@pohanaja
Kenapa harus saksi, kalou saksinya juga merupakan hasil ciptaan. Satu satunya jalan, hanyalah dengan menggunakan akal, mencari kecocokan dari berita yang diperoleh.
Koreksi, Kalimat syahadat, bukan lah kesaksian dalam arti sempit literlik. Kalimat syahadat, adalah sebuah pengakuan yang kuat, bagaikan pengakuan seorang yang menjadi saksi, yang benar benar melihat.
Kesalahan manusia ketika berfikir tentang keberadaan tuhan, manusia terlebih dahulu terjebak dalam kata “tuhan” sehingga harus membuktikan keberadaan tuhan, demi membenarkan dia bahwa tuhan yang diyakininya memang ada. Cara berfikir demikian, akan membawa manusia pada keyakinan lemah, yang menjurus kepada ateis akhirnya.
Padahal cara berfikirnya begitu simpel.
Cukup dimulai dari pemahaman, setiap sesuatu pasti ada yang menciptakannya. Lalu siapa yang menciptakannya? Ada yang tahu?, kalou tidak tahu, lalu kenapa manusia menebak nebak?
Lalu siapa yang meciptakannya?, karena tidak tahu, maka kita menyebut yang mencipta itu, tentulah dengan sebutan sang PENCIPTA.
Seperti apa sang PENCIPTA?, tidak ada yang tahu, kita hanya bisa menyebutNYA sebagai sang PENCIPTA. Orang Indonesia, menyebutNYA dengan nama TUHAN. Orang islam menyebutNYA dengan nama ALLAAH.