agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
BUAH HATIKU KALAHKAN RASA TAKUTKU
Malam sudah sangat larut, sudah masuk pukul 23.15 menit, saat dua sosok bayangan keluar dari halaman sebuah rumah. Ternyata bayangan itu adalah Ratih dan putrinya Jasmin, yang baru berusia 13 tahun. Ratih dan Jasmin berjalan menembus pekatnya malam, berpacu dengan deru nafas Jasmin yang tersengal.

"Mah..aku gak bisa nafas. Nafasku pendek mah."
"Sabar ya sayang, bertahanlah !!, sebentar lagi kita akan sampai. Mau mama gendong nak ?."

Jasmin menggelengkan kepalanya. Jantung Ratih berdegup kencang. Rasa takut akan ancaman kejahatan malam dan rasa takut akan keselamatan putri kecilnya berbaur dalam jiwanya. Ratih menggamit Jasmin dan membimbingnya menyebrangi jalan. Nafas Jasmin terlihat semakin tersengal.

"Ya Allah..berikan kekuatan kepada anakku, hamba mohon !!," mulut Ratih lirih merafal doa.

******

Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit, akhirnya mereka tiba juga disebuah klinik dua puluh empat jam. Dengan tergesa Ratih membuka handle pintu dan menuntun Jasmin yang wajahnya sudah semakin pucat.

"Mbak..tolong putri saya!."
"Baik bu. Daftar dulu ya."

Aku mengikuti aturan yang ada, meski batinku meronta.

"Anak saya ditolong dulu mbak !!, nanti saya daftar. Anak saya sedang sesak ini, gak bisa nafas." Ujarku marah.

Mbak yang melayani pendaftaran memanggil dokter, yang tak berapa lama turun dari lantai satu.

Dokter wanita berjas putih berjalan menghampiri Jasmin dan bertanya ?

"Apa yang dirasa nak ?,"
"Nafasnya sesak dok, asthmanya kambuh," ujar Ratih dengan cepat.

Dokter memeriksa tubuh Jasmin, lalu dia meminta perawat memasang alat untuk memberikan uap pada Jasmin.

"Dok, tabungnya bocor," ujar perawat dengan santainya, gerakannya begitu lamban.
"Suster anak saya sesak, bisa gak sih gerakannya sedikit cepet, kenapa santai gitu sih ?," ujar Ratih dengan nada tinggi.
"Sabar ya bu, ini sedang kami tangani. Alat ini karena lama tak dipakai, jadi gak ketahuan kalau ada yang bocor."
"Ada cadanganya gak sus," tanya dokter.
"Ada dok tapi sudah sempat dipakai."

Jasmin terlihat semakin pucat, dan Ratih semakin takut.

"Dok, kalau tabungnya rusak, berikan saja obat oral untuk putri saya, putri saya sesak dok."
"Baik bu."

Lalu dokter itu meminta suster memberikan sebuah obat, dan memberikannya pada Jasmin. Perlahan tapi pasti, nafas Jasmin kembali normal.

"Alhamdulillah, terimakasih ya Allah."

*******
Saat Ratih dan Jasmin meninggalkan klinik, jam telah menunjukan pukul 01.20 menit. Ratih tak lagi mempunyai rasa takut, hatinya sudah sedikit tenang, karena putri kecilnya sudah tak lagi kesakitan.

"Mah sepi banget ya, serem. Mamah udah telfon bapak ?."
"Bapak kamu kan gak ada disini nak. Masa bapak kamu harus beli tiket dan datang jauh-jauh kesini, kasihan."

Suami Ratih memang sedang tugas diluar kota. Disaat seperti ini, Ratih harus mengambil keputusan sendiri, dan tidak bergantung pada suaminya.

********

Takut adalah sebentuk perasaan yang Allah karuniakan kepada kita, agar dengannya kita menghindar dari segala yang dapat menciderai diri kita. Kita mengelak dari besi tajam yang siap menghujam, berkelit dari kejaran binatang buas yang siap menggigit, berlari dari kobaran api yang siap membakar, surut ke belakang ketika kaki sudah di tepi jurang. Semua itu karena takut.

Tak ada yang mendorong kita untuk berlindung atau menghindar dari bahaya, kecuali rasa takut. Tak ada yang mendorong kita untuk berupaya mencari dan memperoleh keselamatan -di dunia maupun di akhirat- kecuali juga rasa takut.

Maka apa jadinya jika Allah tidak mengaruniai kita rasa takut? Takut kepada segala marabahaya dan kemarahan, juga takut kepada api neraka dan kemurkaan-NYA. Tentu saja dengan mudahnya kita akan tertimpa malapetaka di dunia dan terjerumus ke dalam perbuatan yang menghantarkan kita kepada kesengsaraan dan penderitaan di akhirat.

Tetapi rasa takut dapat kita lawan disaat yang memang mengharuskan kita untuk dapat meredamnya.

Ratih melawan rasa takut akan gelap dan kejahatan malam, karena keselamatan buah hatinya terancam. Nyawa putrinya lebih berharga dari apapun.

Seorang ibu, bisa sekuat baja dan seganas harimau, disaat buah hatinya dalam bahaya.
sumlenok
gunawanbudi28
wanitatangguh93
wanitatangguh93 dan 4 lainnya memberi reputasi
3
483
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
RadenKamandakaAvatar border
RadenKamandaka
#2
Alhamdulillah saya normal karena punya rasa takut..
agusmulyanti
agusmulyanti memberi reputasi
1
Tutup