisik lebih dalam mengenai vaksin yang selama ini memegang harapan besar orang di dunia😉!
Sumber Gambar
Perlu kita ketahui nih, Gan Sist. Sebelum disebarluaskan, ratusan vaksin sudah melalui tahapan panjang yang harus dilewati, lho. Begini tahapannya:
Quote:
~85 vaksin Uji Praklinis: pengujian ke hewan yang DNA-nya mirip manusia.
~43 vaksin Uji Keamanan (Fase 1): pengujian aman/tidaknya vaksin ke beberapa orang.
~20 vaksin Uji Pengembangan (Fase 2): pengujian dampak vaksin ke ratusan orang berbagai usia.
~18 vaksin Uji Efikasi (Fase 3): pengujian efektivitas vaksin ke ribuan orang, terlepas dari sugesti dan efek psikologis.
~6 vaksin Izin Darurat Penggunaan Terbatas: izin darurat yang diberikan berdasarkan bukti awal bahwa mereka aman dan efektif.
~2 vaksin Izin Darurat Penggunaan Penuh: vaksin yang disetujui untuk masuk tahap manufaktur massal.
Ya, ibarat mendaki seratus gunung dan melewati seribu lembah, mengembangkan vaksin itu sangat bejibun tantangannya. Tidak sesimpel masak mi instan, juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Rasa syukur kepada Allah Swt. akan kehadiran vaksin saat ini memang sangat penting. Untuk menambah rasa syukur kita, coba bayangkan jikalau vaksin masih belum ada di hadapan kita sekarang. Apakah kita masih bisa bertahan?
Nyatanya, banyak negara di dunia yang tidak siap dengan rencana cadangan tanpa adanya vaksin. Karena memang berbagai kebijakan yang ada selama pandemi seperti PSBB transisi, memakai gedung tambahan untuk menampung pasien, memberi bantuan sosial, mengadakan
lockdown. Semua itu rencana sementara sambil menunggu vaksin. Bahkan, negara-negara yang sudah hampir bebas
coronapun masih harus waspada. Selama berpergian masih dilarang dan tes PCR masih digaungkan, ekonomi belum akan pulih seperti sediakala.
Kalau vaksin
corona gagal, upaya menahan laju penyebaran virus akan semakin berat, dokter dan tenaga medis akan terus berjatuhan, jutaan orang tetap susah mencari pekerjaan, dan rencana liburan tahun 2021 harus dicoret dan dilupakan. Ya, vaksin jadi harapan besar untuk membantu mencegah penyebaran
corona. Tapi, apakah vaksin jadi satu-satunya cara? Kini faktanya, untuk bisa memutus rantai penyebaran virus
corona, para ahli memperkirakan setidaknya ada 60-70% orang yang kebal. Karena dengan begitu mereka pun bisa melindungi orang-orang di sekitarnya yang rawan tertular. Kekebalan ini bisa didapat dari vaksin atau dari sistem imun yang terbentuk dari mereka yang berhasil sembuh
Covid.
Masalahnya, menunggu
corona menginfeksi 70% populasi itu sangat bahaya dan tidak masuk akal. Tidak semuanya terjamin selamat, apalagi ancaman reinfeksi juga masih menghantui. Vaksin yang aman dan efektif jadi pelengkap protokol kesehatan untuk memutus rantai penularan. Data sudah menunjukkan kalau risiko infeksi
Covid bisa sangat jauh berkurang dengan vaksin. Tapi, untuk membuat 70% penduduk Indonesia mendapat vaksin itu memerlukan langkah yang berat dan panjang. Pemerintah sampai berburu vaksin dari segala penjuru karena semua negara rebutan vaksin yang jumlahnya masih terbatas. Makanya, vaksinasi kita pun bertahap dan bakal mendahulukan para garda terdepan dalam perang melawan pandemi ini.
Berbagai negara pun sudah mengembangkan vaksinnya sendiri-sendiri pada waktu yang bersamaan, sehingga terdapat sejumlah vaksin yang kini tersedia. Namun, bagaimana sih sebenarnya tubuh melawan virus dan menciptakan kekebalan? Ketika virus atau sesuatu asing apapun memasuki tubuh manusia. Sistem imun tubuh kita akan menyerangnya. Namun, proses sistem imun menghabisi virus memerlukan waktu yang lama karena untuk mengalahkan, sistem imun kita harus mencari tahu cara untuk melawannya terlebih dahulu.
Sementara proses ini berlanjut, virus akan terus menyebar dan berlipat ganda dan tubuh yang terinfeksi akan jatuh sakit. Akhirnya, setelah sistem imun tubuh berhasil menghabisi virus. Dia akan terus mengingat cara untuk melawannya, sehingga jika virus yang sama datang lagi, tubuh kita sudah siap menghadapinya. Jadi, pada dasarnya dapat dikatakan cara kerja semua vaksin itu relatif sama yaitu untuk memberi sistem imun kita strategi perlawanan virus tanpa harus melawan virusnya secara langsung. Meskipun demikian, cara menyampaikan strategi perlawanan tersebut berbeda-beda untuk setiap vaksin. Mari mengenal lebih dalam beberapa vaksin yang kini diproduksi😉.
1. Sinovac
Pasti sudah tidak asing lagi dengan vaksin yang satu ini, bukan? Yups, vaksin
Covid-19 buatan Cina yang menggunakan metode
inactivated virus. Metode ini menggunakan virus
Covid-19 yang sudah dimatikan yang kemudian dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Walaupun nonaktif dan tidak dapat menyebar, sistem imun tetap akan menanggapinya dan mempelajari cara melawannya. Namun, respon dari sistem imun mungkin saja tidak seampuh melawan virus yang masih hidup. Oleh karena itu, tipe vaksin seperti ini memerlukan beberapa dosis supaya efektif.
2. AstraZeneca dan
3. Sputnik V yang menggunakan metode
viral vector. Berbeda dengan metode virus nonaktif, metode ini menggunakan virus yang masih hidup namun relatif lebih lemah seperti
adenovirus yang menyebabkan pilek. Virus lemah tersebut kemudian digunakan sebagai tumpangan bagi materi genetik
Covid-19 yang akan digunakan oleh sistem imun untuk menciptakan kekebalan tanpa harus mengekspos tubuh terhadap bahaya dari virus
corona yang asli.
4. Pfizer dan
5. Moderna
Metode yang paling banyak dibicarakan dan yang termutakhir di antara vaksin-vaksin yang ada yaitu, vaksin mRNA. Cara kerja vaksin ini lumayan keren. Di dalam
Covid-19 terdapat suatu protein yang sangat penting. Protein ini digunakan oleh
Covid untuk memasuki sel tubuh manusia dan membuatnya lebih mudah menular. Anggap saja ini sebagai senjata yang membuat
Covid terlalu
over power. Logikanya, jika kita bisa membuat tubuh kebal terhadap protein ini. Maka, tubuh akan kebal terhadap
Covid secara keseluruhan. Yang dilakukan oleh peneliti vaksin adalah mengambil bagian dari DNA
Covid yang mengandung
blueprint untuk protein ini, dan kemudian mengubah
blueprint tersebut menjadi instruksi bagi sel tubuh untuk membuat proteinnya. Instruksi ini dikenal sebagai mRNA, dan mRNA inilah vaksinnya.
Lalu, mengapa kita ingin sel tubuh membuat protein ini? Bukannya itu berbahaya? Tidak sama sekali, mRNA ini aman karena hanya mengandung instruksi untuk membuat protein itu saja dan tidak mengandung virus
corona sepenuhnya. Jadi, bisa dianggap seperti senjata tanpa tuan. Setelah mRNA masuk ke dalam tubuh, sel tubuh akan mulai membuat protein ini yang kemudian akan ditanggapi oleh sistem imun. Setelah sistem imun berhasil menghancurkan protein ini, dia akan tetap ingat cara melawannya, sehingga membuat kita kebal terhadap
Covid-19.
Lalu, jenis vaksin
Covid-19 apa saja sih yang akan digunakan di Indonesia? Ada 6 jenis, antara lain:
1. PT Bio Farma (Persero)
Merupakan produsen vaksin
Covid-19 dalam negeri. Bio Farma memiliki dua jalur pengadaan vaksinasi. Di antaranya bekerja sama dengan Sinovac asal Tiongkok dan mengembangkan vaksin merah putih bekerja sama dengan lembaga Biomolekuler Treatment.
2. AstraZeneca
Universitas Oxford mengklaim vaksin yang diproduksi AstraZeneca menghasilkan respon kekebalan yang kuat bagi orang dewasa, bahkan pada orang tua yang berisiko tinggi terkena penyakit parah.
3. China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm)
Sinopharm mengembangkan vaksin dari virus
corona yang dilemahkan. Dari uji coba, vaksin yang diproduksi Sinopharm diklaim dapat memicu respons antibodi tanpa efek samping serius.
4. Moderna
Menyatakan kemanjuran vaksin yang diproduksinya sebesar 94,1% dan efektif mencegah penyakit
Covid-19 yang parah. Vaksin ini juga dapat menghasilkan antibodi kuat yang bertahan lama setidaknya selama 3 bulan.
5. Pfizer Inc and BioNTech
Vaksin produksi Pfizer memiliki keefektifan hingga 90%. Namun, vaksin ini bersifat rapuh dan cepat hancur pada suhu kamar.
6. Sinovac Biotech Ltd
Sinovac adalah vaksin buatan Tiongkok yang tiba di Indonesia pada 6 Desember lalu. Teknologi pelemahan virus yang digunakan dalam pembuatan vaksin ini memungkinkan vaksin dikembangkan lebih cepat dan diklaim dapat memicu kekebalan tubuh terhadap virus tanpa efek samping serius.
Sumber Gambar
Vaksin yang sedang ramai diperbincangkan dan tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita itu Sinovac. Vaksin Sinovac ini terbuat dari virus
Covid-19 dan sampel vaksin ini diambil dari pasien
Covid-19 di Tiongkok. Berarti tubuh kita dimasuki virus dong? Pada prinsip dasarnya iya, karena memang tujuannya adalah mengenalkan virus pada tubuh agar terbentuk antibodi. Tapi tetap tenang, Gan Sist. Karena virus yang digunakan pada vaksin adalah
inactivated virus. Pada prosesnya, para peneliti juga menggunakan senyawa beta propiolactone untuk menonaktifkan virus
corona agar dia tidak terikat dengan gennya.
Lalu, apa yang terjadi setelah vaksinasi? Proses selanjutnya dikenal dengan imunisasi. Tubuh memerintahkan pasukan antibodinya untuk melawan virus
Covid-19. Karena ini virus baru, selain melawan, kelenjar limfa juga memproduksi antigen dari virus yang menyerang tubuh manusia. Karena virus yang disuntikkan ini sudah lemah, maka ini memudahkan sel limfosit B dan T untuk mengalahkan sekaligus mengenali kode dari protein virus
Covid-19. Inilah hebatnya tubuh kita, sekali mengenali jenis virus, otomatis tubuh sudah menyimpan data antivirusnya. Jadi, nanti kalau tubuh terinfeksi virus yang sama, sistem imun sudah punya
database antivirusnya serta cara untuk melawannya.
Karena vaksinasi adalah mengenalkan virus pada tubuh. Maka, orang yang divaksinasi ini biasanya akan mengalami gejala seperti orang terinfeksi virus. Efek samping akibat vaksinasi disebut Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi (KIPI). KIPI yang terjadi pasca vaksinasi
Covid-19 hampir sama dengan vaksin lainnya yang dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan gejala yang timbul.
1. Reaksi lokal: nyeri, warna kemerahan, bengkak, dan selulitis (infeksi bakteri pada kulit). Bagi reaksi lokal ringan bisa diatasi dengan kompres dingin di lokasi bekas suntikan dan minum parasetamol sesuai dosis.
2. Reaksi sistemik: demam (tanda vaksin bekerja, sistem imun terstimulasi membentuk kekebalan), nyeri otot, nyeri sendi, badan lemah, dan sakit kepala. Hal tersebut dapat diatasi dengan minum air lebih banyak, memakai pakaian nyaman, kompres atau mandi air hangat, dan minum parasetamol sesuai dosis.
3. Reaksi lain: alergi, anafilaksis (terjadi 5-30 menit setelah disuntik, ditandai dengan warna kemerahan pada seluruh tubuh, gatal, dan sesak napas), dan pingsan.
Untuk mengantisipasi efek samping vaksin, penerima vaksin diminta berada di lokasi minimal 30 menit sesudah disuntik. Dari data uji klinis Fase 3 vaksin
Covid-19, efek samping vaksinasi hanya terjadi pada sebagian kecil relawan tanpa kejadian yang mengkhawatirkan. Penyuntikkan vaksin perdana pada presiden, pejabat negara, tokoh publik, dan tenaga kesehatan merupakan bentuk komitmen pemerintah atas penyediaan vaksin yang aman bagi masyarakat. Majelis Ulama Indonesia pun telah mengeluarkan fatwa bahwa vaksin
Covid-19 (Sinovac) halal dan suci untuk digunakan. Nah, meski memiliki efek samping, vaksin ini telah lolos uji klinis dan mendapat persetujuan BPOM serta MUI. Meski begitu, saat vaksinasi, yang terpenting kita harus sehat secara umum.
Pemerintah juga harus menunjukkan komitmen dan keseriusan dalam mengendalikan pandemi
Covid-19. Tidak hanya terkait vaksin, pemerintah juga diharapkan untuk lebih sigap dalam melakukan 3T yaitu,
Testing,
Tracing, dan
Treatment agar pandemi bisa segera berakhir. Walaupun sudah divaksinasi, kita harus tetap menjalankan protokol kesehatan 5M. Meski tidak menutup risiko terjadinya KIPI, namun kita sebagai masyarakat diimbau tenang karena vaksinasi
Covid-19 sudah mendapat persetujuan penggunaan darurat dan diharapkan dapat segera mengakhiri pandemi.
Vaksin yang kini disiapkan untuk penggunaan massal, telah melalui tahapan pengujian intensif untuk menjaga keamanan dan keefektifannya. Rantai distribusi dan para pemberi vaksinasi juga sedang bersiap (23.000+ vaksinator di puskesmas dan rumah sakit seluruh Indonesia). Dan fakta bahwa kita sudah bisa mendapatkan sekian banyak vaksin dalam waktu tercepat dalam sejarah manusia sudah merupakan sisi terang dalam tahun yang sangat kelam. Tentunya, semua ini dapat terjadi berkat jasa beribu-ribu tenaga medis, saintis, serta peneliti yang bekerja non-stop sejak pandemi dimulai. Dan kini, sisanya di tangan kita.
untuk menerima vaksin ini. Vaksin, salah satu upaya pemerintah dan dunia untuk memutus rantai penyebaran
dan mengakhiri pandemi.
, yang lebih aku khawatirkan adalah jika pandemi masih belum berakhir dan betah berada di tanah air. Kalau sudah ada solusi dari permasalahan global ini, sebisa mungkin mengikutinya. Namun, bukan berarti menerima begitu saja. Terlebih, dalam konteks ini vaksin, sudah dinyatakan aman oleh Badan POM dan halal oleh MUI serta hasil penelitian sudah menunjukkan keefektifan vaksin yang diproduksi dan didistribusi. Antisipasi terhadap efek samping vaksinasi yang ditimbulkan pun sudah disiapkan dan diatur dengan baik.
Upaya, langkah, dan tantangan untuk berhasil menemukan vaksin yang aman dan efektif tidaklah mudah. Begitu rumit dan sangat membutuhkan perjuangan serta kerja keras.
, mengapa tidak untuk menjadi bagian dari 70% populasi yang memiliki kekebalan untuk melindungi 30% populasi lainnya(?) Itu satu hal luar biasa untuk bisa berpartisipasi dan menyumbang kontribusi dalam perang melawan
yang sudah setahun berlabuh di bumi ini. Apresiasi, dukungan, dan kerelaan kita lah yang saat ini menentukan kesuksesan vaksinasi. Namun, kembali lagi kepada keputusan dan pilihan setiap orang terkait vaksinasi ini.
Protokol kesehatan yang selama ini kita lakukan pada prinsipnya sudah benar. Masalahnya, kadang kenyataan tidak seindah prinsip. Ada saja yang masih melanggar dan tak mengacuhkan protokol kesehatan. Tinggal satu langkah lagi untuk kita bisa tertawa lepas sambil liburan bareng, bisa kembali menyapa teman-teman di kantin sekolah, kampus, kantor, dan bisa kembali berkarya tanpa batas layar kaca. Sambil menunggu itu terpenuhi, kewajiban kita masih sama. Yaitu 5M: Memakai masker, Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, serta Membatasi mobilisasi dan interaksi. Tak lama lagi, kita akan memindahkan
ke tempat yang sepantasnya: buku sejarah.
, itulah opiniku mengenai vaksinasi di Indonesia. Setiap orang tentunya memiliki pandangan berbeda terkait hal ini.
di kolom komentar untuk bisa saling bertukar pikiran dengan baik😉! Aku tungguuu❤
ini. Terima kasih sudah berkunjung😄.