kbh.officialAvatar border
TS
kbh.official
[COC Review Buku] Review Dilan Series Karya Pidi Baiq




Pidi Baiq menulis 3 buah buku Dilan yang menurut saya epic. Sudah lama sekali kita tak membaca novel percintaan receh dan lucu setelah era Lupus-nya Hilman Hariwijaya. Namun, Pidi Baiq tentu masih harus berjuang super keras untuk dapat disejajarkan dengan Hilman. Terutama dari segi produktivitas.

Kita kesampingkan dulu membandingan Pidi Baiq dan Hilman. Karena beda jaman tentu beda kondisi dan beda juga tantangannya. Kita kembali ke buku Dilan.

3 buku yang ditulis oleh Dilan eh Pidi Baiq adalah: Dia Adalah Dilanku 1990, Dia Adalah Dilanku 1991 dan Milea: Suara dari Dilan. Tapi maaf, buku ketiga sedang dipinjam jadi tidak masuk dalam pemotretan ini emoticon-Big Grin

Saya rasa Pidi Baiq berhasil memberikan siraman rohani romantisme percintaan remaja pada generasi milenial. Karena di era serba mudah seperti saat ini, romantisme sudah dikalahkan oleh kemudahan. Seperti menulis surat cinta dengan tulisan tangan, menurut saya ini sangat romantis. Dibanding menanyakan kabar via aplikasi WhatsApp.

Menelpon pacar di telepon umum koin (yang kini benda ini sudah masuk ke musium saking langkanya) juga sangat romantis. Karena ada perjuangan dan rasa penasaran bagaimana ekspresi orang yang di ujung sana saat berbicara dengan kita. Sekarang era video call atau facetime, tak ada lagi rasa penasaran. Malah yang seharusnya tak perlu diperlihatkan justru malah dipamerkan. Ah sudah lah.

Ada 2 type pembaca Buku Dilan. Yang pertama adalah menonton filmnya terlebih dahulu baru membaca bukunya. Entah pinjam atau beli di bookstore. Sedang yang kedua adalah kebalikannya, sudah membeli bukunya baru menonton filmnya. Jika mau ditambahkan, ada 1 type bonus yakni membaca buku Dilan tanpa mau menonton filmnya, karena bisa merusak imajinasi mereka.

Jujur, saya adalah type pertama. Meski saya saling memfollow di twitter akun Pidi Baiq bahkan saya sedikit tahu bagaimana proses Dilan ditulis, namun saya baru benar-benar membaca ceritanya setelah menonton filmnya. Kalau kamu type yang mana?

Tapi saya masih penasaran, menurut kamu Dilan adalah Pidi Baiq atau bukan ya? Karena kalau kita membahas Lupus, maka kita sudah bisa menduga bahwa tokoh itu adalah gambaran si penulisnya, Hilman Hariwijaya.

Jakarta, 7 Desember 2020
@kbh.official

Quote:
Diubah oleh kbh.official 07-12-2020 15:58
zharki
zharki memberi reputasi
1
674
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
kbh.officialAvatar border
TS
kbh.official
#1
[COC Review Buku] Review Dilan Series Karya Pidi Baiq




Pidi Baiq menulis 3 buah buku Dilan yang menurut saya epic. Sudah lama sekali kita tak membaca novel percintaan receh dan lucu setelah era Lupus-nya Hilman Hariwijaya. Namun, Pidi Baiq tentu masih harus berjuang super keras untuk dapat disejajarkan dengan Hilman. Terutama dari segi produktivitas.

Kita kesampingkan dulu membandingan Pidi Baiq dan Hilman. Karena beda jaman tentu beda kondisi dan beda juga tantangannya. Kita kembali ke buku Dilan.

3 buku yang ditulis oleh Dilan eh Pidi Baiq adalah: Dia Adalah Dilanku 1990, Dia Adalah Dilanku 1991 dan Milea: Suara dari Dilan. Tapi maaf, buku ketiga sedang dipinjam jadi tidak masuk dalam pemotretan ini emoticon-Big Grin

Saya rasa Pidi Baiq berhasil memberikan siraman rohani romantisme percintaan remaja pada generasi milenial. Karena di era serba mudah seperti saat ini, romantisme sudah dikalahkan oleh kemudahan. Seperti menulis surat cinta dengan tulisan tangan, menurut saya ini sangat romantis. Dibanding menanyakan kabar via aplikasi WhatsApp.

Menelpon pacar di telepon umum koin (yang kini benda ini sudah masuk ke musium saking langkanya) juga sangat romantis. Karena ada perjuangan dan rasa penasaran bagaimana ekspresi orang yang di ujung sana saat berbicara dengan kita. Sekarang era video call atau facetime, tak ada lagi rasa penasaran. Malah yang seharusnya tak perlu diperlihatkan justru malah dipamerkan. Ah sudah lah.

Ada 2 type pembaca Buku Dilan. Yang pertama adalah menonton filmnya terlebih dahulu baru membaca bukunya. Entah pinjam atau beli di bookstore. Sedang yang kedua adalah kebalikannya, sudah membeli bukunya baru menonton filmnya. Jika mau ditambahkan, ada 1 type bonus yakni membaca buku Dilan tanpa mau menonton filmnya, karena bisa merusak imajinasi mereka.

Jujur, saya adalah type pertama. Meski saya saling memfollow di twitter akun Pidi Baiq bahkan saya sedikit tahu bagaimana proses Dilan ditulis, namun saya baru benar-benar membaca ceritanya setelah menonton filmnya. Kalau kamu type yang mana?

Tapi saya masih penasaran, menurut kamu Dilan adalah Pidi Baiq atau bukan ya? Karena kalau kita membahas Lupus, maka kita sudah bisa menduga bahwa tokoh itu adalah gambaran si penulisnya, Hilman Hariwijaya.

Jakarta, 7 Desember 2020
@kbh.official

Quote:
Diubah oleh kbh.official 07-12-2020 15:58
0