Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

adnanamiAvatar border
TS
adnanami
Warisan Cenayang Season 2
Warisan Cenayang Season 2

Petani Gaib di Coban Rondo


Kisah ini adalah kisah yang terselip dan terlewatkan di season 1, sehingga aku ceitakan di season 2 saja.
***

Usiaku kala itu masih remaja, kira - kira 16 tahun. Aku duduk di bangku SMA. Kebetulan ekstrakulikuler teater tengah mengadakan workshop seni peran yang terbuka untuk seluruh siswa di sekolahku. Acara tersebut dilaksanakan di Coban Rondo Malang.

Aku memutuskan untuk ikut saja, karena tampaknya acara ini akan sangat seru. Disana kita akan menginap selama tiga hari dua malam. Malam pertama kita menginap di tenda yang dibangun di atas rumput hijau area bumi perkemahan Coban Rondo. Beranggotakan 30-an orang lebih, kita tidur dalam satu tenda besar dengan penerangan lampu yang cukup. 

Pukul 11 malam, kami dibangunkan oleh suara lelaki yang membuat para peserta workshop terkesiap kaget hingga membuka mata. Ternyata suara itu adalah suara guru kami yang memerintahkan kami melakukan penjelajahan malam menyusuri area Coban. Coban adalah air terjun dalam bahasa Jawa.

Aturan pertama kita dibagi menjadi berkelompok yang masing - masing regu berisikan 8 orang. Kita harus jalan tanpa alas kaki, dengan jarak 2 meter antar anggota kelompok. Pembawa lampu senter haruslah orang yang berada di barisan paling belakang dan depan saja, sedangkan yang di tengah tidak membawa penerangan apapun. Posisiku ada di tengah. Sempat tersisip rasa sesal di hatiku, kenapa ikut acara beginian dengan aturan yang absurd, tanpa tau tujuan yang jelas dari kegiatan ini.

Hujan rintik - rintik turun di tengah malam, membuat jalan aspal yang menanjak menuju arah air terjun digenangi air hujan. Kakiku yang tak memakai alas ini sesekali menginjak kerikil - kerikil tajam dan genangan air kotor, membuat rasa sakit ikut terasa sehingga diriku lebih waspada. Tak ada penerangan lampu disini, suasana amat gelap di tengah hutan rimba yang banyak sekali ditumbuhi pohon - pohon besar disisi kanan dan kiri. Tak bisa kupungkiri ada rasa jika banyak yang memperhatikan kami dari atas bukit di sekeliling regu kami berjalan. Namun aku sengaja untuk tidak menoleh maupun memfokuskan pandanganku pada mereka. 

Hal ini wajar, jam sudah menunjukkan angka 12 dan kita memasuki wilayah aktifitas 'mereka'. Pak guru di tempat pemberangkatan tadi melarang semua murid untuk mengarahkan sorot lampu senter ke atas. Aku paham namun hanya diam. Tujuannya pasti agar tidak mengganggu para penghuni hutan dan makhluk yang menjadikan pohon - pohon itu sebagai singgasananya.

Salah satu dari anggota reguku sedang datang bulan. Bau darahnya memancing bangsa 'mereka' untuk memperhatikan gerak - geriknya. Benar saja, di post terakhir sebelum sampai ke Coban kita berkumpul dan dia bercerita bahwa seperti ada orang di belakangnya padahal dia adalah orang di barisan terakhir dan jarak antara regu satu dengan regu lainnya sekitar 1 km. Jadi tidak mungkin ada manusia yang ikut berjalan di belakangnya. Aku yang mendengar itu, tak mau memperkeruh suasana. 

Selesai acara yang digelar di dekat air terjun, kita pulang bersama - sama menuju ke tenda tanpa aturan seperti yang tadi. Kita berjalan bebas sambil ngobrol. Tak kusangka, di suasana remang - remang hutan pujon ini, ada makhluk sangat besar. Mungkin ukurannya dua puluh kali lipat ukuran manusia, dia bak raksasa, tingginya hampir menyamai pohon berusia ratusan tahun yang tumbuh di hutan ini, dia memakai topi caping dengan celana pendek dan berkaus seperti petani di dunia manusia. Dia tengah merawat ladangnya (secara gaib) yang secara mata telanjang hanya tampak seperti bukit yang tinggi. Aku terkejut, begitu pun dengan dia. Petani gaib itu melihat ke arah kami yang berjumlah puluhan orang, dia pun berubah menjadi wujud transparan lalu menghilang.

Bersambung
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Polling
0 suara
Mau dibikin kayak apa thread cenayang ini?
Diubah oleh adnanami 26-03-2021 02:02
pulaukapok
c4punk1950...
joyanwoto
joyanwoto dan 25 lainnya memberi reputasi
24
9.5K
140
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
adnanamiAvatar border
TS
adnanami
#72
Dia yang Berdiri di atas jembatan dalam kegelapan
Kejadian ini baru terjadi sekitar 4 hari yang lalu, tepatnya hari Jumat malam. Malam itu masih pukul 7, kita berangkat dari rumah menuju swalayan. Jaraknya memang cukup jauh. Aku bersama Ibu mengendarai sepeda motor, aku yang menyetir dan Ibu aku bonceng di belakangku.

Pada mulanya semuanya normal, tak ada apapun. Ketika melewati sebuah jembatan kecil yang bawahnya adalah jurang di dekat rumahku pun tidak ada sesuatu yang aneh. Waktu berselang ... kita sudah menghabiskan waktu cukup lama untuk perjalanan, untuk berjalan di dalam swalayan, memilih - milih barang dan antri beberapa belas menit.

Sempat akan menuju ATM juga, namun karena antri dan jam sudah menunjukkan pukul 9. Kami mengurungkan niat, karena takut ada orang jahat yang mengintai kami dari kejauhan.

"Wah, kok antri? Sudah jam segini, bu!" kataku seraya menunjukkan jam yang tertera di layar ponselku

"Ya sudahlah, besok pagi saja ambil uangnya"

Aku menghidupkan mesin motorku, tancap gas menuju ke rumah. Jalanan nampak sepi, lampu juga tidak terlalu terang. Ada bagian jalan yang tak terkena sorot lampu. Menuju ke daerah pemukiman penduduk, kita harus melewati jalan aspal yang lebar dengan sisi kanan dan kiri pepohonan yang amat besar.

Di tengah perjalanan kita juga akan melewati jembatan pendek yang lebar sekali. Di situ tak terkena lampu, jadi amat gelap. Aku melaju pelan, tidak mau angin dingin semakin membuat tubuhku menggigil. Sebab sedari tadi daguku menggertak dengan sendirinya pertanda tubuhku sedang beradaptasi dengan suhu rendah.

Ketika melintas di jembatan itu, aku melihat sosok lelaki berwarna abu - abu. Membawa becak tua yang ramai dipakai orang jaman dulu sebagai alat transportasi. Dia berdiri termenung tak bergerak di sebelah becaknya. Aku terhenyak melihatnya. Aku berusaha diam, meski aku yakin dia bukan manusia.

Jarak 100 meter dari sosok itu, ada seorang lelaki yang tampak linglung di atas motornya. Posisinya berada di pinggir jalan raya, setelah jembatan itu. Di bawah pohon besar, di atas tanah becek. Aku tidak tau apa yang terjadi padanya. Sepertinya dia habis terpeleset atau mengalami kejadian aneh.

Aku tetap melanjutkan perjalananku. Setelah cukup jauh dari jembatan itu, aku bertanya pada Ibuku,

"Bu, apa Ibu melihat tukang becak di atas jembatan tadi?"

"Nggak lihat! Nggak ada siapa - siapa. Ibu cuma lihat pria yang kebingungan di atas motor tadi" kata Ibu

"Tadi di atas jembatan ada tukang becak bu! Pria tadi sepertinya habis diganggu!" kataku

"Iya ... dulu tetangga kita, Pak Jerry juga jatuh disitu. Katanya lihat tukang becak nyebrang trus ditabrak, padahal Budhenya yang lagi dibonceng, saat itu tidak ada apa - apa. Tapi pak Jerry nyetirnya meliuk - liuk sampai jatuh." cerita Ibuku

"Ibu masih ingat tidak dulu pak Jerry jatuhnya hari apa?" tanyaku

"Ibu masih ingat, dia jatuh hari Jumat, orang dulu Budhenya nanya ke Ibu dan Ibu langsung lihat kalender." kata Ibu

"Waduh, berarti bener bu, pria tadi kenapa - napa. Kayaknya itu arwah tukang becaknya nggak tenang!" kataku

Kemudian kami ingat, ada satu barang yang belum kami beli. Mau balik kesana nggak jadi, daripada jadi korban selanjutnya. Sekarang tiap Jumat, aku tidak akan lewat jalan itu di malam hari.

Besok paginya aku melintas di jalan yang sama, terlihat ada bekas ban motor yang terperosok agak dalam ke tanah basah di sebelah jalan aspal, fix sih! Ini bekas ban motor pria kemarin, membentuk lintasan yang berkelok tak beraturan.
Diubah oleh adnanami 22-12-2020 00:54
indrag057
pulaukapok
banditos69
banditos69 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Tutup