bedulokAvatar border
TS
OWNER
bedulok
Milanisti Kaskus | A. C. Milano 20/21 | Sempre Insieme, Forza Milan!


Quote:







SOCCER ROOM GENERAL RULES
Read This Before Posting



Spoiler for Rules:





*Peraturan dapat direvisi/dirubah sewaktu waktu emoticon-shakehand


Peraturan Baru di Sub Forum Milkas
Diubah oleh bedulok 16-12-2020 16:34
sinusinu
ko0oala
secretcodee
secretcodee dan 93 lainnya memberi reputasi
72
843K
25.2K
Thread Digembok
Tampilkan semua post
ilozenAvatar border
ilozen
#9717
Berbasis Sains
Oleh: Magico Milan

Dunia sepakbola tidak akan bisa melupakan putra terbaik Kiev, kota industri penting di Eropa Timur itu, Valery Lobanovsky. Pelatih legendaris itu populer dengan penemuan gemilangnya tentang sepak bola berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.

Barangkali banyak yang mempertanyakan, bagaimana sepak bola berbasis sains bisa berjalan. Lobanovsky membuktikan bisa, dengan sederet prestasi baik bersama Dinamo Kiev maupun tim nasional Uni Soviet yang diasuhnya.

Pada debut sebagai pelatih, Loba, panggilan akrabnya, menjadikan Dinamo klub pertama di Uni Soviet merebut trofi Eropa. Dinamo mengalahkan Ferencvaros pada final Piala Winners 1975. Loba kembali mengantar trofi Piala Winners bagi Dinamo pada 1986 dengan mengalahkan Atletico Madrid di final. Dan pada 1988, Uni Soviet yang pemainnya dipilih berbasis performa dalam tes komputer dibawanya lolos ke final Piala Eropa sebelum ditaklukkan Belanda.

“Hal yang paling penting dalam sepak bola modern adalah apa yang dilakukan pemain di lapangan ketika dia tidak sedang memegang bola, bukan sebaliknya,” kata Loba ketika ditanya filosofi dasarnya tentang permainan bola.

Kedekatan Loba dengan sains berawal dari latar belakang sebagai mahasiswa Institut Politeknik Kiev. Loba seorang pecandu matematika. Warisan paling terkenalnya adalah tendangan pisang. Secara ilmiah disebutnya Magnus Effect. Loba menemukan tendangan pisang, setelah belajar teori dengan menghitung kecepatan, daya dan titik kontak sepatu dengan bola.

Saat melatih Dnipro Dnipropetrovsk, Loba berkenalan dengan Anatoly Zelentsov, dekan Ilmu Fisika, Institut Teknologi Dnipropetrovsk. Keduanya lantas berkolaborasi. Zelentsov diajak bergabung bersama Dinamo Kiev. Zelentsov bekerja berpegang pada garis Loba. Prinsip berpikirnya sama dengan Loba yaitu, ketika sepersekian detik menjadi terlalu lama dalam sepak bola modern, maka pemain sudah harus tahu ke mana mengumpan, sebelum dia menerima bola. Untuk bisa seperti ini, seorang pemain harus bisa mengingat pola pergerakan. Dan ketika dia berdiri tanpa bola, pemain harus bisa berlari sesuai pola, sesuai kebiasaan.

Jurnalis Inggris, Simon Kuper menceritakan pengalamannya ketika berada di laboratorium Zelentsov dalam buku Football Against The Enemy. Zelentsov menunjukkan layar komputer yang dibagi dalam sembilan kotak bujur sangkar. Kotak itu untuk mengukur seberapa sering seorang pemain masuk ke kotak lain, siapa yang menggantikan ketika dia meninggalkan kotak, serta seberapa banyak pemain itu memegang bola atau tidak memegang bola di satu kotak.

Zelentsov menggunakan skala untuk menghitung kemampuan pemainnya dalam hal lima ukuran penilaian yaitu intensitas, aktivitas, efektivitas, tingkat kesalahan serta realisasi. Nilai tiap pemain dalam setiap ukuran kinerja kemudian disodorkan kepada Lobanovsky. Nilai itu akan berperan dalam penentuan siapa layak bermain di lapangan.

Begitulah cara Lobanovsky bekerja. Dia memang cerdas dan brilian meski ilmunya bukan tanpa kritik. Saat melatih di Kuwait, dia dipecat karena ketidakcocokan gaya. “Lobanovsky menjadikan pemain seperti robot. Dia membunuh hiburan dan kreativitas dalam sepak bola,” demikian pernyataan komite kepelatihan Kuwait.

Toh, di luar segala kontroversi, Loba tetap tidak akan dilupakan di tanah leluhurnya. Loba dianugerahi gelar pahlawan nasional Ukraina. Patungnya dalam posisi duduk, tampak megah di depan Stadion Dinamo Kiev. Nama stadion pun diubah menjadi Stadion Valeriy Lobanovski.

Dia meninggal pada 2002. Setahun setelah itu, murid terbaiknya Andry Shevchenko mendatangi makamnya untuk menyimpan medali kemenangan Liga Champions bersama AC Milan. “Lobanovsky memberi Ukraina lebih dibanding para politisi dan diplomat,” kata Leonid Kravchuk, presiden pertama Ukraina.

***

Partner Loba, Zelentsov adalah sosok inspirasi di balik pendirian MilanLab yang begitu populer. Kisahnya, pada 2000 Ac Milan membeli Fernando Redondo seharga 11 Juta dolar dari Real Madrid. Pemain Argentina - yang memenangkan 2 gelar Liga Champions dalam enam tahun - memulai debutnya hanya tiga musim kemudian, karena masalah lutut yang dideritanya.

Uang dan energi yang terbuang percuma yang dikeluarkan klub menjadi alasan mengapa Rossoneri mengubah pendekatan secara radikal terhadap perawatan para pemainnya dan mengadopsi dokter Belanda Jean Pierre Meerseeman, yang sudah bekerja sama dengan klub.

Milan Lab didirikan di Milanello pada 2002 oleh Adriano Galliani dan Meerseeman. Dokter itu memutuskan untuk mengadopsi metode ilmiah yang telah dilakukan oleh petugas medis Anatoly Zelentsov, yang pada tahun 80-an menemukan metode ketat untuk meningkatkan kinerja pemain Dynamo Kiev. Filsafat Milan Lab mengambil aspek kuantitas Zelentsov yang mencampurkannya dengan pendekatan holistik untuk pengobatan yang mendasarkan semua perawatan pada berfungsinya sistem saraf dan neurologi.

Salah satu contoh paling terkenal adalah tentang Clarence Seedorf, yang disembuhkan oleh Meerseeman dari masalah selangkangan yang berkepanjangan, hanya dengan mencabut gigi bungsu. Presiden AC Milan menginvestasikan 5 miliar Lira di laboratorium dan dia mempercayakan arahan perawatan medis kepada profesor Belanda yang metodenya dapat disimpulkan dalam frasa ini:

“Usia sebenarnya tidak perlu dihitung. Yang terpenting adalah Anda siap secara fisik dan psikologis untuk bermain. Tidak masalah jika Anda berusia 21 atau 41 tahun.”

Metode baru ini telah menghasilkan peningkatan signifikan dalam kebugaran pemain, mengurangi 70% penggunaan obat-obatan dan mengikis 43% sesi pelatihan yang terlewat.

Lab membantu Milan menjadi tim terbaik di Eropa dan menjadi model menghindari cedera pada masa depan. Pada tahun 2007 klub mencapai final Liga Champions ke-3 dalam 5 tahun dengan tim rata-rata berusia 34 tahun.

Kapten Paolo Maldini berusia 38 dan dua tulang punggung lainnya di lineup awal saat Nesta dan Inzaghi berusia 31 dan 34. Pada tahun-tahun itu tim berinvestasi pada pemain lama seperti Cafù (32), Stam (31), Oddo (31), dan Beckham (33).

Berkat Lab Milan, klub memenangkan 2 Liga Champions, 2 Piala Super UEFA, 1 Piala Dunia Antarklub FIFA, 2 scudetto, 1 coppa Italia, 1 Piala Super Italia. Sebuah kisah yang mengesankan.

***

Saat ini badai cedera kembali menghantam Milan. Dulu dan sekarang situasinya sudah jauh bertolak belakang. Sudah tidak bisa dihubung-hubungkan lagi.

Zaman sudah benar-benar berubah. Kita hanya berharap, Milan bisa mengatasi badai cedera bagaimanapun caranya. Kita berharap, menyongsong tahun baru, tetap bisa berada di puncak. Andaikata pun tidak, mereka sudah berjuang luar biasa untuk 2020.

Happy New Year. Terima kasih untuk 2020 AC Milanku yang luar biasa. Forza!
achomatic20
chefnco7
superstreetstar
superstreetstar dan 18 lainnya memberi reputasi
19
Tutup