yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
AMOR & DOLOR (TRUE STORY)
Selamat Datang di Trit Kami

私のスレッドへようこそ




TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI TIGA TRIT GUE DAN EMI SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT INI, KAMI DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK (LAGI) DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DI SINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR!


Quote:


Spoiler for MUARA SEBUAH PENCARIAN (TAMAT):


Spoiler for AKHIR PENANTIANKU (ONGOING):


Spoiler for PERATURAN:


Spoiler for FAQ, INDEX, MULUSTRASI, TEASER:



HAPPY READING! emoticon-Cendol Gan


Quote:
Diubah oleh yanagi92055 01-10-2020 14:23
sotokoyaaa
santet72
al.galauwi
al.galauwi dan 90 lainnya memberi reputasi
81
174.2K
3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#244
Quality Time Tak Berkualitas_Part 1
((EMI CHAT))
Quote:


Gue baru saja sampai untuk ketemu dengan Emi di stasiun yang tidak jauh dari kantor gue. Ya, kami seperti dulu lagi, melanjutkan perjalanan pulang ke rumah naik motor. Untuk saat ini, rute kami masih sama. Kami pulang ke rumah Emi terlebih dahulu, kemudian gue akan pulang ke rumah setelah makan malam dan bersantai. Namun, karena Emi bilang ada yang perlu dibicarakan, gue dan Emi sudah janjian untuk mampir ke kedai kopi langganan yang berada di Kota tempat tinggal Emi. Kedai kopi yang tutup sampai jam 02.00.

Saat gue akan menyimpan earphone yang gue pakai sebelumnya ke dalam tas, notifikasi HP gue bunyi.

((ANA CHAT))
Quote:


“Duuh. Ambigu banget ini chat! Ga boleh kebaca ini sama Emi! Bisa bahaya!” gumam gue.

((ANA CHAT))
Quote:


Keliatannya kereta Emi ketahan. Bosan juga gue nggak ngapa-ngapain hanya bengong menatap orang lewat lalu lalang di hadapan gue. Untuk menghabiskan waktu, gue membuka akun Facebook gue. Di sana gue melihat banyak orang yang mengucapkan selamat atas acara Perkenalan Keluarga gue dan Emi kemarin. Emi terlihat sudah membalas komen mereka satu per satu.

Gue kembali scroll timelineFacebook gue dan gue terhenti ketika melihat status seseorang yang gue kenal. Edna.

Edna Eka Larasati
Growing old is mandatory. Growing up is optional. Percuma umurnya tua tapi nggak bisa bersikap dewasa. Nggak bisa membedakan mana yang menjadi prioritas. Bikin orang nunggu nggak jelas itu kekanakan banget!

Ini jelas benar-benar buat gue. Siapa lagi orang yang umurnya lebih tua yang lagi jadi concern dia selama beberapa waktu ini kalau bukan gue? Tapi apa alesan dia mau marah-marah sama gue? Oke, gue memang seharian ini belum ngabarin dia sama sekali. Eh dari kemarin pun gue belum ada kabar ke dia. Gue hanya memberi kabar ketika gue bangun pagi, kemudian gue menghilang. Lalu apa hak dia untuk marah-marah sama gue? Bukannya gue hanya pacar palsu dia?

Tapi gue akan coba menghubungi dia untuk sekedar tahu bagaimana kabar dia. Kalau ternyata dia tetap menghindari gue or worst, dia marah-marah sama gue. Gue nggak mau ambil pusing lagi. Gue akan meninggalkan dia. Satu masalah bisa teratasi.

((EDNA CHAT))
Quote:


Gue hanya mengirimkan chat itu ke dia. Tapi nggak lama setelah pesan gue terkirim, dia online. Dan? Status dia menghilang.

((EDNA CHAT))
Quote:


“Kok ini anak jadi ngaco? Ngatur gue lebih-lebih dari Emi?” kata gue dalam hati.

((EDNA CHAT))
Quote:


Saat itu aplikasi Whatsapp memang sudah menjamur dan gue sudah memiliki 2 nomor. Satu nomor untuk kerja gue dan satu lagi khusus pribadi. Nomor kerja gue itu nomor yang mirip dengan milik Emi. Beda satu angka paling belakang. Kedua nomor kami itu sengaja tidak kami daftarkan Whatsapp. Dan nomor itu yang akan gue beri tahukan pada Edna. Itu pun kalau dia mau. Dia sudah mulai kelihatan mengatur gue. Gue nggak suka itu.

((EDNA CHAT))
Quote:


Gue pun mengirimkan nomor kerja gue tersebut ke dia. Andai semua cewek semudah ini dan tidak secerdas Emi, mungkin cita-cita gue sebagai cassanovabisa lebih mudah tercapai. Walaupun jadinya sama sekali tidak mengasyikkan. Hahaha.

Ketika gue pikir, Edna akan melupakan amarahnya…

((EDNA CHAT))
Quote:


((HANA CHAT))
Quote:


Pas banget saat itu Hana menghubungi gue dan mengajak gue untuk membahas hal yang gue suka, pelajaran Sejarah.

((HANA CHAT))
Quote:


“Tapi ya ada orang-orang yang pada dasarnya emang bloon. Contohnya ini cewek. Hahaha.” gumam gue perlahan. Tapi tidak mungkin juga gue bilang langsung sama dia. Hahaha.

((HANA CHAT))
Quote:


“Waduh!”

(ARASTI CALLING)

Gue nengok kanan dan kiri gue, memastikan Emi belum datang. Gue memang belum pernah sekalipun mengangkat telepon dari Arasti. Tetapi kalau gue angkat sekarang, gue khawatir nanti Arasti akan terus menghubungi gue setiap kali gue late response. Seperti sekarang ini. Walaupun kalau kali ini, memang murni kesalahan gue karena gue belum ada kabar sama sekali ke dia.

((ARASTI CHAT))
“Kamu masih di kantor? Aku udah mau pulang. Bosen banget aku. Ketemuan yuk, Zy?”

“Waduh waduh waduh! Harus dibales kalau ini!” kata gue panik. Gue langsung buka aplikasi SMS gue dan membalas chat dia di sana. Gue hanya melakukan tindakan pencegahan yang terbaik bagi gue saat itu : pura-pura kalau HP gue rusak.

((ARASTI CHAT))
Quote:


“Coba diselesein dulu aja urusannya, Zy.” kata seseorang dari belakang punggung gue. Saking paniknya, gue auto delete chat percakapan gue sama Ana tadi. Obrolan tadi ambigu. Ana ngomong sampe ke urusan tanggung jawab seakan gue abis make dia bolak balik. Kalau tau dia bakalan minta tanggung jawab, tau gitu mending gue pake beneran aja dia sekalian.

“Ini tadi klien nanyain progres. Udah beres kok.”

“Yakin beneran klien? Tumben SMS-an.”

Gue memasukkan HP gue ke dalam kantong. Sang FBI datang dan mood-nya keliatan kurang bagus. Sama Emi, semuanya penuh kesempurnaan dan kedisplinan. Ditambah, di wajah baby face nan innocent itu, gue nggak pernah bisa menebak kapan dia pura-pura bodoh dan kapan dia beneran bodoh karena tidak tahu. Saat ini gue dalam posisi nggak tahu, sejauh mana dia lihat apa yang terpampang di HP gue tadi dan apa saja yang sudah dia baca. Terus, apa dia tahu aplikasi mana saja yang gue pakai untuk menghubungi cewek-cewek itu? I can’t tell. Seriously!

“Siapa yang buka SMS? Itu kan WA gue. Ayo mau pulang nggak?”

“Kalo gue jawab nggak, gue pulang sendiri tapi nggak usah sok nyusulin gue ke rumah ya?”

“Ya nggak ada pulang sendiri lah, udah gue tungguin juga.”

“Siapa yang nyuruh lo tungguin gue emang?”

“Katanya mau ketemu bukan? Ada yang mau diomongin?” Saat itu, gue bisa merasakan banyak notifikasi masuk di HP gue yang saat ini sudah masuk ke dalam kantong celana gue.

“Nggak jadi aja. Kapan-kapan aja kalo gitu.”

“Yaudah nggak apa-apa kalo nggak mau ngomongin, berarti kita langsung pulang aja. Ngobrol biasa di rumah lo.”

“Lah? Ya kalo nggak jadi ngomong ya bisa dong pulang sendiri-sendiri?”

“Bacot! Buruan naek!”

“Yakin lo nggak ada urusan lain? Nggak ada yang nungguin? Mending diurus dulu aja.”

“Naek nggak? Apa mau gue ngamuk-ngamuk di sini biar lo nurut naek ke motor gue hah?” Ini jadi trik ampuh gue. Emi paling benci kalo gue sudah mengamuk di tempat umum.

“Ah ta*!” Dia pun naik ke boncengan gue. “Awas aja lo bawa motornya jadi kebut-kebutan nggak jelas.”

“Nggak.”

“Ini HP lo geter mulu. Angkat dulu nggak?”

“Udah nggak usah diurusin kenapa? Entar gue balesin pas udah sampe coffee shopnya. Lagian udah di luar jam kerja juga.” Walaupun gue tau, paling itu nggak jauh dari cewek-cewek itu. Gue harus mencari waktu yang tepat untuk mengakhiri satu per satu.

An99
panda2703
caporangtua259
caporangtua259 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Tutup