Mereka yang Putuskan Lepas Jilbab: Saya Bicara pada Tuhan untuk Melepas....
Ilustrasi Jilbab. [Dok.Pixabay]
BeritaHits.id - Pemakaian jilbab menjadi kontroversi di kalangan publik seusai mencuatnya kabar siswi di Padang, Sumatera Barat dipaksa memakai jilbab saat sekolah. Padahal, siswi tersebut tidak beragama Islam.
Banyak pihak menilai penggunaan jilbab merupakan bentuk penghormatan terhadap pemilik agama mayoritas di sebuah wilayah.
Alasan lain yang muncul di tengah pemaksaan penggunaan jilbab datang dari eks Wali Kota Padang, Fauzi Bahar.
Fauzi menyebut siswi diwajibkan memakai jilbab agar bisa terhindar dari gigitan nyamuk penyebab penyakit Demam Berdarah (DBD).
"Kalau menggunakan pakaian pendek, siswa tidak sadar mereka digigit nyamuk saat belajar. Dengan seluruhnya tertutup, maka hal itu tidak akan terjadi," kata Fauzi.
Di tengah arus pemaksaan mengenakan jilbab, ada
perempuan memilih melawan arus tersebut.
Dikutip dari DW Indonesia , Mereka memutuskan untuk tak lagi mengenakan jilbab yang selama ini menutupi kepalanya.
Dewi Susanti ungkap alasan lepas jilbab (DW/Monique Rijkers)
Salah satunya Dewi Susanti yang memutuskan melepas jilbabnya setelah mengenakan selama dua tahun.
Ia mengaku merasa menjadi dirinya sendiri dan bebas dalam mengekspresikan dirinya.
"Saya tak berjilbab lagi karena tidak sesuai dengan kata hati saya," kata Dewi dikutip dari DW.com -- jaringan Suara.com, Rabu (27/1/2021).
Selain itu, Nisa Alwis, seorang pemilik pesantren di Pandeglang, Banten warisan sang ayah yang lulusan Madinah, Arab Saudi juga memilih menanggalkan jilbabnya.
Setelah 30 tahun memakai jilbab, Nisa memilih membukanya dan mendorong perempuan berbusana sesuai budaya Indonesia.
"Saya merefleksikan kembali nilai-nilai keislaman setelah saya mendalami filsafat," ungkapnya.
Ada pula kisah Stania Puspawardhani yang memutuskan membuka jilbabnya pada 2013. Meski tak memakai jilbab, ia terus berusaha menunaikan rukun Islam sebaik mungkin.
Stania juga sempat membacakan Hijabi Monologues dalam acara di sebuah kedutaan besar yang menentang stereotip perempuan berhijab.
"Setelah perjalanan pribadi dan profesional saya beberapa tahun terakhir, saya berbicara pada Tuhan 'Saya tidak pakai jilbab ya'" ujarnya.
Eli Almira ungkap alasan lepas jilbab (DW/Monique Rijkers)
Ada pula Eli Almira yang memutuskan melepas jilbab. Sejak kecil ia diminta orang tuanya untuk memakai jilbab dengan alasan jilbab wajib untuk perempuan dan akan mendapatkan hukuman di akhirat bila tidak mengenakannya.
"Tuhan jadi sosok yang menakutkan. Jilbab jadi identitas yang tidak diminta tapi wajib dipatuhi. Saya merasa bukan menjadi diri saya sendiri dan selalu berpura-pura menjadi sosok yang ideal di mata orang lain," tuturnya.
Sindy Nur Fitri ungkap alasan lepas jilbab (DW/Monique Rijkers)
Selanjutnya Sindy Nur Fitri juga memutuskan melepas jilbab yang telah digunakannya selama 7 tahun.
Saat ia menempuh pendidikan di Inggris pada 2017, Sindy memutuskan tak berjilbab. Keputusannya itu sempat menjadi pertanyaan keluarga tanpa mempersoalkan keputusannya.
Rekan-rekan kantornya juga sempat menanyakan alasan Sindy melepas jilbab, sesama diplomat bisa memahami keputusannya.
"Saya ingin orang menilai saya apa adanya," tuturnya.
dari wawancara kerja yang saya lakukan pas membawahi dept HRD, kebetulan lembaganya nggak mau terima orang yang pakai penutup kepala saat kerja karena itu seragam secara global, mayoritas pakai penutup kepala itu karena tekanan keluarga atau pergaulan, bukan karena maunya sendiri. jadi mereka sih nggak masalah lepas penutup kepala pas kerja, pergi & pulang tetap pakai penutup kepala. banyak juga yang nggak jadi diterima kerja karena keluarga nggak setuju atau diancam nggak ditemani, bahkan ada yang diancam diputus oleh pacarnya.
Orang tua yg memaksakan anaknya berhijab biasanya setelah mendengar ancaman2 dari para ustadz kalau anak tidak berhijab maka si ortu juga gak bakalan masuk surga.
Sedangkan di surga di-iming2i bisa ngenthu ama 4.900 bidadari bahenol yg selalu perawan.
Bagi ortu yg ngancengan dan punya angan2 bisa orgy, biasanya akan langsung terhasut utk memaksakan anaknya berhijab.
Tapi bila ortunya lebih mentingin kebahagian anaknya, denger ceramah begitupun biasanya tidak terhasut dan akan memberikan kebebasan anaknya utk berhijab atau tidak.
Kenapa para ustadz ceramah begitu, ya pastinya juga biar dapat ngenthu ama 4.900 bidadari atau lebih.
Gw liat teman2 gw yg kerja di unilever, BP, chevron boleh2 aja pake jilbab. Di perusahaan global malah mereka sangat menghargai kultur lokal. Gaji disana puluhan juta
Tapi keponakan gw kerja di perusahaan orang cina yg jadi dealer mobil emang disuruh lepas jilbab. Padahal gaji cuma UMR.
@ashraqat1.
Kalau gak make jilbab yang cuman style fashion itu dosa, kan dosa tanggung masing2, mosok anak gak pake jilbab, bapake, abange, masuk neraka.
Berarti menanggung dosa orang lain dong.
Aneh, gak sesuai doktrin mainstream.
Jadi ayat ini sudah gak berlaku lagi alias batal (mansukh)?
Seperti ayat2 Qur'an lainnya yg batal gara2 Allah sering berubah pikiran alias plintat plintut?
Qur'an Surat Al-Isra' Ayat 15
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
@accelero
Iya. Kalau mengingatkan wajar, boleh banget.
Tapi kalo dipaksa ya gak boleh.
Apalagi kalo diancem bapake atau mas e mlebu neroko ne ora make jilbab, kan salah besar.
@accelero@ashraqat1.@CoZiA tugas manusia hanya memberi dakwah / peringatan dengan cara yang baik, setelah memberi tahu, kita bisa berlepas tangan masalah hasilnya. soal di terima atau tidak itu terserah orang yg diberitahu. Bahkan kepada nabi pun, Allah tidak memaksakan dakwahnya harus berhasil...
Semua laporan yang masuk akan kami proses dalam 1-7 hari kerja. Kami mencatat IP pelapor untuk alasan keamanan. Barang siapa memberikan laporan palsu akan dikenakan sanksi banned.