BUKAN PENALTI GRATISAN

Oleh: Magico Milan

Banyak orang tak suka dengan jumlah penalti yang diperoleh Milan musim ini: 12 kali. Kata mereka yang protes, jika tren ini berlanjut maka Milan akan memecahkan rekor Lazio musim lalu, mendapat 18 penalti dalam semusim.

Jika dirata-rata musim ini Milan mendapat penalti 0,66 per pertandingan. 12 penalti itu antara lain didapat pada laga lawan Bologna (giornata/putaran 1), Crotone (putaran 2), Inter (putaran 4), Roma (putaran 5), Verona (putaran 7), 2 penalti vs Fiorentina (putaran 9), Sampdoria (putaran 10), Lazio (putaran 14), Benevento (putaran 15), Torino (putaran 17), Cagliari (putaran 18).

Dari 12 penalti itu, 9 berbuah gol dan tiga gagal dieksekusi. Artinya level konversi penalti ke gol mencapai 75 persen. Kessie mencetak lima dan gagal sekali, Ibrahimovic membobol 3 dan gagal dua kali serta Calhanoglu satu gol dari satu kali eksekusi.

Jikalau jujur dan mengamati sekuen demi sekuen dimana penalti itu didapat Milan, akan terbuka jawaban memang mayoritas penalti layak didapat Milan. Artinya, terdapat 11 penalti yang mutlak penalti dan bukan di wilayah abu-abu pengambilan keputusan kecuali satu.

Satu penalti meragukan, itu yang didapat atas pelanggaran Mancini terhadap Hakan Calhanoglu saat melawan Roma. Namun jika membuka konteks penalti itu, publik juga tahu gara-garanya wasit blangsak yang juga menghadiahi Roma dengan penalti tak jelas hasil “pelanggaran” Bennacer ke Pedro. Padahal kalau dicermati yang terjadi bukan Bennacer mengganjal Pedro tapi justru Pedro yang menyelimpang Bennacer.

So, apalagi yang mau digugat. Silakan buka satu demi satu sekuen penalti yang didapat Milan. Memang semua layak kecuali satu pelanggaran Mancini ke Calhanoglu.

Pada kebanyakan kasus, apakah ada yang berani membantah kalau itu bukan penalti? Sebut saja pelanggaran Orsolini ke Bennacer (Bologna), Marrone ke Rebic (Crotone), Kolarov ke engkel Ibra (Inter), Lovato ke Kessie (Verona), atau handball Jankto (Sampdoria).

Ini belum bicara data bahwa Milan musim ini juga dihukum sebanyak empat penalti dengan dua di antaranya meragukan (Bennacer ke Pedro dan Kalulu ke Correa).

Pertanyaan pentingnya kemudian, mengapa Milan mendapat begitu banyak penalti. Jawaban di bawah akan menunjukkan fakta-fakta menarik yang sekaligus mengonfirmasi identitas Milan sebagai tim yang menyerang dengan frontal dan efisien.

***

Sekali lagi 12 penalti untuk Milan itu bukan kasih sayang dan cinta korps arbitro kepada Rossonero. Penalti itu didapat lebih karena Milan memang tim yang dari sisi permainan sangat vertikal. Tidak lagi muter-muter nggak jelas seperti dua atau tiga tahun lalu. Penalti juga didapat karena beberapa penyerang mampu secara tepat memanfaatkan situasi tanpa harus didakwa diving.

Untuk bisa disebut sebagai tim yang sangat vertikal, Milan sebenarnya tidak melulu mengandalkan keunggulan penguasaan bola. Tetapi Milan memiliki prinsip selagi menguasai bola maka harus segera dialirkan ke depan, langsung ke jantung pertahanan lawan.

Syarat untuk menjadi tim sangat vertikal ada banyak, tapi kuncinya sederhana. Yaitu saat menyerang sebanyak mungkin menempatkan pemain di wilayah petak penalti lawan. Dus peluang kontak di petak penalti terbuka lebar. Dengan atau tanpa Ibra, mentalitasnya sama. Ibra sendiri mendapatkan dua penalti.

Kemudian berikutnya, mempertahankan identitas tim untuk selalu menekan setelah kehilangan bola. Usai merebut bola langsung menggerakkan ke depan diiringi kecepatan dalam menyusup, kecepatan dalam bergerak di ruang terbatas, keterampilan dalam menggiring bola, dan sedikit licin dan licik dalam bingkai regulasi, bukan diving.

Milan punya pemain dengan skil menggiring bola yang brilian pada diri Leao, Calhanoglu, Rebic, Brahim Diaz dan Theo Hernandez. Milan juga mampu memberdayakan kemampuan menyusup kepada pemain dengan tugas penyeimbang antara ofensif dan defensif (Bennacer, Kessie, Calabria, Saelemaeker).

***

Bagaimana membuktikan Milan sebagai tim sangat vertikal dengan tanpa mengharuskan penguasaan bola. Paling enak membuktikan lewat data. Milan sangat aktif di wilayah kunci pertahanan lawan dibuktikan dengan gol yang dicetak 39 (terbanyak keempat), total shot 246 (peringkat keempat), 113 sepak pojok (peringkat kedua setelah Napoli 115), menghantam tiang atau mistar lawan 13 kali (peringkat satu), offside terbanyak kedua 46 hanya kalah dari Verona 47.

Data lain membuktikan Milan tidak terlalu suka berlama-lama menguasai bola. Tidak terlalu mau menggelindingkan bola ke samping apalagi belakang. Lebih suka langsung menyodok ke depan.

Milan rata-rata menguasai bola selama 26 menit 38 detik per pertandingan sesuai data statistik liga. Angka penguasaan ini hanya peringkat 9 di Serie A, kalah dari Juventus (32 menit 1 detik), Napoli (30 menit 38 detik), Sassuolo (30 menit 05 detik), Fiorentina (28 menit 57 detik) Inter (28 menit 49 detik) Atalanta (28 menit 26 detik), Lazio (28 menit 25 detik) dan Roma (28 menit 08 detik).

Bagaimana dengan penguasaan bola di wilayah pertahanan lawan? Milan juga relatif tidak mau berlama-lama. Milan paling suka kuasai bola lantas menciptakan peluang. Penguasaan rata-rata bola Milan di wilayah lawan hanya 11 menit 47 detik. Kalah dari Juventus (16 menit 02 detik), Atalanta (14 menit 21 detik), Napoli (13 menit 20 detik), Inter (12 menit 45 detik), Fiorentina (12 menit 55 detik) dan Roma (12 menit 45 detik).

Melihat angka-angka ini, benar rasanya kalau Milan layak disebut menyerang dengan brutal, eh frontal tapi efektif.

Anda setuju?

𝙏𝙪𝙡𝙞𝙨𝙖𝙣 𝙞𝙣𝙞 𝙙𝙞𝙡𝙖𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞𝙨𝙚𝙗𝙖𝙧𝙡𝙪𝙖𝙨𝙠𝙖𝙣 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙘𝙤𝙥𝙮 𝙥𝙖𝙨𝙩𝙚. 𝙐𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙗𝙖𝙧𝙠𝙖𝙣, 𝙘𝙪𝙠𝙪𝙥 𝙩𝙚𝙠𝙖𝙣 𝙩𝙤𝙢𝙗𝙤𝙡 𝙎𝙃𝘼𝙍𝙀 𝙙𝙞 𝙗𝙖𝙬𝙖𝙝.

ᴀʏᴏ ʙᴇʀɪ 200 ꜱʜᴀʀᴇ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴀʀᴛɪᴋᴇʟ-ᴀʀᴛɪᴋᴇʟ ꜱᴇᴊᴇɴɪꜱ ᴋᴇ ᴅᴇᴘᴀɴɴʏᴀ.


Moga intipers dan kroni2 nya baca..