- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Son of the Rich (Reborn)
TS
kawan.betina
Son of the Rich (Reborn)
Quote:
Lembaran pertama - Kota Malang
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Bokap gua kerja di salah satu perusahaan asing penambang emas di pulau sumbawa sedangkan nyokap mempunyai beberapa butik dan bisnis makanan yang cukup besar di kota kelahiran gua. dan Perkenalkan nama Gua adrian, anak semata wayang dua sejoli yang bertemu saat bermitra bisnis 25 tahun yang lalu. Gua lahir ke dunia dengan sebuah pengharapan yang besar. Karena untuk mendapatkan Gua, orang tua gua harus menunggu lebih dari 5 tahun.
Hidup serba ada bahkan terlalu berlebihan, pakaian serba bermerk gadget yang selalu menemani gua setiap saat dan mobil yang selalu menemani gw kemana aja, semua itu cukup membutakan gua seperti apa arti dari sebuah perjuangan hidup. Jujur, guaga pernah merasakan rasanya mengumpulkan uang sendiri bahkan hanya untuk membeli sepeda yang gua pengen. ketika mata ini melihat sebuah benda menarik, maka nyokap gua akan bilang, "Adrian Mau?" dan sorenya barang itu sudah ada di rumah. Gua paham nyokap ingin sekali membuat gua bahagia tapi kadang gua merasa ga bisa menikmati hidup ini dengan baik. Dengan Uang mungkin kita bisa bahagia, tapi kita tidak bisa membeli kebahagiaan dengan uang.
Super Duper Over Protektif
itulah hal yang bisa gua simpulkan tentang keluarga gua. Walau Gua hanya bertemu mereka saat weekend saja tapi kalau sudah menyangkut tentang masa depan gua, mereka akan melupakan semuanya dan menitik beratkan fokusnya ke gua.
Gua bukan orang yang bodoh, gua selalu mendapat peringkat 1 dari Sekolah dasar hingga sekarang, tentu kecerdasan gua turun dari bokap dan nyokap. Mereka adalah dua sejoli yang sangat ideal, mereka sama sama pintar dan mereka adalah 2 manusia yang diberikan paras yang cantik dan tampan oleh tuhan , alhasil semua kelebihan itu menurun ke gua.
Untuk urusan masuk sekolah, Orang tua gua selalu sangat hati hati. Saking hati hatinya, Gua bahkan sudah diterima di sekolah menengah atas sebelum gua menjalankan tes masuk. Apalagi lagi kalo bukan karena bokap gua menghubungi kepala sekolah yang merupakan teman lamanya, padahal gua sangat yakin, gua tetep bisa masuk tanpa bantuan mereka. Waktu itu gua marah besar tapi orang tua tetaplah orang tua, mereka selalu ingin anaknya bahagia apapun caranya.
Ketika para siswa sibuk mencari PTN dengan mengikuti berbagai macam Bimbingan Belajar, gua dengan begitu Mudah mendapat tiket masuk disalah satu PTN terbaik di indonesia, tentu sudah bisa ditebak , semua ini karena bokap gua. Untuk kali ini gua memutuskan untuk berontak, tak ingin lagi rasanya gua mengunakan kekuatan orang tua gua buat ngelakuain semuanya.
Hanya berbekal baju yang gua masukin ke Tas Ransel, serta Dompet yang berisi hanya beberapa uang lima puluh ribuan dan ATM yang entah berapa isinya dan ijazah SMA. Gua menuju terminal Bus, mencari loket tiket yang berangkat hari itu juga, Gua memutuskan naik Bus karena Beberapa orang di bandara mengenal Gua. Satu persatu Loket tiket gua datangi, mancari bus-bus yang bisa segera berangkat, menuju Jogja, solo surabaya, bandung, atau entahlah, yang penting gua harus segera pergi dari pulau yang gua diami 17 tahun terakhir, Lombok.
Hanya Tiket Mataram~malang yang ada untuk keberangkatan 1 jam lagi, yang akhirnya diputuskan mungkin gua harus pergi ke malang, 1 jam lagi bus tiba, dan ini pertama kalinya gua harus jauh dari kedua orang tua gua.
NEXT
Sekitar Pukul 4 pagi, bus sudah tiba di sebuah terminal kota malang, ada nuansa berbeda yang gua rasakan di sini. Hawa yang lebih dingin dan tentu perasaan gua yang ga menentu akibat ulah gua ini. Mungkin bokap nyokap gua lagi panik di rumah, ada sedikit rasa bersalah dalem diri gua tapi semoga surat yang gua tulis bisa membuat nyokap gua agak lega.
Ponsel gw sempat berbunyi saat gua menyebrang dari bali ke banyuwangi. Mungkin 10 kali atau 20 kali atau mungkin lebih, dan semua adalah misscall dari nyokap gua. Tanpa pikir panjang ponesl itu gua buang ke laut, beberapa saat kemudian gua sedikit menyesal, kenapa harus gua buang, kenapa ga gua kasih ke orang agar lebih bermanfaat, mungkin ini hasil dari didikan manja orang tua gua, semua jadi serba mudah.
Uang di dompet gua udah kosong melompong untuk membeli tiket dan beli makanan di jalan. Gua mencoba mengelilingi Terminal arjosari untuk mencari ATM di deket sana. Hampir 10 menit gua lalu lalang lalu akhirnya gua bisa bernafas lega, ternyata ATM tidak terlalu jauh dari tempat gua turun tadi. Setelah mengambil beberapa juta dari mesin ATM setelah menarik uang sebanyak 2 kali, Gua mengambil kertas struk yang sudah gua buang ke tempat sampah tadi. Saat gua mengecek nominalnya sebuah angka 1 dan ada 8 digit angka mengikutinya dibelakang, waw... sebanyak inikah uang yang dikirimkan bokap Gua selama ini, setahuku ATM ini diberikan saat ujian nasional kemarin, gua meminta uang hanya buat perpisahan dengan teman teman kelas gw. "Pa ini terlalu banyak".....
Gua masih berdiri di depan ATM. Gua sedang berfikir untuk segera mencari kendaraan untuk menuju kampus-kampus yang ada di kota ini, yang pertama terfikirkan adalah taxi tapi beberapa saat kemudian gua menghapus jauh jauh fikiran itu, gua harus hidup sederhana dan pilihan gua jatuh ke angkot. Mungkin karena gua terlalu fokus menyusun rencana , gua ga sadar bahwa ada seseorang di dekat gua, dari perawakannya dia masih seusia gua, dan dia seorang cewek.
"Mahasiswa baru juga?"
Gua celingak celingkuk mencari siapa yang diajak ngobrol cewek ini.
"Gua bukan indigo yang ngomong sendiri, gua ngomong sama elo" tanya cewek itu sedikit tersenyum melihat kebingungan gua.
"Oh Maaf, maaf. gak kok, eh ya."
Gadis itu lalu tertawa kecil melihat kebingungan gua. Ia sepertinya sudah berdiri di depan ATM sejak gua datang tadi. mungkin dia sedang bosan menunggu.
"Ya atau ga?" pancingnya.
"Gak, gua baru mau tes" jawab gua jujur, walau gak tahu harus tes dimana.
"Oalah, mau ikut tes mandiri toh"
"Mungkin begitu"
"Mungkin?" cewek itu mengerutkan dahu lalu dia tersenyum lebar melihat gua.
"Elu lucu ya, kok kayak linglung gitu" sambungnya.
"Makasih" jawab gua ragu.
"Itu bukan pujian loh"
"Oh maaf" jawabku ragu.
"Hahaha, Bercanda kok,emang elo mau kemana?"
"Kampus" jawabku ragu.
"Kampus apa? kan di sini ada puluhan kampus"
"Yang ada di malang"
"kan memang kita kan lagi dimalang"
"Yang deket deket aja mungkin" jawabku ragu. bodohnya aku gak cari referensi sebelum datang ke sini"
"hahaha... deket dari mana, kamu lucu ya"
"Gua harus bilang makasih atau maaf nih?" takut itu malah hinaan.
"Apa aja deh, kenalin nama gua Friska. Gua mahasiswa baru di Universitas Wijaya" dia mengulurkan tangannya untuk menjabat.
"Gua Adrian.. mmm mantan anak SMA " Jawab gua seraya menjabat tangannya.
"hahaha... ada ada sih aja elo"
"elo ngambil apa di Wijaya?"
"Gua?, Biologi"
"Biologi? mmm belajar biologi seru?" tanyaku penasaran.
"Kalo Gua sih suka, emang elo minatnya apa?"
"Yang bisa ngebuat hidup ini lebih seru dan asik" jawabku jujur. Selama ini hal yang gua idam idamkan.
"hahaha diplomatis bin ngawur jawaban elo" jawab friska.
"Bukan diplomatis, lebih tepatnya Gua bingung aja"
"Bingung? Bingung kenapa?"
TIIIINNN TIIINNNN
Suara klakson motor membuyarkan obrolan kami, seorang cewek berhenti di depan kami berdua.
"Frish udah lama?" tanya cewek yang baru datang itu.
"Udah kering neh gigi gua nunggu elo" jawab friska.
"Maaf maaf, tadi agak macet maklum weekend"
"Gua maafin asal lo traktir gua es cream" goda Friska.
"Ih maruk sekali, udah minta di jemput, sekarang minta di traktir. Nunggunya sama cowok ganteng lagi"
"Eh dasar mulut elo nyablak bener seh, oh iya adrian gw duluan ya, sukses buat Tesnya, ayok bela, tarik"
"Tarik tarik, emang gw angkot"..
"Becanda bela"
"Bener neh gua ga dikenalain nih?"
"Eh elo apa apan sih, malu maluin aja, ayo berangkat"
"Duluan ya ganteng" kata cewek yang dipanggil bela oleh Friska tadi.
Mareka akhirnya melaju memecah kota malang.
Friska, orang pertama yang gua kenal di kota ini.
Oke, Gua udah mutusin buat ikut tes mandiri Universitas Wijaya, jurusan Biologi.
Polling
0 suara
Terlepas dari plot kisah ini, ada di team manakah kalian?
Diubah oleh kawan.betina 16-10-2020 11:01
bebyzha dan 152 lainnya memberi reputasi
137
371.7K
Kutip
1.9K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
kawan.betina
#748
[BOOK SPESIAL ][NEW EPISODE 3] ~ HARI PERTAMA
Quote:
Jum’at Sore. Kami bersiap pergi menuju tempat KKN. Kami semua berkumpul di depan GOR Pertamina Universitas Wijaya. Ada Belasan Truk yang akan mengantarkan kami ke salah satu kecamatan di kaki Gunung Kelud. Kami sibuk mengangkat barang ke atas truk dan memastikan semua barang sudah lengkap dan tidak ada yang tertinggal. Ipeh sibuk karena dia menjadi sekertaris di kelompoknya. Doni sibuk oleh ulah ketua kelompoknya yang displin bin menyebalkan bukan main. Bobi sibuk godain cewek cewek di kelompoknya. Sehingga kami hanya saling menyapa dari jauh.
“Ian barang barang divisi lo udah naik semua?” tanya Fattah, ketua kelompok. Kami sering menyebutnya sebagai Kordes yaitu koordinator Desa.
“Sudah Pak Kordes,” jawab gua. Fattah sangat bagus mengkordinir kelompok kami. Dia memang sangat aktif di jurusan kimia ataupun di organisasi Fakultas sehingga mungkin sudah terbiasa dengan hal-hal semacam ini. KKN kami ini dilaksanakan oleh Faklutas yang terbuka untuk semua jurusan dinaungan FMIPA kecuali jurusan Biologi yang mempunyai KKN sendiri yang bersifat khusus.
“Ghea kemana ya?” tanya Fattah.
“Pergi ke warung mahasiswa Pak sama chua, katanya beli antimo takut mabok di jalan,” jawab gua.
“Oh oke oke, anggota divisi lo yang lain dimana?”
“Cungkirng, eh gilang sama Thomas beli tinta spidol pak,” jawab gua,
“Oke oke, agak tenang gua kalau sama divisi pendidikan. Divisi Ekonomi produksi sama kesehatan masih belum jelas ini. Lo bantuin gua ya ian?” kata Fattah tiba tiba.
“Bantu apa?” tanya gua.
“Bantu jaga anak anak, kadang gua agak otoriter orangnya, takut anak anak malah kesal sama gua jadi lo bantu buat kondusifin masalah dari bawah. Lo memang jarang ngumpul sama kita tapi gua lihat anak anak cukup gampang ngomomg sama elo,” kata Fattah.
“Oke pak tapi gua gak janji bisa seperti yang pak kordes mau, tapi gua akan usahakan,” jawab gua.
“Fattah?” panggil kasih, sekretaris kelompok gua.
“Yah kasih,” jawab Fattah. Kasih tampak mengomel ini itu dengan fattah. Kasih ini juga aktivis yang sangat aktif di fakultas kami. Dia bahkan pernah jadi dewan mahasiswa gitu. Dia cukup perfectionis dan religius. dengan hijab besar dan kaca mata besarnya.
Di belakang kasih ada kristina, bendahara kelompok gua. Mahasiswi fisika ini mempunyai pribadi yang mengagetkan. Dibalik fisiknya yang manis dan tampak lemah lembut. Namun ucapannya kadang nyelekit sekali sampai yang diajak ngomong bisa sesak nafas.
Kami akhirnya bersiap untuk berangkat, 4 anak cowok lainnya menggunakan 3 motor yang akan kami gunakan nanti di tempat KKN sedangkan gua dan Thomas ikut bersama rombongan cewek dan barang guna menjaga keadaan barang bila nanti ada yang tumpah atau jatuh saat diperjalanan menuju tempat KKN.
“Ayo yang cewek naik duluan ya,” kata Fattah. “Rombongan motor jalan duluan aja biar nanti izin ke pemilik rumah kalau kita mau datang sebentar lagi, ok,” kata Fattah.
Kami pun bersiap, gua dan Thomas naik duluan untuk membantu teman teman cewek untuk naik Truk. Rombongan lain juga tampak sudah bersiap siap. Rombongan gua adalah rombongan paling belakang dan paling jauh. Saat semua orang sudah naik, tiba tiba ada seseorang cewek tampak berlari menuju truk gua.
“Ipeh?” kata gua pelan. Rombongan gua dan rombongan kelompok tujuh langsung menatap kearah Ipeh yang kini berdiri di belakang truk gua.
“Itu Shifa kan? sekertaris kelompok satu?” kata Kasih. Truk sudah menyala namun gua memutuskun untuk turun.
“Peh? ada apa?” tanya gua. “Kelompok elo belum berangkat?” tanya gua khawatir.
“Belum Mbel habis ini berangkay,” jawab Ipeh. “Gua cuman pengen liat elo bentar,” kata Ipeh. Jujur gua langsung salah tingkah, kenapa Ipeh bisa semanis ini.
“Ini apel buat elo, gua tahu elo belum makan kan?” tanya Ipeh. Gua mengangguk. “Sampai jumpa 21 hari lagi Mbel,” kata Ipeh.
“Ya lo juga jaga diri ya?” kata gua tiba tiba Ipeh meluk gua erat. Gua kaget. Pelukan itu hanya berlangsung kurang dari 5 detik lalu dia langsung melepas dan pergi.
“Jaga diri baik baik mbel,” kata Ipeh lalu melangkah meninggalkan gua. Pelukan itu sontak membuat semua mata tertuju kepada gua yang berdiri sendiri. Gua terdiam mematung bingung harus berbuat apa.
“Ian ayo berangkat!” kata Fattah yang duduk di samping sopir yang mungkin melihat kejadian itu melalui spion.
“Oke bos,” kata gua kaget lalu naik menuju truk kami. Ada yang mengganjal hati gua. Badan ipeh terasa hangat, entah hangat gara gara memang karena habis berlari atau dia sedang tidak enak badan. Semoga dia baik baik saja.
************************************
“Lo pacaran sama Shifa. ian?” tanya Aulia. Mahasiswi statistika ditengah perjalanan kamu menuju tempat KKN.
“Ah gua? enggak,” jawab gua jujur.
“Masa sih? bohong banget,” Timpal ghea, ketua divisi kelompok gua.
“Memang enggak, Lo pasti sering lihat gua, Doni, Bobi sama Ipeh kan Aulia? kami sahabatan aja” jawab gua jujur. Aulia satu jurusan sama gua tapi beda pogram studi aja. Jadi kemungkinan dia pernah melihat gua karena gedung kuliah kami sama.
“Tapi tatapan shifa tadi enggak kayak orang sahabatan sih” Kristina ikut masuk dalam obrolan. Gua hanya diam gak ingin memperpanjang obrolan itu.
“Aduh pusing gua, padahal udah minum antimo” kata Ghea yang akhirnya mengakhiri obrolan tentang gua dan Ipeh.
Sesampainya di tempat KKN suasananya sangat Asri. hanya ada satu jalan lurus beraspal di desa itu sepanjang lebih dari 2KM, selain jalan itu ada banyak jalan jalan kecil yang menuju jalan masuk ke dalam desa yang masih beralaskan bebatuan, jalan masuk ke sawah dan peternakan warga. Di pinggir jalan utama tak banyak rumah, hanya ada kantor kepala desa, sekolah sekolah dan juga rumah kepala desa dan beberapa kebun rambutan. Rumah warga terletak agak di dalam.
Kami tinggal di tiga rumah warga yang berdekatan, cewek dibagi di dua rumah sedangkan cowok dijadikan satu. Para cowok tidur di sebuah ruangan besar mirip gudang yang ditambahkan kasur kasur kapuk yang berjejer. Setelah kami sowan ke rumah pak Kades kami akhirnya kembali menuju penginapan masing masing untuk mempersiapkan hari esok. Sebelum tidur kami rapat di teras penginapan cowok. Teras itu sangat besar dan bisa menampung semua orang di kelompok kami.
“Setelah tadi gua survei ternyata di sini memang agak susah sinyal,” kata Fattah. “Kata pak Kades di desa sebelah, tempat kelompok 7 lumayan bagus sinyalnya jadi kalau ada yang penting nanti Thomas dan Gilang sebagai penanggung jawab tranportasi koordinir untuk ke desa sebelah, Satu motor harus tetap di desa.” kata Fattah.
“Kasih, Adrian, Vania. Tiga orang ini gua haramkan keluar dari desa.” kata Fattah tiba-tiba.
“Loh kok gitu, gua kan bukan kordinator kelompok dan pengurus inti” Protes Vania.
“Di KKN ini tugas kita rangkap, walau gua Kordes tetap aja gua punya tugas juga di divisi kesehatan. Jadi si kasih bertanggung jawab sebagai pengambil keputusan bila gak ada gua. Vania sama Adrian kalian gua kasih tanggung jawab untuk urusan teknis masalah komunikasi ke pihak desa, kantor puskemas dan sekolah sekolah. jadi bila saya atau pengurus inti tidak ada tidak terjadi kevakuman kordinator. Paham ya?” kata Fattah panjang lebar.
Vania menatap gua untuk ikut protes namun gua males untuk berdepat sehingga membuat wajah Vania kesal sekali. Rapat itu selesai dengan hati teman teman yang kurang baik. Banyak Keputusan fattah yang mendadak membuat teman teman jengkel. Fattah dan pengurus inti dan kordinator divisi berpindah ke teras penginapan cewek untuk rapat lagi. Kami dan teman lain masih duduk di teras tempat kamu rapat tadi.
“Kok tugas gua tambah ribet sih?” Protes Gilang.
“Ya gua juga,” kata Heri, anak Kimia yang satu jurusan dengan fattah, “Kordes kita mulai sok ngatur-ngatur tuh,” lanjut Heri.
“Lo harusnya ikut protes ian,” Kata Vania. Vania ini adalah mahasiswa jurusan Fisika.
“Buat apa?” jawab gua singkat.
“Karena keputusan sepihak Fattah dong, jangan bilang lo malah kepikiran sama pacar elo itu ipeh, gak fokus sama rapat tadi” Sindir Vania. Gua mengerutkan Dahi.
“Van, jangan gitu.” Tahan Chua.
“Bukannya kita semua sepakat milih fattah tanpa ada voting ya? Fattah adalah respresentasi kita semua. Tadi sudah ada forumnya untuk protes,jikalau kalian ada sanggahan bisa kalian debat Fattah seenak kalian tapi saat itu kalian diam aja. Kita bahkan belum manjalankan satupun program kerja. Apakah akan serumit itu? belum tentu kan? kita di sini tinggal satu rumah, kita gak bisa kabur kemana-mana. Walaupun beban kalian berat apa mungkin yang lain akan diam saja dan hanya melihat kalian? gua rasa kalian orang baik semua yang akan turun tangan saat salah satu dari kita kesusahan. Satu proker hancur kita semua akan kena getahnya. Warga hanya tahu kita dari kampus di malang bukan bersekat-sekat menurut tanggung jawab yang di kasih Fattah. Paham ya?” jawab gua panjang lebar.
“ya gua mikirin Ipeh karena dia tadi tampak tidak sedang dalam kondisi baik, Tapi gua juga akan mikirin kalian kalau ada salah satu dari kalian dalam kesusahan atau tidak dalam kondisi baik, gua rasa kalian juga akan melakukan hal yang sama,” kata gua.
Mereka terdiam dan beberapa mulai mengangguk-angguk.
“Tolong nanti bantuin Chua? kalau chua panik atau kesusahan” kata chua dengan suaranya yang agak seperti anak anak.
“Kami pasti bantu kok chua,” kata Halimah.
“Lang, besok bantu gua angkut kotoran kerbau ya? divisi gua ada proker pupuk kandang,” kata Heri.
“Ogah ah, ian aja tuh,” jawab Gilang.
“Awas aja lo! Gua gak jadi kenalin lo sama anak Bidan desa yang gua ceritain kemarin,” kata Heri.
“Lah, jangan dong. Oke oke, Gua bantuin. Mau pupuk kandang, pupuk markas, atau pupuk kerajaan. Gua jabanin deh,” kata Gilang.
“Giliran cewek langsung gencar si gilang,” Sindir Thomas.
“KKN cuy, kisah kasih nyata,” balas gilang.
Suasana kembali kondusif dengan ceramah panjang lebar Gua, vania tampak masih belum menerima ucapan gua. Disaat semua sudah kembali ke penginapan masing-masing Vania tetap di teras seorang diri sampai gua akan masuk penginapan.
“Lo gak balik sama anak anak?” tanya gua.
“Bentar lagi, gua mau ngomong sama elo,”
“Ya mau ngomong apa?” tanya gua.
“Sebelumnya gua minta maaf kalau ngungkit masalah shifa, gua cuman emosi aja,” kata Vania.
“Oke, gua paham kok,” jawab gua.
“lalu masalah fattah, gua rasa elo gak objektif,” kata vania.
“Apa gua perlu objektif? No? gua hanya perlu lakukan yang akan mempermudah gua kedepannya,” jawab gua.
“Mempermudah? Lo tahu kan gua deket sama Fattah? bahkan cuman lo aja yang tahu. Dia gak izinin gua keluar desa karena dia khawatir sama gua secara personal bukan karena tanggung jawab. Gua yakin elo tahu itu,” kata vania. “Dia menggunakan jababatannya untuk hubungan pribadi kami,” kata Vania.
“Lalu masalahnya apa?”
“Jelas masalah dong Ian, dia gak profesional! Gimana kalau teman teman yang lain tahu,” kata vania.
“Van, gua butuh ketua yang dipercaya oleh semua anggotanya. Mendebat dia di forum hanya akan merusak kepercayaan itu dan pasti akan menyulitkan gua kedepannya karena kordinasinya akan berantakan. Masalah lo sama fattah silahkan lo urus berdua gua gak peduli, intinya gua gak mau ada perpecahan di awal KKN ini. “
“Lo emang egois ian,”
“Gua realistis,”
bebyzha dan 48 lainnya memberi reputasi
49
Kutip
Balas
Tutup