- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Aku Diantara Kalian (18+)
TS
elenasan30
Aku Diantara Kalian (18+)
Setelah berdiskusi di Lounge Kreator. Ane memutuskan untuk berhenti berkarya di Kaskus. Semua thread novel karya ane akan ane close thread. Ane sebagai penulis mohon pamit dari agan semua.
Lanjutan novel ane di platform sebelah. Untuk agan yang masih ingin membaca karya ane.
Link Novel
Aku Ingin Menjadi Manusia (18+)
Seharusnya Kamu Tidak Pernah Ada (18+)
Aku Diantara Kalian (18+)
Terima kasih
Lanjutan novel ane di platform sebelah. Untuk agan yang masih ingin membaca karya ane.
Link Novel
Aku Ingin Menjadi Manusia (18+)
Seharusnya Kamu Tidak Pernah Ada (18+)
Aku Diantara Kalian (18+)
Terima kasih
Close Thread
Diubah oleh elenasan30 30-01-2021 03:52
moy1992 dan 72 lainnya memberi reputasi
63
97.4K
Kutip
2.1K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
elenasan30
#345
Chapter 55
Spoiler for Hanya Satu-Satunya:
Bang Putra mulai menggenjot vaginaku perlahan semakin kuat “Kamu kayanya makin lama makin jago deh sayang mainnya”. Bang Putra menjawab “Masa sih sayang? Kamu juga makin lama makin lentur dan aggresif banget sama aku”. Bang Putra menggenjot vaginaku tambah kenceng hingga aku gak tahan “Ahhhh…. Ahhhhh… si..siapa coba cewe yang gak aggresif main sama kamu mah sayang hahaha Ahhhh… Ahhhh…”. Bang Putra menjawab “Kamu cinta sama aku kah sayang?”.
Aku menjawab “I..Iyaahh aku cinta banget sama kamu sayaaaangg… Ahhh… Ahhhh… Ahhhhh… Ampuunnn…. Ampuuunnnn sayaangg….”. Bang Putra menjawab “Kamu tadi kayanya galak banget sama Irfan sayang”. Aku menjawab “Di..Dia kan cuma sebagai umpan aja Bang… su..supaya Kak Olivia gak curiga sama akuuu..”. Bang Putra menjawab “Kalo kamu begitu ya mendingan putusin aja Irfan sayang. Aku kira kamu juga cinta sama dia”.
Aku menjawab “E..Enggak sayaang… Iyaahh… A…Aku gak masalah sayang harus mutusin Irfan. Aku cuma cinta sama kamu sayang. Kalo kamu minta aku mutusin dia. Besok aku putusin Irfan sayang”. Gak lama ketika Bang Putra lagi ganas-ganasnya genjot aku. Telfonnya Bang Putra bunyi “Duhh pasti Olivia nihh. Lagi nanggung dia pake acara nelfon segala”. Aku menjawab “Kalo seandainya aku minta kamu mutusin Kak Olivia dan menikah sama aku. Apa kamu akan menurutiku sayang?”.
Bang Putra mendadak terdiam. Genjotan di vaginaku berhenti begitu saja. Dia langsung bangun dan mengangkat telfon dari Kak Olivia. Aku melihatnya dengan rasa penuh kebingungan. Dia belum mencapai klimaks ejakulasinya tapi ketika Kak Olivia nelfon. Dia langsung berhenti ngegenjot aku dan angkat telfon dari Kak Olivia. Itu seperti memberi jawaban secara tersirat tentang pertanyaanku tadi. Bang Putra gak akan pernah mengakhiri hubungannya dengan Kak Olivia untukku.
Aku agak marah dan jengkel. Sebagai gantinya karena tadi dia sudah menggodaku ketika telfonan sama Irfan. Maka aku akan menggodanya ketika telfonan sama Kak Olivia. Aku mendekatinya dan melepas kondom berduri yang dia gunakan. Aku tidak berani bicara apapun khawatir Kak Olivia mendengar suaraku. Jadi aku memberi bahasa isyarat bahwa aku ingin mengulum dan menghisap penisnya. Tangan kanannya memegang telfon dan tangan kirinya memegang kepalaku.
*Sluurrrpp *Sluuurrrppp *Sluurrppp
Suara hisapanku di penis Bang Putra dengan ganas saat itu. Aku punya fetish yang sama sepetti Bang Putra. Ingin Kak Olivia mendengarkan dan curiga kepada Bang Putra hahaha. Bang Putra menahan desahannya namun ekspresi wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa nikmat yang dia rasakan. Bang Putra juga memberikan bahasa isyarat agar suara hisapanku jangan terlalu keras. Karena khawatir Kak Olivia mendengarnya dan bertanya-tanya.
Aku terus melayani Bang Putra sambil dia telfonan dengan Kak Olivia. Dan akhirnya setelah 15 menit Bang Putra ejakulasi di mulutku dan aku menunjukkan sperma yang ada di mulutku di hadapannya. Dan seketika *Glekkk “Ahhhh seger hahaha”. Kak Olivia kedengaran samar bertanya “Suara siapa itu sayang?”. Bang Putra menjawab “Enggak itu temenku minum. Dia bilang seger tadi”. Kak Olivia menjawab “Ohhh iyaa sih aku juga denger dia bilang seger”.
Bang Putra masih lanjut telfonan sampai 1 jam kemudian. Aku udah bete banget sumpah ditinggal telfonan sama Kak Olivia. Padahal kondisiku waktu itu sedang telanjang bulat. Tidak ada sehelai pakaian pun yang aku gunakan. Bang Putra pun sama tapi dia bukannya fokus kepadaku. Malah memilih telfonan dengan Kak Olivia. Padahal jam 12 siang nanti kita harus segera checkout. Tapi rasa marahku akhirnya reda setelah bangun tidur.
Karena Bang Putra menggenjot aku lagi dengan brutal di bathup ketika kami mandi. Setelahnya kami kembali pulang ke Jakarta. Keesokan harinya aku diantar Bang Putra ke sekolah. Hari ini aku memutuskan untuk mutusin Irfan. Aku cape ngerasain punya dua pacar. Toh Bang Putra juga gak ada Kak Olivia disini. Jadinya gak kaya dulu waktu masih ada Kak Olivia. Bang Putra sekarang hampir setiap hari nemuin aku ngajak pacaran.
Dan ngebuat aku sama sekali gak ada waktu buat Irfan. Kalo dulu aku masih bisa ketemu Irfan ketika weekend. Karena Bang Putra selalu pacaran sama Kak Olivia ketika sabtu minggu. Di kelas, Irfan langsung menghampiriku dan meminta maaf “Sayang? Kamu masih marah?”. Aku menoleh perlahan kea rah Irfan dan diam sesaat. Irfan kembali bertanya “Kamu kenapa sayang? Maksudku kamu ada apa? Aku salah apa sayang?”.
Aku menjawab “Enggak. Fan aku minta maaf yaa”. Irfan menjawab “Minta maaf kenapa sayang? Minta maaf karena udah marah sama aku?”. Aku menjawab “Kita udahan aja Fan. Maaf banget ya Fan. Aku gak bisa lanjutin hubungan ini”. Irfan terlihat kaget dan shock dengan perkataanku “Kok? Kok begitu sayang? Aku salah apa sih sama kamu? Sampe kamu mutusin aku!”. Aku menjawab “Kamu ribet! Kamu pemarah! Kamu tukang nuduh! Gak ada perempuan yang bisa tahan sama kamu!”.
Seketika temen-temenku yang sedang asik ngobrol mendadak diam tanpa suara. Mereka seperti ingin mendengar perbincanganku dengan Irfan. Irfan menjawab “Sa..Sayang aku minta maaf yaa. Aku begini karena khawatir sama kamu sayang. Aku takut kehilangan kamu. Aku gak mau sampe kamu kenapa-kenapa sayang”. Aku menjawab “Tapi enggak dengan cara seperti itu! Aku gak pernah memberi kesempatan sama siapapun dalam hubungan! Kalo aku udah bilang putus ya putus!”.
Irfan berusaha menjawab “Tapi aku mencoba menjelaskan maksudku sayang. Aku takut kamu mutusin aku hanya karena salah paham dan menyesal”. Aku langsung menarik kerah seragamnya Irfan dengan tangan kananku “Satu. Aku udah bilang putus ya putus! Kedua! Aku gak akan pernah menyesal sampe kapanpun! Ketiga! Kamu terima keputusanku ini dan kita bisa lanjut berteman!”. Irfan badannya gemetar ketakutan. Tinggi badannya hanya 165cm sedangkan aku 172cm.
Dia seperti gak percaya aku bisa bertindak sekasar ini sama dia. Aku sendiri sebenernya muak dengan dia yang sering dan terus-menerus marah-marah. Dia ingin membuat aku mencintainya dengan marah-marah dan ngajak ribut gak jelas. Aku lebih suka cowo low profile seperti Bang Putra yang banyak mengalah, penurut, dan mau mengerti aku. Aku jatuh cinta sama Bang Putra bukan hanya karena dia ganteng. Tapi karena dia bisa membuat aku sangat nyaman berada bersama dia.
Dia bukan orang yang akan mengajakku ribut karena hal-hal kecil. Dia gak pernah menuduh dan juga berusaha menuruti keinginanku. Sehingga aku pun jadi penurut dan nyaman banget sama dia. Aku melepas tanganku dari kerah bajunya Irfan “Ma..maaf Bell. Okee aku terima keputusan kamu. Makasih banyak”. Aku menjawab “Bagus kalo kamu paham dan mengerti”. Beberapa teman-temanku yang meiihatku mutusin Irfan.
Mereka telihat takut denganku dan sebagian terlihat senang. Seolah mereka berpikir memiliki kesempatan untuk menjalin hubungan denganku. Semenjak aku putus dengan Irfan. Whatsapp dan Instagramku penuh dengan chat dari cowo-cowo. Mereka menggoda aku dan ngajak ngobrol. Mereka memberi perhatian kepadaku. Tapi aku adalah perempuan yang setia. Aku gak pernah berpaling dari Bang Putra sedikitpun meskipun aku memiliki kekasih lain. Bang Putra tetap menjadi satu-satunya. (Bersambung…).
Aku menjawab “I..Iyaahh aku cinta banget sama kamu sayaaaangg… Ahhh… Ahhhh… Ahhhhh… Ampuunnn…. Ampuuunnnn sayaangg….”. Bang Putra menjawab “Kamu tadi kayanya galak banget sama Irfan sayang”. Aku menjawab “Di..Dia kan cuma sebagai umpan aja Bang… su..supaya Kak Olivia gak curiga sama akuuu..”. Bang Putra menjawab “Kalo kamu begitu ya mendingan putusin aja Irfan sayang. Aku kira kamu juga cinta sama dia”.
Aku menjawab “E..Enggak sayaang… Iyaahh… A…Aku gak masalah sayang harus mutusin Irfan. Aku cuma cinta sama kamu sayang. Kalo kamu minta aku mutusin dia. Besok aku putusin Irfan sayang”. Gak lama ketika Bang Putra lagi ganas-ganasnya genjot aku. Telfonnya Bang Putra bunyi “Duhh pasti Olivia nihh. Lagi nanggung dia pake acara nelfon segala”. Aku menjawab “Kalo seandainya aku minta kamu mutusin Kak Olivia dan menikah sama aku. Apa kamu akan menurutiku sayang?”.
Bang Putra mendadak terdiam. Genjotan di vaginaku berhenti begitu saja. Dia langsung bangun dan mengangkat telfon dari Kak Olivia. Aku melihatnya dengan rasa penuh kebingungan. Dia belum mencapai klimaks ejakulasinya tapi ketika Kak Olivia nelfon. Dia langsung berhenti ngegenjot aku dan angkat telfon dari Kak Olivia. Itu seperti memberi jawaban secara tersirat tentang pertanyaanku tadi. Bang Putra gak akan pernah mengakhiri hubungannya dengan Kak Olivia untukku.
Aku agak marah dan jengkel. Sebagai gantinya karena tadi dia sudah menggodaku ketika telfonan sama Irfan. Maka aku akan menggodanya ketika telfonan sama Kak Olivia. Aku mendekatinya dan melepas kondom berduri yang dia gunakan. Aku tidak berani bicara apapun khawatir Kak Olivia mendengar suaraku. Jadi aku memberi bahasa isyarat bahwa aku ingin mengulum dan menghisap penisnya. Tangan kanannya memegang telfon dan tangan kirinya memegang kepalaku.
*Sluurrrpp *Sluuurrrppp *Sluurrppp
Suara hisapanku di penis Bang Putra dengan ganas saat itu. Aku punya fetish yang sama sepetti Bang Putra. Ingin Kak Olivia mendengarkan dan curiga kepada Bang Putra hahaha. Bang Putra menahan desahannya namun ekspresi wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa nikmat yang dia rasakan. Bang Putra juga memberikan bahasa isyarat agar suara hisapanku jangan terlalu keras. Karena khawatir Kak Olivia mendengarnya dan bertanya-tanya.
Aku terus melayani Bang Putra sambil dia telfonan dengan Kak Olivia. Dan akhirnya setelah 15 menit Bang Putra ejakulasi di mulutku dan aku menunjukkan sperma yang ada di mulutku di hadapannya. Dan seketika *Glekkk “Ahhhh seger hahaha”. Kak Olivia kedengaran samar bertanya “Suara siapa itu sayang?”. Bang Putra menjawab “Enggak itu temenku minum. Dia bilang seger tadi”. Kak Olivia menjawab “Ohhh iyaa sih aku juga denger dia bilang seger”.
Bang Putra masih lanjut telfonan sampai 1 jam kemudian. Aku udah bete banget sumpah ditinggal telfonan sama Kak Olivia. Padahal kondisiku waktu itu sedang telanjang bulat. Tidak ada sehelai pakaian pun yang aku gunakan. Bang Putra pun sama tapi dia bukannya fokus kepadaku. Malah memilih telfonan dengan Kak Olivia. Padahal jam 12 siang nanti kita harus segera checkout. Tapi rasa marahku akhirnya reda setelah bangun tidur.
Karena Bang Putra menggenjot aku lagi dengan brutal di bathup ketika kami mandi. Setelahnya kami kembali pulang ke Jakarta. Keesokan harinya aku diantar Bang Putra ke sekolah. Hari ini aku memutuskan untuk mutusin Irfan. Aku cape ngerasain punya dua pacar. Toh Bang Putra juga gak ada Kak Olivia disini. Jadinya gak kaya dulu waktu masih ada Kak Olivia. Bang Putra sekarang hampir setiap hari nemuin aku ngajak pacaran.
Dan ngebuat aku sama sekali gak ada waktu buat Irfan. Kalo dulu aku masih bisa ketemu Irfan ketika weekend. Karena Bang Putra selalu pacaran sama Kak Olivia ketika sabtu minggu. Di kelas, Irfan langsung menghampiriku dan meminta maaf “Sayang? Kamu masih marah?”. Aku menoleh perlahan kea rah Irfan dan diam sesaat. Irfan kembali bertanya “Kamu kenapa sayang? Maksudku kamu ada apa? Aku salah apa sayang?”.
Aku menjawab “Enggak. Fan aku minta maaf yaa”. Irfan menjawab “Minta maaf kenapa sayang? Minta maaf karena udah marah sama aku?”. Aku menjawab “Kita udahan aja Fan. Maaf banget ya Fan. Aku gak bisa lanjutin hubungan ini”. Irfan terlihat kaget dan shock dengan perkataanku “Kok? Kok begitu sayang? Aku salah apa sih sama kamu? Sampe kamu mutusin aku!”. Aku menjawab “Kamu ribet! Kamu pemarah! Kamu tukang nuduh! Gak ada perempuan yang bisa tahan sama kamu!”.
Seketika temen-temenku yang sedang asik ngobrol mendadak diam tanpa suara. Mereka seperti ingin mendengar perbincanganku dengan Irfan. Irfan menjawab “Sa..Sayang aku minta maaf yaa. Aku begini karena khawatir sama kamu sayang. Aku takut kehilangan kamu. Aku gak mau sampe kamu kenapa-kenapa sayang”. Aku menjawab “Tapi enggak dengan cara seperti itu! Aku gak pernah memberi kesempatan sama siapapun dalam hubungan! Kalo aku udah bilang putus ya putus!”.
Irfan berusaha menjawab “Tapi aku mencoba menjelaskan maksudku sayang. Aku takut kamu mutusin aku hanya karena salah paham dan menyesal”. Aku langsung menarik kerah seragamnya Irfan dengan tangan kananku “Satu. Aku udah bilang putus ya putus! Kedua! Aku gak akan pernah menyesal sampe kapanpun! Ketiga! Kamu terima keputusanku ini dan kita bisa lanjut berteman!”. Irfan badannya gemetar ketakutan. Tinggi badannya hanya 165cm sedangkan aku 172cm.
Dia seperti gak percaya aku bisa bertindak sekasar ini sama dia. Aku sendiri sebenernya muak dengan dia yang sering dan terus-menerus marah-marah. Dia ingin membuat aku mencintainya dengan marah-marah dan ngajak ribut gak jelas. Aku lebih suka cowo low profile seperti Bang Putra yang banyak mengalah, penurut, dan mau mengerti aku. Aku jatuh cinta sama Bang Putra bukan hanya karena dia ganteng. Tapi karena dia bisa membuat aku sangat nyaman berada bersama dia.
Dia bukan orang yang akan mengajakku ribut karena hal-hal kecil. Dia gak pernah menuduh dan juga berusaha menuruti keinginanku. Sehingga aku pun jadi penurut dan nyaman banget sama dia. Aku melepas tanganku dari kerah bajunya Irfan “Ma..maaf Bell. Okee aku terima keputusan kamu. Makasih banyak”. Aku menjawab “Bagus kalo kamu paham dan mengerti”. Beberapa teman-temanku yang meiihatku mutusin Irfan.
Mereka telihat takut denganku dan sebagian terlihat senang. Seolah mereka berpikir memiliki kesempatan untuk menjalin hubungan denganku. Semenjak aku putus dengan Irfan. Whatsapp dan Instagramku penuh dengan chat dari cowo-cowo. Mereka menggoda aku dan ngajak ngobrol. Mereka memberi perhatian kepadaku. Tapi aku adalah perempuan yang setia. Aku gak pernah berpaling dari Bang Putra sedikitpun meskipun aku memiliki kekasih lain. Bang Putra tetap menjadi satu-satunya. (Bersambung…).
antonmaria dan 15 lainnya memberi reputasi
14
Kutip
Balas
Tutup