Warga Kolong Flyover Pegangsaan Tolak Tawaran Risma untuk Direlokasi
Merdeka.com - Menteri Sosial, Tri Rismaharini melakukan blusukan ke kolong flyover di Pegangsaan yang terletak di belakang Kantor Kementerian Sosial (Kemensos), Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. Saat blusukan, dia meminta warga kolong flyover untuk relokasi ke tempat yang disediakan Kemensos.
Namun, permintaan mantan Wali Kota Surabaya itu ditolak. Lurah Pegangsaan, Parsiyo mengatakan, warga kolong flyover menolak tawaran tersebut karena lokasi yang disediakan Kemensos terletak di Bekasi, Jawa Barat.
"Karena jauh, jauh dari tempat kerja karena di Bekasi itu yang Bu Menteri tawarkan. Tentunya mereka kejauhan," katanya saat dihubungi merdeka.com, Jumat (1/1).
Dia menjelaskan, ada enam KK yang tinggal di kolong flyover Pegangsaan. Pekerjaan mereka bervariatif, ada yang menjadi sopir bajaj, pengusaha tenda hingga buruh.
Dua dari enam KK tersebut tidak memiliki rumah. Sementara empat KK lainnya memiliki rumah di RW 03, Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat. Namun, mereka memilih tinggal di kolong flyover Pegangsaan karena beralasan rumah yang mereka miliki sempit.
"(4 KK) Itu awalnya tinggal sama orang tua-orang tua mereka. Setelah mereka berumah tangga, kakak adek mereka itu masih sama orang tua sehingga terjadi lah penumpukan di situ. Karena di rumah ramai-ramai, mereka ingin mencari angin segar barangkali sehingga bikin bedeng seadanya gitu di kolong itu," jelasnya.
Menurut Parsiyo, jauh sebelum Risma menawari warga kolong flyover Pegangsaan relokasi, Pemprov DKI Jakarta sudah melakukan hal serupa. Pemprov DKI sudah pernah menyediakan rusunawa di Jakarta Timur dan Jakarta Utara. Namun, mereka tetap menolak karena jauh dari tempat kerja.
"Iya mereka menolak karena itu tadi," ujarnya.
Kendati demikian, dia terus membangun komunikasi baik dengan warga kolong flyover Pegangsaan. Dia meminta warga tersebut pindah ke tempat lain karena kolong flyover Pegangsaan akan disulap menjadi sarana khusus.
Warga kolong flyover Pegangsaan, kata Parsiyo, menerima permintaan tersebut. 2 KK yang tidak memiliki rumah sudah bersedia untuk mengontrak rumah atau indekos.
"Dua KK memang betul-betul tidak punya rumah dan mereka sanggup meninggalkan tempat itu dan sanggup untuk mengontrak," tandasnya. (mdk/fik)
@banyakmikir itu cara bunda sebelum disini, selalu datang lebih pagi, setelah subuh , untuk menyisir, area kantong kantong bermasalah. Misal Mayjend Sungkono Surabaya. Seingatku...mulai dari aku kecil sampai sampai dewasa...banjir selalu datang ke daerahku ......mau masuk langsung tanpa permisi atau merembes dari lantai.....itu sudah makanan tahunan....jadi besok pagi jebol tembok untuk kuras banjir.
Adanya bunda risma....sungai di dalamkan lagi....dibuat box culvert banyak....intinya...banjirnya ngga masuk rumah lagi....ajaib....wakakkakk....
pernah juga hujan deras...bunda risma sudah ada di atas jembatan di mayjend ....sambil pakai HT....mungkin panggil semua yang terkait....
@banyakmikir@angelo.ogbonna mzyjend sungkono banjor hanya di bagian ruko darmo park saja....mungkin itu sebaiknya ditimbun....dinaikkan minimal 4-5 m. Artinya semua pintu bakal ketimbun..wakkakakakka.....daerah rendah soalnya
Ane lahir n gede di jkt..trs pindah sby stlh married
Sby ini mirip jkt thn 80an akhir suasananya msh bnyk tanah ksg, lalu lintas lowong..minus ga ada limpahan air dr dataran tggi ky jkt
Ane perhatiin blkgan mulai bnyk perumahan2 baru yg mulai "merusak" lingkungan..ini mirip jkt 90 awal
Kl ga diantisipasi walau ga ada limpahan air dr atas ane tkutnya genangan air mkin lama ngendon alias bnjir mkin parah 2019 desember itu ane muter2 mo plg ngantor dr sby pusat ke sby barat..akses dr diponegoro ke barat smua bnjir , bnyk bgt motor2 mogok krn maksa lewat..
Ini jd ingetin ane sm jkt ..hrs dr skrg diantisipasi pmbangunan2 ..kl ga 10 thnan lg bs mkin parah bnjirnya
Semua laporan yang masuk akan kami proses dalam 1-7 hari kerja. Kami mencatat IP pelapor untuk alasan keamanan. Barang siapa memberikan laporan palsu akan dikenakan sanksi banned.